Day 1 - Explore Melaka

Artikel ini merupakan rangkaian perjalanan solo backpacking gua keliling ASEAN selama kurang lebih sebulan. Prologue-nya udah gua tulis di sini, kenapa gua melakukan solo travelling seperti ini. And this is Day 1, my Journey in Melacca, Malaysia.

--UPDATE-- ketika gw nulis ini, gw udah 4 kali mengexplore Melaka.


Melaka World Heritage City

I had no expectation regarding this city. Cuma pernah denger, katanya bagus, dan salah satu destinasi wisata yang keren, buat backpacker pun asik. Nah, menarik kan. Makanya gua rencanain, berangkat lebih cepat ke KL 3 hari sebelum penerbangan KL-Phnom Penh. Gua dapat tiket JKT-KL sekitar 200an. Mayan pisan!


Hari itu hari kamis, gua berangkat dari Jakarta dan tiba tengah malam di KLIA2, sekitar jam 23.30-an. Imigrasi saat itu lagi sepi banget, jadi ga sampe 5 menit, ga ditanyain apapun, passport udah di Stamp. Bagi yang sering naik pesawat Low Cost Carrier (LCC) pasti udah ga asing dengan KLIA2 ini. Gua pun udah sering nginap di bandara ini. Nih, tips-tips buat nginep di bandara KLIA2 di sini.


Udah tahu spot-spot mana aja yang asik untuk tidur. Setelah melewati gate kedatangan, gua langsung ngacir ke lantai 2M, nyari area foodcourt. Dekat Burger King, ada semacam food court dengan meja-meja bulat dan bangku empuk. Gua lihat udah ada beberapa orang tiduran di situ. Langsung gua cari meja kosong dan klaim menjadi meja milik gua! Ransel gua jadiin bantal, tidur deh sambil nyari-nyari info cara untuk ke Melaka. Ternyata, ke Malaka cuma bisa diakses pakai pesawat dan bus! Ohiya, di KLIA2 ini, wifi nya kenceng dan gratis!


Going To Melaka


Pukul 5an pagi, gua turun ke bawah, ke bagian halte bus. Lokasinya di lantai paling bawah, cukup ikutin signage nya, pasti ketemu. Gw nanya ke loket bus yang buka, untuk ke Malaka harus ambil busnya dari TBS (Terminal Bersepadu Selatan). Jadilah gw beli tiket komuter bus ke sana. Perjalanan makan waktu kurang lebih sejam.


Sampai di TBS, expektasi gw adalah terminal-terminal kayak di Lebak Bulus: berantakan, outdoor, banyak preman. SALAH. Terminalnya kayak bandara! Dengan layar super gede untuk umumin jadwal bus yang akan berangkat. Dan loket2 pembelian tiketnya banyak, dan tersentralisasi. Artinya, g perlu cari mau naik bus yang mana, cukup ngantri di salah satu loket dan nanya tujuan, nanti ama petugasnya diliatin mana bus yang tercepat, atau termurah. Gua pilih yang tercepat.


-- UPDATE-- Sekarang (2018) bus untuk ke Malaka sudah bisa diakses dari KLIA dan KLIA2! Been there done that! Check here for more info!


Singkat cerita, perjalanan ke Malaka selama 2 jam ga terasa karena gw tidur! Akhirnya sampai di Malaka Sentral! Ekspektasi gw, karena namanya ada "sentral"nya, jadi gw kebayang bakal kayak JB sentral, ato KL Sentral, di mana terminal dan stasiun jadi satu ama mall. Well, SALAH! Malaka Sentral beneran kayak terminal bus biasa aja. Dengan satu gedung utama, yang diisi penjual makanan dan barang dan suvenir. Tapi tetap rapih.


Melaka Central to City Center


And now, here comes the problem. Dari Malaka Sentral, ke touristy area (Jonker)nya cukup jauh. Sekitar 3-4 kilo. Btw, seperti biasa, gw ga beli simcard maupun pake modem. Dan gw udh download offline map Malaka, jadi gw masih bisa akses peta. Dan gua udh book hostel di deket Jonker, lebih tepatnya deket Little India. Gw pilih area itu karena Jonker di Jonker banyak spot turis! Tulisan I♡Melaka pun ada di situ. Tapi waktu itu, semua hostel sekitaran Jonker rada mahal, karena mau weekend. Makanya gua milih yang ga persis di Jonkernya.


Now, how can I get to Jonker from Malaka Sentral? Ini yang belum gua riset sebelumnya! Damn! Alhasil gua jalan kaki! Yes, jalan kaki sejauh 3,5 kilo, ga menelusuri jalan umum, tapi melewati perumahan penduduk, biar motong jalan. Yah, anggap aja gua berhemat, karena ini masih hari pertama dari entah berapa hari gua bakal explore ASEAN. Padahal mah ya, tinggal naik bus #17 dan bayar RM2. Turun di bangunan merah seberang Jonker Walk.



View yang gw liat sembari jalan kaki ya gini, selain perumahan penduduk yang ga jauh beda ama di Indo, dan toko-toko yang jualan mama noodle


Selama di perjalanan, gw enjoy aja lihat-lihat rumah-rumah orang Malaka. Kebanyakan mirip lah ama di Indo, tapi ada aksen melayunya sedikit, terlihat dari atap-atapnya. Jalanan-jalanannya juga bersih! Sampai di hostel, gw check-in. Area check-in nya berada di resto di ujung jalan, sementara gedung hostelnya ada di gedung lain di dekat situ. Hostelnya si, lumayan lah. Murah. Under 100 rebuan, so I expected nothing. Cuma ada kipas angin, bednya empuk dan bersih. Toilet dan WC nya bersih dan ada air hangat. Not Bad buat gw.

Selesai naroh barang dan mandi, gua langsung berangkat jalan menelusuri sungai Sungai Melaka yang letaknya di belakang hostel. Gw amazed! Sungainya bersih banget cooy! Dan disediain pedestrian walk di sepanjang sungainya. Banyak bangunan yang menghadap sungai, dijadiin cafe dan bar, serta temboknya dimuralin. Juga banyak jembatan yang memotong sungai untuk pejalan kaki dan kendaraan bermotor. Sumpah, indah banget deh! Banyak juga perahu yang lewat, kayaknya semacam tour.

Ga nyampe 5 menit, gw lewatin banunan bertembok merah bertuliskan "Malaka, UNESCO World Heritage". Udah, foto-foto dulu. Well, di sepanjang perjalanan gua menelusuri sungai, gw sering stop buat foto-foto! Hahaa. Akhirnya sampai di bangunan merah. RAMEEE! Oleh turis dan yang jualan makanan tentunya. Di area sini ada kendaraan khas Malaka, yaitu becak. Becaknya udah didandani dengan tampilan yang bikin senyam senyum, plus dipakein speaker! Yaoloh, itu becak-becak kalo lewat berisik! Hahahaa.


Where is the HotSpot? Jonker Walk!



stadhuys
View Bangunan Merah (Stadhuys) dari jembatan Jonker Walk


melaka river
View Sungai Melaka dari jembatan Jonker Walk


Gua jalan di ujung Jonker walk, sambil cari makanan. Maklum cuy, udah tengah hari. Gua liat, makanan khasnya Melaka itu Famosa Rice Ball. Jadilah gua hunting makanan itu. Gua ketemu satu restoran halal yang jual Rice Ball. Kebanyakan yang jualan berbabi soalnya. Maklum, area Jonker dipenuhi pedagang peranakan Cina. Gua pesen rice ball dan ayam rebus dan sayur dan teh tarik. Ternyata, rice ball cuma nasi berempah yang dijadiin bola-bola. Nothing special. Kirain bakal ada isinya, gitu. Famosa itu sendiri nama wilayah Jonker berada. Halaaah, pantes, hampir semua resto jualannya Famosa Rice Ball.


Famossa Rice ball, ada di mana-mana. Rasanya mah gitu weh, so-so. Cuma praktis aja makannya.


Selesai makan, gua lanjut explore ke bangunan merah. Di sekitaran area sini, yang dikenal dengan area Staduys, banyak yang bisa dilihat guys! Selain tulisan I♡Melaka, ada gereja merah, dan beberapa museum plus gallery, yang semua dindingnya bercat merah. No wonder namanya bangunan merah. Kreatif abis ngasi nama! Yang menarik, di atas (atau di belakang) bangunan merah ini ada bukit. Gua ga masuk ke museumnya karena kudu bayar (cheap ass!), tapi kalau naik ke bukitnya ini ga bayar! Horeee!


St. Paul Hill & Church
(kiri atas) St. Paul Hill dilihat dari Dataran Merdeka (kanan atas) City View dari atas St. Paul Hill
(kiri bawah) Gereja St. Paul (kanan bawah) di dalam reruntuhan gereja St. Paul


Gua naik ke atas. Lumayan nanjak, tapi worth the view! Belum sampai di atasnya aja udh bisa ngeliat view Malaka dari atas! Apalagi pas di puncak! Bukit ini bernama St. Paul Hill, karena di puncaknya ada reruntuhan gereja dengan nama yang sama. St. Paul sendiri semacam misionaris Kristen pertama di Melaka. Patungnya di abadikan di depan gereja. Gerejanya sendiri udah berupa reruntuhan gitu, tanpa atap. Di dalamnya banyak tablet-tablet ukuran raksasa (kira-kira setinggi 2 meteran) dengan tulisan yang gw ga ngerti! Di ujung gate nya terdapat semacam lubang yang di teralis. Di dalam lubangnya ada semacam makam. Orang-orang lempar koin ke dalam lobang ini. Mungkin kayak kolam Fontana di Trevi di Italia kali ya, di mana orang-orang lempar koin sambil berdoa.

Puas keliling area gereja, gw turun ke bawah. Di bawah sana, ke arah dataran merdeka (note, ada beberapa akses untuk naik ke bukit ini) terdapat reruntuhan Fort Famosa, bernama A Famosa -again, very creative naming!. Cuma ada semacam bangunan satu lantai dengan tembok dari bata dengan cat putih yang sudah mengelupas. Setelah A Famosa, terbentang area Dataran Pahlawan. Semacam alun-alun dengan area tanpa kendaraan (kecuali becak) dan ada beberapa mall di situ. Kebetulan gw kepanasan, terpaksalah gua menepi ke dalam (ngadem dulu cuy!).



What to see in Melaka
(kiri atas) Bastion middleburg (kanan atas) Maritime Museum
(kiri bawah) Dataran Pahlawan dengan Menara Taming Sari (kanan bawah) A Famosa fort


Mall bernama Dataran Pahlawan Megamall ini, terbilang unik. Ada dua sayap gedung yang dipisahkan oleh lapangan (seluas lapangan bola kalik). Akses dari satu sayap ke sayap lainnya, selain jalan memotong di lapangan tadi, juga ada underground tunnel yang diisi oleh vendor-vendor kayak Blok M. Isinya kayak ITC gitu lah. Di ujung sayap satunya ada akses jembatan ke Hatten Mall. Lalu ada lagi mall di seberangnya. Yah, mall kabeh lah area sini.

Bosan dengan mall, gw penasaran dengan muara sungai Melaka. Akhirnya gw berjalan kembali menuju sungai. Di belakamg dataran merdeka, terdapat Menara Taming Sari, menara tertinggi di kota ini, yang bisa berputar 360°. Saat itu gw ga masuk, karena pengen berhemat, g mau hedon dulu di awal-awal perjalanan gw. Hiks banget yaa. Tapi gw bertekad, someday gw bakal datang lagi dan naik ke menara ini! (and Thank God I did!)



Promenade sebelum hulu sungai melaka


Hulu sungai melaka
Hulu sungai melaka yaa gini aja, sayang kotor. Padahal pasirnya putih loh


Sampai di bantaran sungai deket Jonker, gw telusurin lagi tuh sungainya, melalui area pedestrian. Ada beberapa view yang menarik di sini, dari water wheel, tulisan #i@sungaimelaka, hingga Maritme Museum dengan gedung berbentuk kapal layar. Tiba di ujung area pedestrian, hilir sungai Melaka masih bhelum terlihat. Akhirnya gw jabanin deh ampe ujung, melewati jembatan dan gedung-gedung yang nampak tak terpakai. Tiba di ujungnya, ternyata biasa aja guys! Hahahaa. Tapi yaa, pasirnya putih loh! Ada potensi 
wisata di sini.


Sunset at Melaka River
Enjoy sunset di pinggir sungai

Salah satu spot foto instagrammable, di mural warna-warni sekitar area ini,  cuma berapa meter dari jembatan jonker


Mesjid Kampung Kling

Hari sudah mulai sore dan gw pun berjalan balik menelusuri sungai hingga ke Jonker Walk. Siang tadi, gw cuma jalan di area ujung Jonker Walk. Kali ini, gw eksplore ampe dalam. Di dalamnya, buanyaaak jajanan dan suvenir! Di blok sebelah Jonker Walk, ada Mesjid tua. Mesjid Kampung Kling namanya. Kalau gw ga baca plang namanya, mungkin gw kira cuma bangunan bersejarah biasa. Ga mirip mesjid pada umumnya, karena style bangunannya dipengaruhi kultur Cina. Dan di dekat mesjid ini ada dua kuil Cina (entah kelenteng atau vihara).



(kiri atas) menara mesjid kampung kling, desainnya mirip pagoda (kanan atas) Xiang Lin Si Temple
(kiri bawah) Cheng Hoon Teng temple (kanan bawah) makan muslim di kampung Ketek (samping kuil Cina)

Mesdji kampung kling
(kiri) area kolam untuk wudhu (kanan) suasana dalam mesjid kampung kling


Ya wajar lah, daerah Jonker emang daerah pecinan. Bahkan di salah satu sudut jalan ini, terdapat prasasti di mana Lakmana Cheng Ho pertama kali menginjakkan kakinya di bumi Melaka. Dari sejarahnya, nampaknya beberapa anak buah Laksamana Cheng Ho menetap di sini. Mereka berdagang (Cina gitu, jiwa dagangnya tinggi) hingga membentuk perkampungan di sini. Di dekat prasasti tadi, merupakan hidden spot untuk foto-foto instagram. Catet!

Menjelang magrib, gw masuk mesjid tadi. Maklum, lagi khilaf alim. Pengen ngejajal mesjid di negara lain. Hasilnya? Gw bengong. Ga nyari keran buat wudhu ga ada! Cuma ada kolam dengan pancuran. Trus gw coba diem, kaleum...kaleuum. Gw kesini kan maunya ibadah ya. Tapi nanya, malu juga. Yodah, gw duduk dulu, sambil buka sepatu agak lamaaa, hingga akhirnya ada anak remas (remaja mesjid - sseet, istilah kapan tuh). Bocah tadi langsung ambil gayung yang ada di pinggir kolam tadi, lalu wudhu! Woalaaaaah. Pantesan, koq aneh, ada kolam dengan pancuran di dalam mesjid. Kirain bwt hiasan. Wakawakaa...


Jonker Walk Night (Weekend) Market


Kelar sholat (hamdalah yaa) gw jalan lagi menuuju Jonker Walk. Dan lagi-lagi gw amazed! Tiba-tiba rameeee! Siang sebelumnya, yang jualan tuh cuma di dalam toko. Sekarang, begitu malam, jadi kayak pasar kaget. Eh kaget lah gw! Banyak yang gelar lapak di tengah jalan! Orang-orangnya juga membludak! Di deket ujung jalan Jonker Walk (ujung exit, yang ada gate gede) ada semacam panggung dengan layar gede. Siang tadi gw pikir buat apa. Taunya buat karaokean malam-malam! AJIIIIB!



Jonker Night Market
Surga makanan murah! Datengnya pas weekend ya, biar bisa dapat night market ini!


Wajib coba! Kelapa yang udah dikupas, sisa daging dan airnya. Tinggal diminum dan dagingnya jadi cemilan. Cara ngupas kelapanya juga unik, si penjualnya sambil atraksi gitu.


Becak didandanin kerlap kerlip dangdut plus speaker kayak gini, jadi salah satu alternatif kalau ga mau capek kelilingin Melaka pake betis sendiri, pake betis orang lain! Hehee...


Yang jualan di sini beragam, dari suvenir hingga makanan. Makananya juga beragam! Ada yang jualan siomay, sate-satean, manggo juice (yang waktu itu lagi booming di Jakarta tapi di Jonker udah di jual di pinggiran jalan), seafood (lokasinya ada di belakang panggung) hingga kelapa muda, yang batoknya di kupas nyisain daging kelapa dan airnya (lokasi di ujung entry Jonker di deket HardRock)


Puas lihat-lihat dan jajan (untung perut gw volumenya kecil, jadi bisa hemat belanja makanan) gw jalan pulang. Kembali menyusuri sungai. Pas malam hari, sungainya tetap cakep! Penerangan yang pas, banyak bar juga yang buka di malam hari. Perahu-perahu tour masih banyak yang lalu lalang membawa turis. Kali ini gw ga mau naik perahu dulu. Next time, baby! Next time. (And yes, I did it too!)



melaka at night
Melaka city di malam hari


Akhirnya gw tiba di hostel, mandi dan terlelap. Menunggu hari ke dua. Entah ngapain gw besok...

Ini sebagian highlight pengalaman gw di Melaka


----


Besoknya gw explore Mesjid Selat Melaka.


--- つづく


Damage Cost

Bus KLIA to TBS RM11
Bus to Melaka RM 10
Hostel IDR 60k
Food, drinks & others RM36.50

Total (rate ringgit saat itu) IDR 214.125



TIPS
Access to Melacca
Akses ke Melaka bisa dengan bus dan pesawat. Dengan pesawat, bandaranya Internasional, tapi cukup jauh dari pusat kota. Lebih jauh dari Melaka Sentral. Gw belum pernah naik pesawat langsung ke sini, jadi ga bisa ngasi tips. Dengan bus, sekarang sudah bisa naik bus langsung dari KLIA 1&2. Selain itu, bisa melalui TBS. Semuanya udah gw jabanin! Lebih lengkapnya, baca di sini.

Dari Malaka Sentral ke Jonker, bisa naik Bus #17 dan turun tepat di depan bangunan merah. Dengan harga (updated) RM2, cukup naik bus dari depan, kasi tau tujuan ke driver, lalu bayar dengan cash (duit pas yaa) dan duduk. Turunnya dengan memencet bel di dalam bus. 


Untuk balik ke Melaka Sentral, kalian perlu jalan ke ujung Jonker Walk (yang ada gerbang super gede dari batu marmer). Bus stop ada di sekitar situ (jalan Kudu). Kalau ambil dari bangunan merah, busnya kudu muter-muter dulu dalam kota, jadinya selain menyita waktu, bayarnya juga lebih mahal. Atau, kalau area kalian dekat dengan jalan Hang Tuah, ada bus stop di situ. Harganya tiketnya lebih murah, RM1.


What to Do
Datanglah pas WEEKEND! Jadi kalian bisa enjoy night market di Jonker Street! Setelah trip yang gua tulis di artikel ini, gua udah beberapa kali mengunjungi Malaka, salah satunya gua datang pas weekdays. Dan gua menyesal, karena ga ada night marketnya! Kan sedih. Kalau mau tau destinasi-destinasi menarik di Melaka, gua udah ngumpulin jadi satu artikel, bisa baca di sini.


Comments

Popular posts from this blog

Dummy Booking For Flight Ticket

Menyusun Itinerary Perjalanan & Budgeting dengan Google Maps

Pengalaman Tidur di Bandara Haneda, Tokyo

Day 18; Mengurus Surat Kehilangan di KBRI Thailand

Pengalaman Diganggu Ladyboy di Bangkok