Backpacking ASEAN

Backpacking keliling ASEAN. Ide ini udah lamaa banget nongol di kepala gua, sejak jaman kuliah. Tapi ga sempet mulu. Biasa, karena faktor duit maupun waktu. Hingga lulus, kemudian kerja, jadi sempat terlupakan, namun selalu membayang-bayangi di ujung kepala gua. Sempat siih, pas kerja dapat kesempatan untuk bisnis trip dari kantor. Ke Bangkok, Phnom Penh dan Yangon. Makin pengen kan, jalan-jalannya.


Ransel Bertopeng, Asean Backpacking, backpacking, SEA, SEA travel, Indochina travel, malaysia, melaka


Bistrip seperti itu enak sih. Tiket dan hotel dibayarin kantor, dan dapat duit saku pula. Tapi ga enaknya karena waktu kita ga bebas. Begitu landing, check-in hotel, langsung ke luar ketemu klien. Pulang malam, bikin report kerjaan hari itu. Yaah, meski gua pasti sempetin ngacir buat jalan-jalan, at least di sekitar hotel. Tapi mau liat apa malam-malam gitu? Kebanyakan mah, warung remang-remang yang ga remang-remang sama sekali. Dengan kata lain, pub-bar, dsb. Soo, paling gua hunting streetfood.  Selama bistrip, gua selalu pengen ngerasain hidup kayak orang lokal di sana, explore every nook & cranny.


Hingga akhirnya...

Waktu itu, awal 2017. Gua udah resign dan memutuskan untuk jadi full time freelancer. Means, banyak waktu tapi duit terbatas. Hahahaa. Nah, lagi iseng-iseng nongkrong di cafe, ada notifikasi dari AirA**a. PROMO! Langsung dah gua ngulik. Pokoknya mau cari penerbangan yang murah, ke mana aja, di Asia Tenggara. Dari Jakarta atau dari KL (karena basenya maskapai ini di KL)  ke Ho Chi Minh, ke Yangon, ke Phnom Penh. Pokoknya mana yang termurah, gua ambil!

Got IT! Gua dapat flight dari KL ke Phnom Penh, cuma IDR140k! Berangkat sekitar akhir bulan September. 

Daan, waktu pun berlalu. Seperti biasa, setelah mesen tiket murah, gua lupain tuh. Gua malah sempat jalan-jalan ke Jepang. 9 hari, 9 kota, budget cuma 8 juta rupiah exclude tiket pesawat! Bisa kalian baca di sini. Lalu, mendekati hari H. Notifikasi pun datang. Gua pun panik. Duit tinggal 3 jutaan rupiah, dan 200 dollar amrik. Bulan ini dan bulan depan ga ada pemasukan sama sekali. Should I go, or should I stay? Tapi kesempatan ini mungkin ga bakal datang lagi.

Di tengah kegalauan, akhirnya gua memutuskan:
berangkat aja deh.

Hakuna Matata. 


Aita Pea-pea. 


Allisvell. 


Bismillah. 


Que sera sera. 


Yolo.


Gua pun membuat Itinerary. Cari hotel termurah. Rute terbaik. Pake transportasi apa antar kota dan negaranya nanti. Budgeting. Ngulik-ngulik traveloka, booking.com, tripadvisor, lonely planet dan blog-blog travelling yang informatif. Kira-kira habisin 3juta-an untuk kira-kira sebulan. Biar masih ada sisa duit dikit pas balik. Impian gua udah di depan mata. Masak gua mundur?

Idealnya, gua mau mengunjungi seluruh negara di ASEAN (total 10, unofficially 11). Yang udah pernah gua kunjungi, yaitu Kamboja, Thailand, Myanmar, Singapur dan Malaysia. Termasuk Indonesia, berarti kurang 4 negara lagi. Brunei udah ga mungkin bisa kali itu, karena rutenya yang harus lewat udara. Plus budget gua minim. Terpaksa gua coret dari list. Philipina masih tanda tanya waktu itu. Kalau masih ada uang, mungkin bisa berangkat dari Vietnam. Kalau ga, gua berdoa lain kali bisa ke sana (hamdalah awal 2018 kemarin berhasil).

Bikin itinerary, mana yang bisa dapat semua (include negara-negara yang udah pernah gua datengin). Pokoknya Flight gua dari KL - Phnom Penh. Sebelum dan setelah nya gua kudu ke mana? Apakah dari PP-ke Siem Reap lanjut ke Thailand atau Laos? Atau malah balik ke Vietnam? Trus dari Vietnam ke Philipina? Okeh, pertama akhirnya gua beli tiket CGK-KL dulu. Kelamaan mikir, akhirnya tiba hari H. Itinerary belum lengkap. Akhirnya gua go-show aja. Dengan bekal satu tas ransel mini carrier dan satu waistbag saja, berangkatlah gw ke KL. Dapat tiket murah, IDR 200-an. Wow kan?


---

Ini rute yang gua lewatin waktu itu. Untuk rincian pengeluarannya ada di masing-masing artikel. FYI, budgetnya ini gw totalin dalam rate yang berlaku saat itu. Tentu sekarang lebih mahal. Jadi sebagai perbandingan, gw masukin budget dalam mata uang tiap-tiap negara juga. Kalo ada update harga, bisa dilihat di tiap-tiap artikel. 

Dan untuk tiket pesawat, karena beberapa udah gw beli sebelumnya dan ada juga yang gw ngutang ke temen*, makanya gw bedain budgetnya. Dan juga, tiket pesawat tuh fluktuatif, tergantung ada promo apa ga. Serta cash yang gw bawa saat itu ga ada yg gw keluarin untuk beli tiket pesawat.

*tapi udah lunas looh 😎 



---


Day1 & Day 2 Melaka, Malaysia by Bus
Day 1 tiba di KL tengah malam, tidur di KLIA2 lalu subuh-subuh gw berangkat ke Melaka by bus. Di sini gw explore area Jonker aja, dan gw lagi beruntung karena bisa dapat Jonker night market. Gw belakangan baru tau kalau ternyata Jonker night market tuh adanya pas wiken doang. 
Day 2 gw sempat ke mesjid selat malaka sebelum balik ke KL. Karena pesawat berangkat pagi, jadinya gw tidur lagi di KLIA2.


Ransel Bertopeng, Asean Backpacking, backpacking, SEA, SEA travel, Indochina travel, malaysia, melaka
Melaka World Heritage City

Day 3 Phnom Penh, Cambodia by Plane
Ini bakal menjadi kedua kalinya gw ke kota ini, setelah sebelumnya ke sana untuk biztrip. Masih ada perasaan unfinished business dengan kota yang memakai dua mata uang ini. Jadi, meski 1st impression gw ke kota ini jelek, gw masih penasaran. Dan second impression gw kota ini menarik juga. Meski hampir kena scam juga di sini, hehee. Ohiya, akhirnya gw berkunjung juga ke Tuol Sleng Genocide Museum. Satu list bisa dicoret deh.

Ransel Bertopeng, Asean Backpacking, backpacking, SEA, SEA travel, Indochina travel, phnom penh, mekong river, cambodia
Sungai Mekong, Phnom Penh, Cambodia


Day 4 Siem Reap, Cambodia by MiniVan
Perjalanan pagi ke Siem Reap. Deg-degan karena pertama kalinya ke kota ini, dan sebelumnya ama si klien dulu dibilangin di kota ini banyak premannya. Tapi tetep gw jabanin ajalah. Masak udah ke Kamboja tapi belum pernah ke Angkor Wat? Malam itu gw jg ketemuan dengan anak-anak Couchsurfer. Kita masih temenan ampe sekarang.

Day 5 Exploring Angkor Wat by bicycle 
Bangun subuh-subuh dan berkelana keliling AngkorWat pake sepeda butut. Sempat hampir gajadi karena harga tiketnya baru aja naik yang sebelumnya "cuma" $20 sekarang menjadi $37. Tapi kepalang tanggung ah. Dari langit masih gelap hingga langit gelap lagi, gw gowes keliling Angkor Wat. Hasilnya; Gempor! 

Gw bagi tiga artikel karena banyak foto;
Part 1; Angkor Wat dan sunrise hunting
Part 2; Angkor Thom
Part 3; Big Circle yang jarang orang tahu 


Ransel Bertopeng, Asean Backpacking, backpacking, SEA, SEA travel, Indochina travel, angkor wat, angkor thom, cambodia
The big faces of Angkor Thom
Ransel Bertopeng, Asean Backpacking, backpacking, SEA, SEA travel, Indochina travel, angkor wat, angkor thom, cambodia, cycling
Sepeda butut dan keranjangnya



Day 6 Siem Reap Killing Field
Loh, ada lagi killing field di kota ini? Ternyata killing field tuh nyebar di beberapa titik di Kamboja. Yang paling femes emang yang di Phnom Penh karena ibukota. Killing Field di Siem Reap mirip ama yang di Phnom Penh, sebuah kuil yang dijadiin lahan eksekusi 'kriminal' pada saat itu, dan kini tulang belulangnya dipajang di dalam Pagoda. Bedanya yang di Siem Reap, kuilnya masih berfungsi dan beraktifitas. Gw pun sempat foto-foto ama biksu di sini. Dikasih makanan pulak.

Ransel Bertopeng, Asean Backpacking, backpacking, SEA, SEA travel, Indochina travel, cambodia, siem reap, killing field
Foto bareng biksu yang tinggal di Wat Thmei, kuil yang menjadi lokasi Killing Field di Siem Reap

Day 7 BaVet, Cambodia-Vietnam Land Border Crossing
Nyeberang perbatasan Kamboja dan Vietnam dengan bus. Di sisi kamboja, banyak kasino dan hotel berbintang. Masuk sisi Vietnam, kosong. Kenek busnya mencoba narik duit extra ke penumpang, terutama bule. Passport ASEAN yang harusnya free visa juga dia cobain peruntungannya dengan nakut-nakutin, nyuruh urus sendiri. Karena pertama kali, gw dan beberapa turis ASEAN lainnya ngalah. Damn, melayang deh $1. Menang banyak si keneknya. 

Day 8 & Day 9 Ho Chi Minh, Vietnam
Di hari ke 8 ketemu ama temen lama orang-orang lokal, explore kota sendirian dan ke museum perang. Di hari selanjutnya, gw coba ke tempat yang jarang dikunjungi wisatawan dari Indonesia; Vietnam Traditional Museum.

Ransel Bertopeng, Asean Backpacking, backpacking, SEA, SEA travel, Indochina travel, vietnam, hochiminh, vietnam traditional museum
Vietnam Traditional Museum, mirip toko obat Cina



Day 10-12, Hanoi, Vietnam
Midnight flight di Hanoi, nyampe di kota tuanya semua pada tutup, termasuk hostel gw. Akhirnya gw cari mesjid dan tidur di dalam situ. Ternyata satu-satunya mesjid  di kota itu. Paginya gw explore car free day di Old Quarter. Lalu besoknya karena hujan gw cuma nongkrong di cafe, kenalan ma cewe-cewe lokal dan nyobain egg coffee yang famous itu.


Ransel Bertopeng, Asean Backpacking, backpacking, SEA, SEA travel, Indochina travel, hanoi, mosque
Satu-satunya mesjid di Hanoi


Day 13-14 Vientiane, Laos
Perjalanan darat dari Hanoi ke Vientiane di mulai di malam ke 12. Total perjalanan selama 25 jam di bus tanpa toilet dan gw doang yang orang asing di situ. It was a hell of a journey, made me wonder why I did this? Tapi yah, setelah sampai di Vientiane, semua terobati. Gw langsung jatuh cinta ama kota ini. Explore Vientiane, ke Patuxai dan museum-museumnya, jalan-jalan di pinggir sungai Mekong. Lalu nyeberang perbatasan Laos-Thailand yang bagi gw perbatasan paling oke. Prosesnya cepet banget dan ga makan banyak waktu juga selama di jalan. 


Ransel Bertopeng, Asean Backpacking, backpacking, SEA, SEA travel, Indochina travel, patuxai, laos, vientiane
Pose di depan Patuxai Monument, Vientiane, Laos

Day 14.5-20 Thailand
Setelah nyeberang perbatasan, gw sampai di NongKhai, kota perbatasan juga, Thai side. Di sini hampir ga ada apa-apa si, karena gw datangnya pas di low season. Plus malamnya hujan. 

Besoknya gw naik kereta dari NongKhai ke Bangkok. Total perjalanan sekitar 11 jam dengan pemandangan ok banget! Sampainya di Bangkok, kesialan demi kesialan mulai terjadi. Dari gagal ke MaeKlong Railway Market, kehilangan dompet, ke kantor polisi lokal dan KBRI buat ngurus surat kehilangan, hingga akhirnya bengong 3 harian karena duit kurang dari 1000 Baht. Gw akhirnya minjem duit ke temen buat beli tiket balik ke Indo. Coba ga, mungkin gw masih lanjut jalan, entah ke utara ke Chiang Mai, ke Barat di Yangon atau ke Selatan ke Malaysia.


Check out my video, summarised them all!

---

Gw bawa duit cash RP 3juta-an plus spare US$200 buat jaga-jaga aja. Total pengeluaran gw selama di perjalanan tadi kurang lebih 3,6 juta rupiah, termasuk hostel, transportasi darat, tiket-tiket museum dan landmark serta makan/minuman. Gua ga masukin tiket pesawat karena udah beli sebelumnya. Juga budget bwt foya-foya alias jajan, ngemil dan belanja suvenir rata-rata ga gua masukin, biar tau biaya pokoknya aja buat survive selama di sana. Kalau dimasukin jajan, gw seringnya beli teh botolan. Paling habis 300an selama 20 hari di luar sana. Intinya mah masih ada sejutaan lebih buat survive pas balik indo, dan dengan duit sekian gw kudu cari proyekan (hey, I did it, in Bali!).

---

Selama perjalanan ini banyak hal yang terjadi (horeee). Dari keliling Angkor Wat naik sepeda (capek boss, tapi puas), naik bus ke Vientienna selama 21 jam tanpa toilet dan gua doang yang orang asing, kenalan ma cewe di pesawat ke Hanoi hingga kehilangan dompet beserta isinya (hiks).

But overall, it was AMAZING and thank God I did it, and that changed meI know my self better, I appreciate money, even how small it was. Made friends. Sharpened my observation skill & survival skill. LOL.


Satu hal yang pasti: KURANG! Kurang lama boss! Pengen explore tiap negara sebulan, gitu. Biar puas. Tapi apa daya. Duit ga cukup. Dan Di Bangkok, gua terpaksa mengakhiri perjalanan gua karena dompet raib! Hiks.


But someday I wil do it again. Let's say Amen together! 


AMEN!

---


Comments

Popular posts from this blog

Dummy Booking For Flight Ticket

Pengalaman Diganggu Ladyboy di Bangkok

Menyusun Itinerary Perjalanan & Budgeting dengan Google Maps

Singapore - Johor Bahru - Kuala Lumpur Lewat Jalur Darat

Pengalaman Tidur di Bandara Haneda, Tokyo