Tuol Sleng Genocide Museum

ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
*Banyak foto yang pengen gua upload. Tapi mengingat norma etis jurnalisme (azeek, gw bukan jurnalis si, tp blog merupakan salah satu media untuk menyebar berita, jadi gw kudu ikutin rules nya), banyak foto yang ga gua masukin di sini. Thx to kakak gw yang beneran jurnalis, ngasih saran mana yang etis mana yang ga.

----

FYI, apa yang gw lihat dan rasakan, hingga pandangan gw terhadap kejadian sejarah ini merupakan hasil dari pengalaman gw secara personal. Kalau ada yang beropini berbeda, monggo berdiskusi.
____

Kamboja, utamanya Phnom Penh merupakan hidden gem di kawasan Asia Tenggara. Ga semetropolitan Kuala Lumpur dan Bangkok, ga setenar Siem Reap dan Bagan untuk urusan cultural history. Tapi untuk yang demen dark history, alias sejarah kelam kemanusiaan, yang biasanya berupa genosida atau eksekusi mati, Phnom Penh punya dua spot yang cukup terkenal di bidang ini. Tuol Sleng Genocide Museum atau S21 Prison serta Choeung Ek Killing Field, merupakan salah dua dari kekejaman rezim Khmer Rogue di sejarah modern negara berbentuk kerajaan konstitusional ini.

Kamboja, menurut orang lokal yang pernah gw temuin, di tahun 60an merupakan salah satu negara yang maju di kawasan Asia Tenggara. Oleh rajanya, King Norodom Sihanouk, beliau mengirim anak-anak pintar Kamboja ke luar negeri untuk belajar, dengan harapan mereka kembali untuk membangun negeri. Mirip lah ama apa yang dilakukan Bung Karno dulu. Sayangnya, ketika mereka kembali dan berniat membangun negeri, malah kendali negara berpindah ke Khmer Rouge yang dipimpin Pol Pot. Oleh rezim beraliran komunis ini, negara kamboja kembali ke tahun nol (year zero). Orang-orang yang dianggap pintar bisa dibunuh begitu saja (cuma dianggap doang loh, misalnya pake kacamata). Gw udah pernah nulis testimoninya di sini, dan akhirnya gw bisa mengunjungi salah satu lokasi bersejarah nan kelam itu.


Hari itu masih pagi sekitar jam 10, namun matahari udah menyengat banget. Dengan berjalan kaki dari riverside (lagi travelling super hemat) gw akhirnya sampai di daerah Tuol Sleng. Tuol Sleng sendiri merupakan nama area di Phnom Penh tempat museum ini berada, sehingga dikenal dengan Tuol Sleng Genocide Museum. Di pikiran gw, tempat ini sangat seram, angker, penuh dengan wajah-wajah preman nan sangar, dikelilingi pohon-pohon angker, dan berhantu pastinya.


Meh...


Bangunannya ada di tengah-tengah pemukiman penduduk, banyak warung yang buka di situ. Bahkan beberapa apartemen mewah berdiri di dekatnya. Wajah-wajah yang gw lihat yaa, paling wajah turis, ato wajah driver tuk-tuk yang keringetan lagi ngetem. Emang sii, di sekeliling tembok bangunannya terdapat kawat berduri, dan tembok yang nampak sudah tua dengan cat mengelupas, sehingga membuat imej nya sebagai (mantan) penjara tetap ada. Kalau berhantu gw gatau yaa, ga bisa lihat si (untungnya). Tapi tunggu, itu kan di luarnya. Bagaimana di dalamnya?



ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
Kehidupan penduduk sekitar Tuol Sleng Genocide Museum, seakan tidak terpengaruh dengan keberadaan museum ini.

Begitu gw memasuki pintu masuknya, langsung berhadapan dengan loket pembelian tiket. Di atas loket terdapat semprotan air embun, biar turis yang ngantri sedkit seger. Sudah tertera harganya di loket; $5 tiket saja dan $8 untuk tiket dan audio guide. Gw ambil yang ke dua, mahal siih, tapi biar bisa lebih mendalami ceritanya. Penasaran guwaa! Kepenasaran yang tertunda bertahun-tahun akhirnya ada kesempatan untuk gw tuntaskan!

Begitu masuk ke dalam, semua imej buruk mengenai museum ini berangsur-angsur makin buyar. Gw langsung berhadapan dengan taman rindang nan hijau, lengkap dengan bench buat istirahat, dengan beberapa monumen dan beberapa peti mayat di situ, tapii karena petinya di cat putih masih nampak baru plus masih siang, yaa ga angker sama sekali! Bahkan gw bisa ngaso sambil tiduran kalau lagi sepi! 



ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
(kiri) Museum nampak dari luar, kayaknya sangaar gitu
(kanan) Di dalam museum, banyak pohon rindang dan asri. Imej keseraman museum ini perlahan sirna (untuk sementara)

Gedung Sekolah Menjadi Penjara

Jadi, museum yang dulunya penjara ini, dulunya sebuah sekolah negeri biasa (SMP kalau ga salah inget)! Lalu pada tahun 1976 dialih fungsikan menjadi penjara dengan kode Security Prison 21, artinya, masih ada lagi penjara-penjara lainnya dari nomor 1 hingga 21! Kebayang berapa banyak korban yang meninggal.



ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
Suasana di dalam museum. (kiri atas) Suasana sekitar taman, nampak turis sedang melihat lay-out museum ini.
(kanan atas) Monumen 'makam' sebagai simbolis untuk mengenang para korban. Karena dicat putih bersih, jadinya ga angker. Lokasinya di tengah-tengah taman,
(kiri bawah) Suasana di lorong gedung A, di lantai 2. Bentukannya ngingetin gw ama SD gw dulu.
(kanan bawah) Gedung C, di kelilingi oleh kawat berduri. Ruangan bekas kelas ini dijadikan sel-sel kecil untuk tawanan.


ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
Start your audio tour, di mulai dari tengah taman, lalu di teruskan ke Gedung A, B, C dan terakhir D



Karena dulunya merupakan bangunan sekolah, kompleks S21 ini memiliki empat gedung kotak-kotak dengan 2-3 lantai dengan layout berbentuk U terbalik, bernama gedung A, B, C dan D. Jadi inget bangunan SD gw dulu. Ketika di taman, sudah ada sign yang mengisntruksikan pengunjung agar menekan nomor di audio guide. Pertama dimulai dari sejarahnya, dan apa-apa saja yang berada di taman tersebut. Selain peti mati, yang merupakan simbolisasi makam para korban, juga terdapat beberapa monumen dengan nama para korban.

Tour pun dimulai dari gedung sebelah kanan, berlantai tiga, di mana terdapat beberapa kamar (bekas) kelas. Kamar-kamar tersebut dialihfungsikan menjadi kamar penyiksaan bagi tawanan yang perlu diinterogasi. Kalau kalian pikir ruangan tersebut bakal seram, berdarah-darah, anda salah! Ruangannya 'bersih' ga berdebu, ga bersarang laba-laba, hampir tidak terdapat bercak darah di sini (atau bercak apapun). Cuma bercak karena cat tua aja di dinding dan di lantainya. Plus efek psikis karena lagi ngetrend desain industrial di mana temboknya dibiarkan ga dicat, cuma plasteran semen aja, jadi udah biasa lihat ruangan seperti ini. (apa cuma gw aja yang ngerasa gini ya?)


Yang bikin horror cuma 'furnitur' dalam ruangan beserta fotonya. Di dalam ruangan yang cukup luas ini, kira-kira 5x5m, cuma terdapat satu ranjang dengan rangka besi berkarat dan peyok sana sini, dan matras dari tripleks, ada juga dari kain usang dan banyak pula dari besi. Dan di tambah foto hitam putih dari korban yang ditemukan di situ, di pajang di dinding sekitarnya. Ada juga foto suasana sekitar ruangan ketika penjara ini pertama kali 'ditemukan'. Dengan audio guide yang menceritakan kisah ruangan tersebut satu-per satu, di situlah nuansa horrornya pelan-pelan memasuki benak gw. 


Blok Barat vs Blok Timur


Dari suara di audio guide dan foto-foto dokumentasi di museum, seakan-akan membawa gw ke masa lalu. Dari awal mula Khmer Rogue berkuasa, yang berhubungannya dengan perang dingin antara blok barat yang kapitalis dengan blok timur yang komunis. Setelah perang dunia kedua, timbullah dua negara adidaya dengan masing-masing ideologinya: USA dan Uni Sovyet. Kedua negara ini memperebutkan hegemoni di seluruh dunia, Asia Tenggara pun merasakan dampaknya. Untung saat itu Bung Karno membuat kekuatan baru yang non-blok, sehingga Indonesia ga ikut menjadi wilayah perang.


Balik ke konteks Kamboja, saat itu kekuatan komunis bergerak ke selatan. Cina dan Korea telah menjadi kamerad Uni Sovyet, dan kini mereka mengincar wilayah Indocina, yaitu Vietnam, Kamboja dan Laos -pernah lihat ada yang protes di socmed kalau Indocina tuh adalah Indonesia yang dikuasain Cina, duuh, belajar geografi lagi deh 😂 - Tiga negara ini merupakan bekas jajahan Prancis yang saat itu mencoba memerdekakan diri, dengan dibantu kekuatan Uni Sovyet. Alhasil, Prancis ga terima lalu ngadu ke temennya si Amrik. Langsung deh Amrik pamer kekuatan dengan membombardir wilayah Indocina. Buat kita yang di Indonesia mungkin cuma tau perang Vietnam sebagai dampak perang antar blok ini. Tapi selain Vietnam, Laos dan Kamboja juga merasakan dampaknya. Bahkan Laos tercatat sebagai wilayah yang paling banyak di bom oleh Amerika pada saat itu (sekitar tahun 1970-an).


Udah kebayang keadaan dunia pada saat itu? Masalah makin rumit dengan intrik dalam negeri kamboja.


Kita flashback lagi belakang sekitar tahun 50an. Mahasiswa-mahasiswi Kampuchea (nama kamboja saat itu) yang dikirim belajar ke Paris mendirikan semacam organisasi kemahasiswaan berlandaskan komunisme. Setelah lulus, mereka balik ke negaranya untuk melakukan perubahan dari dalam. Di tahun 60an, Pol Pot, salah satu mahasiswa cemerlang ikutan organisasi ini, lalu menjadi orang yang berpengaruh besar di organisasi. Pol-pot balik ke Kampuchea kemudian join Khmer Rogue, dan menjadi leader organisasi ini.


Kudeta Militer di Kampuchea


Tahun 1970, raja Norodom Sihanouk membiarkan kekuatan Vietnam Utara (komunis Pro Sovyet) melakukan aktivitas di dalam Kampuchea (mereka mau nyeberang ke Laos melewati kampuchea) sehingga terjadi sentimen anti Vietnam di masyarakat. Membaca situasi ini, sang raja dikudeta oleh militer Kampuchea, dikomandoi oleh Jenderal Lon Nol. Negara itu kemudian berubah nama menjadi Khmer Republic (1970-1975) yang di backing oleh Amrik, beraliran sayap kanan dan nasionalis.


Rakyat bersukacita. Happy Ending?


Tak semudah itu Ferguso!


Awalnya rakyat senang, karena sentimen anti-Vietnam mereka direspon. Tapi rezim ini sucks in managing a country, politics & military meski mereka berlatar militer. Mulai ada ketidakpercayaan dengan rezim baru. Khmer Rogue memanfaatkan momen ini dan mulai melakukan insurgensi dengan dibantu simpatisan Vietnam.


So, let's be quick:


Tahun 1975, negara Khmer Republik luasnya tinggal sebesar kota Phnom Penh saja. Mereka dikelilingi oleh pasukan komunis. Amrik mulai melakukan pemboman di tiga negara (Vietnam, Laos, Kamboja). Yaa, ujung-ujungnya rakyat sipil yang sengsara. Khmer Rouge mengambil alih. Tahun 1976 negara Democtaric Kampuchea (DK) berdiri, dengan berlandaskan komunisme.


Then the horror began


Democratic Kampuchea


Segera setelah pengambil alihan kekuasaan di Phnom Penh, Khmer Rogue menyuruh masyarakat untuk mengosongkan kota ini dan bergerak ke country side alias kampung. Segera. Ga usah bawa barang apapun. Masyarakat nurut aja, toh, mereka (Khmer Rogue) saat itu pahlawan, dan kota Phnom Penh sedang dibombardir. Kota kosong, kampung penuh. Mereka tinggal di perkemahan darurat. Negara baru ini (disebut DK) memimpikan swasembada pangan dan mandiri, jadi semua masyarakat disuruh untuk bertani.


Lebih tepatnya dipaksa bertani. Dan DK menutup diri dari dunia luar, dengan ga menerima bantuan. Meski secara politik, mereka tetap berhubungan erat dengan beberapa negara, termasuk di PBB.


Pakaian masyarakat diganti menjadi seragam bertani (hitam-hitam dengan sarung kotak-kotak di leher dan topi caping). Setiap hari rakyat disuruh menggali kanal, membangun waduk, dan bertani. Makanan disediakan oleh negara. Makanan seadanya, dan dibagi sama rata. Mereka beneran mengamalkan sosialisme dengan literal: adil untuk semua tanpa pandang bulu. Tidak ada kelas sosial di sini. Mau anak kecil, tua, muda, pria dan wanita, sakit maupun sehat, mendapatkan porsi yang sama. Yang ga nurut langsung ditahan.


S21 Prison


Banyak yang protes dong. Ditangkaplah mereka dan dimasukin ke penjara. Biasanya higga 2-3 bulan, sebelum dikirim ke S-21. Kalau sudah dikirim ke sana, ga mungkin balik deh. Awalnya S-21 diperuntukkan untuk simpatisan Lon Nol, lalu setelah mereka habis, diganti oleh orang-orang yang ga nurut. Sialnya, siapapun bisa nunjuk ke orang lain kalau mereka ga nurut (atau nuduh kalau dia mata-mata). Yang ga bersalah pun bisa saja ditangkap. Selain itu, bagi mereka yang kelihatan 'pintar', bakal langsung ditangkap! Mereka yang berprofesi sebagai dokter, lawyer, atau bahkan berkacamata, langsung ditangkap. 


Di sini, mereka diinterogasi sampai mau mengakui kesalahannya (meski kadang dipaksa ngaku padahal ga bersalah). Interogasinya dengan metode-metode yang kejam. Digantung, disiram air panas, ditusuk timah panas, disayat-sayat. Kadang mereka sengaja dibiarkan berdarah sampai mati untuk eksperimen berapa lama bakal mati. Ada yang diinterogasi sambil dicabut giginya, atau kukunya, kemudian disiram dengan alkohol. Dan masih banyak lagi metode seram lainnya.


Ini baru interogasi. Uniknya, tawanan ga boleh langsung dieksekusi. Mereka harus mengakui kesalahannya (apapun itu, walaupun ngarang) lalu didokumentasikan (entah kenapa DK melakukan dokumentasi dan menyimpannya dengan baik). Perkosaan juga dilarang, bagi yang berbuat langsung dibunuh (meski banyak juga pemerkosaan secara sembunyi-sembunyi). Kadang mereka juga dipaksa untuk menyebutkan nama sesama "mata-mata". Semacam MLM deh, kudu nyebut nama orang lain, siapapun itu. Alhasil makin banyak yang masuk ke sana.



ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
Pas foto para korban, sengaja gua blur. Sebelum korban diapa-apain, mereka ditanyain dulu data diri yang lengkap beserta difoto, baru dijeblosin ke penjara. Ada foto-foto tawanan orang asing juga di sini. Ada beberapa korban wajahnya malah "modern" alias ganteng dan cantik untuk standar kita sekarang loh! Kalau mau lihat foto-foto korban yang lengkap, datang ke website resminya aja di sini

Area di sekitar S-21 untuk menguburkan mayat, dalam setahun jadi penuh. Calon korban pun dikirim ke Cheoung Ek untuk dibunuh (makanya namanya Killing Field). Ohiya, killing field ini ga cuma di Phnom Penh saja loh, tapi nyebar di hampir seluruh kamboja!

Kehidupan di Penjara


Buat para tawanan yang menunggu interogasi atau menunggu eksekusi, mereka dimasukkan di sel (ruang kelas yang berubah jadi sel). Satu ruangan bisa berisi puluhan orang. Dan masing-masing diborgol kaki-tangannya, bukan dengan rantai, tapi dengan besi memanjang, sehingga mereka harus berbaris rapih. Bahkan untuk tidur pun harus berbaris. Tidur telentang di atas lantai, tanpa selimut, matras bahkan kelambu untuk menghalau nyamuk -bayangin tangan kaki lagi dirantai terus dikelilingin nyamuk. Puluhan orang dalam satu ruangan. Setiap empat hari sekali, penjaga bakal nyemprot air ke dalam ruangan dengan selang. Saat itulah mereka bisa minum.


Tanpa mandi, kadang ga dikasih ijin ke WC, tawanan terpaksa buang hajat di situ juga. Bayangin baunya gimana; bau tai, kencing dan keringet jadi satu. Otomatis kamar-kamar tahanan jadi sarang penyakit. Gatal-gatal, cacingan, kutuan, you name it! Tiap pagi pukul 4.30, tahanan dipaksa telanjang untuk mengecek apakah mereka membawa sesuatu yang bisa dijadikan alat untuk kabur atau bunuh diri. Yeah, bahkan bunuh diri pun dilarang di sini -meski beberapa tahanan berhasil bunuh diri. Intinya, ga boleh melakukan sesuatu tanpa ijin dari penjaga! Bahkan ngobrol sesama tahan juga ga boleh!



ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
Ruangan kelas yang dijadikan sel-sel kecil

ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
Versi lain dari sel-sel penjara. Nampak ada nomor-nomor yang ditulis ditembok, merupakan tempat menggangtung kunci sel. Foto kanan bawah merupakan sel tempat salah satu survivor ditahan.


Para sipir penjara yang kejam ini sebagian besar merupakan anak muda yang telah dibrainwash oleh DK. Bahkan eksekutor di Choeung Ek kebanyakan bocah! Di benak mereka, hal yang mereka lakukan adalah benar. Mereka ga merasa bersalah sama sekali. Pantesan bisa sekejam itu! 

*koq gw jadi serem yah, semoga ga terjadi di Indonesia! Amiin!

Ada sepuluh peraturan yang wajib dilakukan oleh tawanan. Kalau tidak dilakukan, eksekusi ganjarannya. Meski cepat atau lambat, mereka akhirnya dieksekusi juga.






1. You must answer accordingly to my question. Don't turn them away.
2. Don't try to hide the facts by making pretexts this and that, you are strictly prohibited to contest me.
3. Don't be a fool for you are a chap who dare to thwart the revolution.
4. You must immediately answer my questions without wasting time to reflect.
5. Don't tell me either about your immoralities or the essence of the revolution.
6. While getting lashes or electrification you must not cry at all.
7. Do nothing, sit still and wait for my orders. If there is no order, keep quiet. When I ask you to do something, you must do it right away without protesting.
8. Don't make pretext about Kampuchea Krom (small area in south Vietnam consist of Kampuchea people) in order to hide your secret or traitor.
9. If you don't follow all the above rules, you shall get many lashes of electric wire.
10. If you disobey any point of my regulations you shall get either ten lashes or five shocks of electric discharge.

Selain kamar penjara yang besar, ada beberapa ruangan kelas yang dijadikan bilik-bilik kecil, untuk dijadikan sel penjara. Sel ini ga cukup besar untuk tidur telentang, tapi tawanan dirantai tangannya di tembok, sehingga mereka tidur berdiri. Salah satu survivor S-21 ditemukan di dalam sel ini. Meski ribuan orang yang dibantai (estimasi sekitar 20.000 orang, tapi angka pastinya tidak ketahuan, kemungkinan lebih besar dari estimasi), ada 12 orang yang selamat! 7 orang dewasa dan lima anak kecil. Salah satu anak kecil itu tidak bertahan lama, dan kemudian meninggal ketika dibebaskan.


Pembebasan Kampuchea


Hal yang unik, Demoratic Kampuchea yang berhaluan komunis, berhasil dijatuhkan oleh serangan dari tentara Vietnam yang juga berhaluan komunis! Tentara Vietnam bernama the Salvation Front atau Kampuchea United Front for National Salvation dibentuk oleh 70 orang Kamboja yang anti, maupun defector dari Khmer Rougue. Mereka juga pro-Hanoi (Vietnam Utara), jadi sama-sama pro komunis, sehingga mendapat dukungan militer oleh Vietnam. Bedanya, mereka menginginkan membentuk negara republik baru bernama People's Republic of Kamupchea (PRK).


Gw selalu bertanya-tanya, kenapa Vietnam malah menyerang Kamboja, padahal sesama komunis. Setelah riset sana-sini wikipedia akhirnya gw nemu jawabannya. Karena Khmer Rogue memperebutkan wilayah perbatasan dengan Vietnam. Awalnya Khmer Rogue mengirim tentara untuk merebut wilayah vietnam (termasuk Phu Quoc island), lalu dipukul mundur. Begitu seterusnya hingga Vietnam kesal, sehingga membantu Salvation Front untuk menumpas Pol Pot and the gang. Itu satu, hal lainnya, ternyata dalam kubu komunis sendiri terbagi menjadi dua kutub; Sovyet (Stalin) dan China (Mao). Vietnam utara lebih ke kubu Sovyet sementara DK lebih ke kubu China. Yaaah, cocoklogi aja lah ya, dua hal ini yang membuat mereka sah-sah aja saling menyerang. 


Pembebasan Phnom Penh sendiri banyak dilakukan oleh tentara Vietnam. Ketika Phnom Penh sudah mulai dikuasai oleh Vietnam, ratusan sipir penjara malah kabur, meninggalkan penjara beserta isinya apa adanya. Foto-foto yang dipajang di gedung A, merupakan dokumentasi dari Hồ Văn Tây, fotografer perang dari Vietnam. Dia dan kawan-kawannya menelusuri bau busuk yang tercium dari jauh, hingga menemukan lokasi ini, baru saja ditinggalkan oleh para sipir. Mayat yang belum dikubur dan masih dirantai, yang baru saja dieksekusi beberapa jam lalu, yang difoto oleh Hồ dan kini dipajang di ruangan tempat mayat tersebut ditemukan. Serta dokumentasi-dokumentasi super lengkap dari sipir, ditinggal begitu aja. Pantesan isi dari museum ini sangat detail! Ditambah kesaksian dari para survivor, cerita dari museum ini authentic!



ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
Suasana di ruangan gedung A. Di ruangan-ruangan ini, korban yang baru saja dieksekusi ditemukan oleh Hồ  dan pasukannya. Cuma ada ranjang tua (dan saat itu mayat yang masih berdarah dan ditinggalkan oleh sipir). Di tengah ruangan terdapat foto para korban ketika ditemukan. Fotonya sengaja gak gw posting.



Survivors

Dua dari survivor penjara ini adalah seniman, dan karya-karya mereka mengenai suasana di penjara saat itu, diabadikan di museum. Cukup hebat, mereka bisa tahan mental di situasi seperti itu, dan menceritakannya melalui lukisan. Salut.


Sebagian besar survivor bisa selamat karena mereka memiliki skill khusus. Bou Meng dan Vann Nath merupakan seniman, skill mereka dipakai untuk mendokumentasi keadaan disana. Chum Mey, seorang mekanik, skillnya dipakai untuk memperbaiki mesin-mesin. Yang lainnya bisa selamat karena nasib. Sebenarnya para survivor ini cukup cerdik menipu sipir penjara. Misalnya Chum Mey, dia sebenarnya bisa memperbaiki beberapa mesin dalam sehari, tapi dia sengaja ngelamain biar ga dieksekusi. Bahkan akhirnya dia jadi 'temenan' dengan beberapa sipir, dikasih jatah makan yang sedikit lebih baik daripada tawanan lain. Norgn Chan Pal, salah satu bocah survivor kini mempublish ceritanya dalam bentuk buku. 


Komunisme ala DK vs Komunisme ala Hanoi


Tadi gw udah jelasin kalau Khmer Rogue berhasil ditumbangkan oleh sesama kekuatan komunis. Apa yang membedakan? Kenapa dua kekuatan yang berhaluan sama, saling menyerang?


Dalam komunisme, semua orang diperlakukan sama rata, tidak ada kelas sosial. Khmer Rogue mengaplikasikan idealisme ini denga sangat literal. Misalnya, semua orang harus berpakaian sama, mendapatkan jatah makanan yang sama (ga perduli orang tua, muda, bocah, sakit atau sehat). Semua rakyat tidak boleh memiliki harta yang lebih banyak dari rakyat lainnya, sehingga harta-harta masyarakat wajib diserahkan ke negara. Yang punya rumah kini wajib tidur di kamp-kamp bersama. Yang punya perhiasan, wajib menyerakhannya ke negara (meski banyak yang milih untuk menguburkan perhiasan mereka). 



ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
(kiri) Display pakaian rakyat ala Khmer Rogue (hitam-hitam) versus pakaian rakyat sebelum rezim berkuasa.
(kanan) Diorama anak-anak jaman Khmer Rogue 'diajarin' kebenaran sesuai versi DK. 

Yang paling parah, tidak boleh ada agama, cuma negaralah sebagai entitas terbesar dan wajib dipuja. Semua simbol agama, dari pakaian hingga rumah ibadah dihancurkan. Pemuka agama (terutama biksu dengan jubah orangenya) dipaksa berpakaian 'biasa' kalau tidak, mereka dibunuh. Banyak wat, mesjid dan gereja yang dirusak. Bahkan Angkor Wat pun yang sebelum DK berkuasa sedang dalam proses renovasi, menjadi terbengkalai, bahkan beberapa batunya hilang atau rusak. Komunisme ala DK ini sering disebut komunisme atheis. Mengingatkan gw ama PKI di Indo, yang sering diasosiasikan dengan atheisme. 


ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
Foto tulang-belulang korban di temukan di museum dan beberapa spot killing field yang tersebar di Kamboja.


Apa bedanya dengan Komunisme ala Hanoi? Salvation Front yang berhaluan komunis, diisi oleh beberapa pemuka agama, maupun member non-komunis. Mereka mau mendikan negara baru berlandaskan republik, dengan semangat komunis (meski kini sudah pudar) dan dengan pendekatan yang jauh lebih humanis daripada DK, serta mengembalikan kekuasaan klan Norodom.

Kini, suasanya komunis sudah tidak terasa lagi di Kamboja. Negara republik monarki ini masih memiliki raja yang berkuasa hingga sekarang, raja Norodom Sihamoni (keturunan raja Norodom Sihanouk) dengan perdana menteri yang dipilih secara elektoral untuk menjalankan roda pemerintahan. Beda dengan Laos dan Vietnam sekarang, di mana suasana komunisme sangat terasa. Di sana, di mana-mana bendera palu arit berkibar, sejajar dengan bendera negara. Tapi jangan takut guys, cerita-cerita seram yang menghantui kita mengenai komunis ga terlihat di negara-negara ini. Bahkan udah kapitalis juga si, dengan banyaknya franchise-franchise Amrik udah masuk ke negara-negara tersebut.


Aftermath

Apa yag terjadi dengan tentara Dk dan rejim Pol Pot setelah Kamboja di bebaskan? Sebagian besar tentaranya menyerahkan diri dan diadili. Banyak yang insyaf dan kini menjadi petani di country side. Bagaimana dengan para bossnya? Pasti kita mikir mereka bakal langsung dieksekusi kan? 


Well, not that easy, Armando!


Ketika berkuasa, Khmer Rogue mendapatkan pengakuan dan dukungan Internasional. Mereka mendapatkan tempat di PBB, China dan Swedia mendukung mereka.  Ketika isu genosida ini tercium oleh PBB, mereka mengirim pasukan khusus ke sana dan mereka melihat rakyat Kampuchea bertani dan menggali parit dengan sangat gembira -sebelumnya rakyat udah diberitahu kalau ada bule yang lewat, mereka wajib senyum dan melambai ke mereka. Alhasil, temuan ini dibawa ke dunia dan mereka mengadvokasi bahwa ga ada kejadian brutal di sana!


Sehingga walaupun Democratic Kampuchea diganti menjadi People's Republic of Kampuchea, Khmer Rogue tidak serta merta musnah dan diadili. Khmer Rogue tetap ada meski bergerilya. Pol-pot, pemimpin tertinggi di Khmer Rogue, dengan julukan Brother number 1, hidup nomaden di pengasingan sambil memimpin Khmer Rogue dari bayangan. Beberapa kali disidang, dia tetap menganggap kalau PRK mengkudeta mereka, dan menyangkal semua kekejaman yang dilakukan rezimnya. Karena kekuatan politiknya sangat besar, sehingga dia mati tanpa sempat diadili. Ada sumber yang menyebut kalau dia bunuh diri ketika menjadi tahanan rumah.


 Berikut nasib pemimpin Khmer Rogue lainnya:



  • Nuon Chea (brother number 2, sekaligus perdana menteri), baru ditangkap tahun 2007 dan dipenjara seumur hidup di tahun 2014. 
  • Ieng Sary (brother number 3, ipar Pol-pot sekaligus deputy perdana menteri) ditahan di tahun 2007 dan meninggal sebelum diadili di tahun 2013. 
  • Khieu Samphan (brother number 4, presiden Democratic Kampuchea) di tahan di tahun 2007 dan dipenjara seumur hidup di tahun 2014. 
  • Ta Mok (brother number 5) meninggal di tahun 2006 ketika menunggu pengadilan.
  • Son Sen (brother number 89, kaki tangan Pol-pot) dibunuh atas suruhan Pol-pot di tahun 1997 karena dianggap berhianat. Pol-pot menolak bertanggung jawab mengenai kasus ini.
  • Ieng Thirith (adik ipar Pol-pot) mengidap dementia sehingga dianggap tidak layak untuk memenuhi persidangan di tahun 2012. 
  • Kang Kek Lew (alias komrad Duch) kepala penjara S21. Tidak seperti leader Khmer Rougue lainnya, dia mengakui semua kesalahannya sampai ke detail-detailnya. Dia bertobat dan beralih menjadi seorang Kristen. Dia leader pertama yang diadili di tahun 2007 atas tuduhan pembunuhan, penyiksaan dan kejahatan atas kemanusiaan dengan ganjaran 30 tahun penjara. Kemudian di tahun 2012 hukumannya diperpanjang seumur hidup.

Kira-kira begitulah isi dari museum ini. Gw ceritain berdasarkan kronologinya, sebab kalau berdasarkan urutan layout museum, ceritanya ga linear. Intinya, gedung A merupakan gedung pertama yang dikunjungi, berisi ruangan besar tempat eksekusi per orangan. Di ruangan ini foto hasil jepretan Hồ Văn Tây dipajang. Dari lantai satu hingga lantai tiga, kurang lebih situasinya sama.


ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
(kiri) foto taman dari lantai tiga gedung A
(kanan) Foto suasana sekitar museum, dari belakang gedung C 
Di gedung B, dipajang gallery foto para korban. Lengkap dengan pakaian yang mereka kenakan sebelum dan sesudah dikuasai oleh Khmer Rogue. Ada juga foto foreigners yang ditahan di sini. Mereka sangat tidak beruntung, karena 'tiba' di Kampuchea ketika ketegangan meningkat, lalu mereka ditangkap karena dituduh mata-mata. 

Gedung C, merupakan ruangan yang dijadikan sel-sel kecil. Di sini ada beberapa bercak darah yang terlihat. Gedung D menyimpan memorabilia para korban, serta instrumen penyiksaan serta alat interogasi yang dipakai para sipir. Ada gedung lainnya di tengah, namun bukan bagian dari museum, yang saat itu dipakai untuk mengadakan upacara keagamaan. Gw lihat banyak biksu di situ.  



ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
Monumen nama-nama korban yang ditemukan di penjara S21.


Gw menghabiskan waktu berjam-jam di sini. Antara menikmati proses sejarah panjang kelam dan kompleks rezim ini, serta mencoba mencerna kekejaman yang mereka lakukan. Di otak gw percaya dan sudah pernah dengar mengenai kekejaman rezim Pol-pot, tapi nurani gw mengingkari. 


ransel bertopeng, tuol sleng genocide museum, s21 prison, phnom penh, khmer rogue, genocide museum
(kiri) Pemerintah Kamboja sering mengadakan kelas khusus untuk memperingati kejadian berdarah-darah ini, sekaligus sebagai pelajaran ke generasi berikut. Kadang diadakan screening film di museum ini.
(kanan) kita bisa ikut para biksu untuk meditasi di dalam museum ini.

Sekarang, kalau datang ke kota Phnom Penh sembari meminum kopi di salah satu franchise lokal negara ini, gw seakan ga percaya semua tragedi yang menimpa mereka. Negara ini dengan beraninya mengungkap sejarah kelam mereka, dan merangkak maju sambil melihat ke depan. 

Salut...


_____


P.S. Gw saat itu jalan kaki ke sini, dan merupakan bagian dari backpacking gw keliling Asia Tenggara dalam budget terbatas. Jadi kunjungan ke Choeung Ek gw (niatkan) di lain hari, kalau mengunjungi kota ini lagi (amiiin, dan hamdalah sudah gw lakukan!)

TIPS
Ticket (Tuol Sleng only)
Ticket only $5
Ticket & Audio Guide $8

TIPS
Access to Tuol Sleng Genocide Museum (and Choeung Ek Killing Field)
You can take tuk-tuk. Usually they have package, to Tuol Sleng Genocide Museum & Choeung Ek Killing Field is $15-20 per tuk-tuk. So, if you're with friends it's cheaper, coz one tuk-tuk can be used up to 4 persons! Or, your hostel might arrange it for you. Usually only $5 per person. There's also a nice red bus with aircon which you can buy the ticket at any travel agent in the city, for $21 per person.

Or use passapp, a tuk-tuk app like I explained here. Please noted that to go to Choeung Ek is really expensive with this app, coz it's far away outside the city. But for the S21 prison which is inside the city, it's cheap! 


P.S. I walked to S21.

What to Do
It's better to buy the ticket & audio guide, to immerse deep into the history, the facts & the stories of survivors. Or you can join the open group tour, which the guide will tell you the stories in your language!

Comments

Popular posts from this blog

Dummy Booking For Flight Ticket

Menyusun Itinerary Perjalanan & Budgeting dengan Google Maps

Pengalaman Tidur di Bandara Haneda, Tokyo

Day 18; Mengurus Surat Kehilangan di KBRI Thailand

Pengalaman Diganggu Ladyboy di Bangkok