Day 10, Stranded in Hanoi
Midnite Flight ke Hanoi ini cukup berkesan buat gw. Ini pertama kalinya gw bakal nginjakin kaki di kota ini, ibukota negara Vietnam, lalu kenalan dengen cewe lokal di bandara, stranded in the middle of the city at (still) midnite, lalu tidur di mesjid kota Hanoi (yang katanya satu-satunya mesjid di kota itu!).
Begini ceritanya...
Artikel ini merupakan rangkaian perjalanan solo backpacking gua keliling ASEAN selama kurang lebih sebulan. Prologue-nya udah gua tulis di sini, kenapa gua melakukan solo travelling seperti ini. Day 1, Day 2 di Melaka, Day 3 di Phnom Penh, Day 4 perjalanan ke Siem Reap, Day 5 keliling Angkor Wat, Day 6 Killing Field Siem Reap, Day 7 nyeberang perbatasan Kamboja-Vietnam lewat darat. Day 8 keliling Saigon dan masuk ke War Remnant Museum, Day 9 main ke Vietnam Traditional Medicine Museum.
And this is my next story, flight from Saigon to Hanoi, meet a local girl at the airport, stranded in Hanoi in the middle of the night, then stayed at the local (the one and only) mosque in the city.
TO AIRPORT
Masih di Ho Chi Minh, flight gw beberapa menit sebelum tengah malam, so, 4 jam sebelum flight, gw udah siap2. Barang-barang udah gw ambil dari hostel, lalu jalan ke arah Pham Ngu Lao. Dari PNL (district 1) ke bandara cukup mudah. Bandaranya sebenarnya ga begitu jauh dari tengah kota. Bisa naik grab car, grab motor maupun bus bandara. Gw milih alterantif yang terakhir karena opsi itu yang paling murah dan efisien kalau stay di daerah district 1. Tinggal tunggu di bus stop di jalan Pham Ngu Lao (paling naman nunggu di depan Highlands Coffee), ga berapa lama bus nya yang berwarna kuning nongol. Jadi inget Bikun alias Bis Kuningg, istilah anak UI untuk shuttle bus dalam kampus, heheee…
Nah, si cewe yang aja namanya Đoàn ternyata baru resign dari kerjaannya di Saigon. Dy mau mudik aja, cari kerjaan di kampungnya, sekitar 45 menit dari Hanoi. Dy demen naik motor, dan motornya dipaketin naik kereta ke Hanoi dan helm kesayangannya dy bawa serta. Masih pengen ngobrol lama, kita udh disuruh boarding pesawat. Mana seat kita jauhan, jadi yeah add FB aja -mumpung ada WIFI di boarding room.
Pesawat yang gw naikin adalah Vietjet, yang saat itu lagi viral karena pramugarinya yang berbikini. Udah ngarep doong, bakal disapa dengan cewe-cewe sexy berbikini.
Ternyataa…
Semacam click bait dang! Kayaknya cuma beberapa (atau cuma satu?) flight doang di mana pramugarinya berbikini, buat marketing gimmick. Sisanya, biasa aja. Karena dah kecewa, plus cape seharian jalan, begitu pesawat take off gw langsung tepar. Perjalanan Saigon-Hanoi selama dua jam ga terasa sama sekali! Menjelang mendarat gw terbangun.
Sebelum flight tadi, di boarding room gw udah cek bagaimana caranya ke Old Quarter Hanoi dari bandara. FYI, daerah yang banyak turisnya dan (katana) satu-satunya yang menarik di Hanoi yah Kota Tua alias Old Quarter ini. Ada bus bandara ke Old Quarter dan berhenti di terminal dekat situ. Tapi beroperasi multi dari jam 5 pagi, jadi gw kudu nunggu sekitar 3 jam di bandara. Gw juga udah cek di mana kira-kira bisa tidur di bandara. Tinggal nyari sofa kosong aja katanya.
(info lebih lengkap dari Bandara ke Old Quarter baca di bagian bawah artikel ya...)
Begitu pesawat landed, gw lalu ngambil ransel gw. Gw cm sawa satu ransel dan satu waistbag, jadi ga usah nunggu bagasi lagi. Langsung ngacir ke area ruang tunggu bandara. Di depen, gw ketemu lagi si cewe tadi. Dy nanya, plan gw gimana. Gw jelasin aja seperti tadi. Karena kasian (emang friendly banget orangnya) dia nawarin mau nganter ke Old Quarter. Ternyata dia dijemput ama omnya di bandara, naik mobil dan bisa seaarah dengan Old Quarter. Gw iyain aja deh, mayan, hemat! Hehee…
Gw diajak ke ara parkiran, lalu kenalan ama Omnya. Sangar boss! Tangannya tattoo-an, mukanya kayak mafia-mafia Triad di film2 Hongkong jadul. Gilee, gw langsung deg-degan lah! Kalau gw sample diculik, kalau ternaya dy anak Yakuza trus mo jual organ gw, gw cm bisa pasrah. Panas dingin langsung menjalar ke badan gw. LEBAY! Hahahaaa
Begitu memasuki area ini, langsung ngeh kenapa di dinamakan Old Quarter. Sepanjang perjalanan tadi, bangunan-bangunan yang ada nampak tua. Tapi di area sini, bangunannya lebih tua lagi puluhan hingga ratusan tahun. Style kolonial. Semacam Kota Tua di Jakarta. Kebayang ga? Dan mobil pun akhirnya berhenti di depan hostel yang udh gw booking.
DAN TUTUP!
😱😱😱
SLEEP IN A MOSQUE
Gw coba search mesjid sekitar sini. Hamdalah dapat! Ada di dalam area Old Quarter. Gw coba download peta Hanoi biar gw bisa pake offline. Setelah selesai ngedownload, gw mulai menelusuri jalanan sepi nan remang-remang kota Hanoi. Di salah satu sudut gw lihat ada warung yang masih buka. Masih menjajakan makanan dan yang makan kayaknya anak-anak gaul lokal. Oiya, style warung mereka, mirip dengan di Yangon atau Phnom Penh; duduknya pake bangku plastik mini kayak yang sering di pake buat nyuci kalo di Indo. Semi jongkok deh.
Sekitar 10 menitan berjalan, akhirnya gw tiba di depan mesjid An-Noor. Mesjidnya super kecil, malah mirip mushalla. Dari depan cuma ada dinding batu berwarna putih polos, tanpa embel-embel desain apapun. Paling gerbangnya aja didesain bergaya arabic; lebih tinggi dari dinding sampingnya, dan atasnya dibuat berbentuk seperti kubah mesjid dengan sepasang menara di sisi kiri-kanannya. Tapi bangunan di dalamnya gerbangnya sendiri biasa aja, tanpa kubah, tanpa menara.
Gw coba masuk melangkah ke melewati gerbang. Rada deg-degan juga, ntar dikirain maling. Gw sedikit teriak 'samlekooom' dengan nada sedikit bergetar karena masih ga yakin bakal aman ato ga. Ga ada yang jawab. Sekali lagi teriak, kali ini lebih kenceng. Ga ada sahutan. Yauda, aman. Gw duduk-duduk di tangga depan bangunan utama, niatnya mah nunggu di depan sini aja.
Penasaran, gw lepas sepatu trus jalan ke arah pintu. Mau coba cek pintu bangunannya. Eh, kebuka dong! Ga mikir panjang, gw langsung bawa masuk tas gw, nyari pojokan lalu mencoba tidur. Jadi, di dalam bangunan utamanya ada lagi pintu kecil untuk masuk ke ruang utamanya, di mana mimbar imam berada. Di luar pintu kecil tadi, bagian sayap kiri, tempat perpustakaan dan inventori mesjid lainnya. Di luar bangunan utama, sebelah kanan, tempat wudhu dan toilet berada. Gw ambil sudut di area inventori mesjid, biar mojok gitu.
Ga berapa lama, udah semi ketiduran, tapi adrenalin masi ada, gw mendengar suara langkah kaki. Ada yang masuk, sontak gw terjaga. Gw langsung bangun, ngambil posisi duduk. Takut dimarahin kalo tidur dalam mesjid, hehee. Gw cek jam, masih setengah 4an loh!
Yang masuk salah satu marbot mesjid kayaknya. Pakaiannya mirip lah ama di Indo, atasan baju koko, bawah pake sarung, terus pake peci putih. Tampangnya juga masih muda gitu, dan nampak sedikit berwajah melayu. Setelahnya, mulai berdatangan satu persatu orang ke dalam mesjid. Makin ga bisa tidur guwee. Lagian kayaknya dah mau masuk jadwal sholat subuh, jadi weh ngantuk gw ilang! Kayaknya waktu sholat subuh di kota ini sekitar jam 4an lewat dikit.
HANOI BACKPACKER HOSTEL
Overview
Booking.com
Sekitar setengah 7 gw terbangun kedinginan! Gilak, di sini pagi-pagi lebih dingin daripada subuhnya! Di depan mesjid juga nampaknya mulai rame dengan suara-suara orang beraktivitas pagi. Gw coba ngabisin croissant gratisan tadi, sebelum keluar dari mesjid.
Di depan, nampak orang-orang sekitar nyiapin lapaknya. Di gerbang samping mesjid, ada yang jualan pho ayam. Di depan, ada toko roti tempat bapak-bapak Pakistan tadi beliin gw roti. Gw kembali menyusuri jalan area Old Quarter menuju hostel gw. Udara pagi di sini seger banget loh! Kalo gw ga stranded kayak tadi, mungkin gw masih tepar dan ga nyaksiin aktivitas warga lokal di pagi hari. A bless in disguised, may be?
Begini ceritanya...
-----
Artikel ini merupakan rangkaian perjalanan solo backpacking gua keliling ASEAN selama kurang lebih sebulan. Prologue-nya udah gua tulis di sini, kenapa gua melakukan solo travelling seperti ini. Day 1, Day 2 di Melaka, Day 3 di Phnom Penh, Day 4 perjalanan ke Siem Reap, Day 5 keliling Angkor Wat, Day 6 Killing Field Siem Reap, Day 7 nyeberang perbatasan Kamboja-Vietnam lewat darat. Day 8 keliling Saigon dan masuk ke War Remnant Museum, Day 9 main ke Vietnam Traditional Medicine Museum.
And this is my next story, flight from Saigon to Hanoi, meet a local girl at the airport, stranded in Hanoi in the middle of the night, then stayed at the local (the one and only) mosque in the city.
-----
TO AIRPORT
Masih di Ho Chi Minh, flight gw beberapa menit sebelum tengah malam, so, 4 jam sebelum flight, gw udah siap2. Barang-barang udah gw ambil dari hostel, lalu jalan ke arah Pham Ngu Lao. Dari PNL (district 1) ke bandara cukup mudah. Bandaranya sebenarnya ga begitu jauh dari tengah kota. Bisa naik grab car, grab motor maupun bus bandara. Gw milih alterantif yang terakhir karena opsi itu yang paling murah dan efisien kalau stay di daerah district 1. Tinggal tunggu di bus stop di jalan Pham Ngu Lao (paling naman nunggu di depan Highlands Coffee), ga berapa lama bus nya yang berwarna kuning nongol. Jadi inget Bikun alias Bis Kuningg, istilah anak UI untuk shuttle bus dalam kampus, heheee…
 |
| Tiket bus ke Tan Son Nyat Airport, harga udah tertera di tiket jadi ga perlu khawatir bakal lost in translation. UPDATE; sekarang harganya VND30k. Harap maklum, kamera HP nya butut, jadi foto seadanya, apalagi pas malem. |
Begitu naik, keneknya (a pretty lady!) nanya tujuan akhir. Bilang aja mau ke bandara, domestic terminal. Tar dikasi secarik kertas tiket, di dalamnya udah tertera harga bus nya. Saat itu harganya VND20k, sekarang udah VND30k (terakhir ke Saigon, sekitar Februari 2019 kemarin). Masih murah loh, sekitar 15 ribuan rupiah! Gw kirain bakal macet banget perjalanan ke bandaranya, soalnya hari itu udah Jumat malam. Apalagi Saigon katanya mirip ama Jakarta, pasti semwarut juga traffic nya. Ternyata, lancar jaya! Ga sampe sejam udah nyampe bandara! Padahal gw udah kira-kirain bakal makan waktu sejam setengah, atau max. 2 jam! Still got a lotta time to spend.
Bus nya berhenti di depan terminal internasional. Dan untuk ke terminal domestik, tinggal jalan kaki doang! Ga saampe 500 meter dah sampe! Bandara international Tan Son Nyat ternyata lebih kecil daripada Bandara Soetta! Setelah self check-in, karena waktu masih lama, jadilah gw muter-muter bandara dulu. Depan terminal domestik ada bangunan untuk parkiran sekaligus restoran. Sayang lagi bokek, jadi ga sempet icip-icip. Yeah, isi restonya juga franchise-franchise yang udah banyak di Jakarta koq.
 |
| TSN Airport, area pemberhentian bus. Lokasinya di depan terminal keberangkatan Internasional. |
 |
| TSN Airport, menuju terminal domestik, cuma jalan 5 menit dari terminal Internasional |
Menjelang jam 10 malam, gw lalu masuk ke gate. Dan menunggu dalam kebosanan. Sekitar setengah 12, lagi duduk2 di boarding room sembari nge-charge HP & Power Bank, ujug2 ada cewe manis mungil duduk deket gw. Kayaknya orang lokal, penampilan nampaknya masih mahasiswa gitu, dengan kaos oblong, jaket denim, celana jins sobek di bagian lutut dan sepatu converse. Yang aneh bin ajaib, dia bawa helm. Yeah, bawa helm buat naik pesawat. Dan di helm nya penuh ama sticker2 karakter Naruto. Ga pake lama, gw ajak aja ngobrol. Langsung nyambung karena kita sesama otaku! Hahhahaaa
Nah, si cewe yang aja namanya Đoàn ternyata baru resign dari kerjaannya di Saigon. Dy mau mudik aja, cari kerjaan di kampungnya, sekitar 45 menit dari Hanoi. Dy demen naik motor, dan motornya dipaketin naik kereta ke Hanoi dan helm kesayangannya dy bawa serta. Masih pengen ngobrol lama, kita udh disuruh boarding pesawat. Mana seat kita jauhan, jadi yeah add FB aja -mumpung ada WIFI di boarding room.
Pesawat yang gw naikin adalah Vietjet, yang saat itu lagi viral karena pramugarinya yang berbikini. Udah ngarep doong, bakal disapa dengan cewe-cewe sexy berbikini.
Ternyataa…
Semacam click bait dang! Kayaknya cuma beberapa (atau cuma satu?) flight doang di mana pramugarinya berbikini, buat marketing gimmick. Sisanya, biasa aja. Karena dah kecewa, plus cape seharian jalan, begitu pesawat take off gw langsung tepar. Perjalanan Saigon-Hanoi selama dua jam ga terasa sama sekali! Menjelang mendarat gw terbangun.
Sebelum flight tadi, di boarding room gw udah cek bagaimana caranya ke Old Quarter Hanoi dari bandara. FYI, daerah yang banyak turisnya dan (katana) satu-satunya yang menarik di Hanoi yah Kota Tua alias Old Quarter ini. Ada bus bandara ke Old Quarter dan berhenti di terminal dekat situ. Tapi beroperasi multi dari jam 5 pagi, jadi gw kudu nunggu sekitar 3 jam di bandara. Gw juga udah cek di mana kira-kira bisa tidur di bandara. Tinggal nyari sofa kosong aja katanya.
(info lebih lengkap dari Bandara ke Old Quarter baca di bagian bawah artikel ya...)
Begitu pesawat landed, gw lalu ngambil ransel gw. Gw cm sawa satu ransel dan satu waistbag, jadi ga usah nunggu bagasi lagi. Langsung ngacir ke area ruang tunggu bandara. Di depen, gw ketemu lagi si cewe tadi. Dy nanya, plan gw gimana. Gw jelasin aja seperti tadi. Karena kasian (emang friendly banget orangnya) dia nawarin mau nganter ke Old Quarter. Ternyata dia dijemput ama omnya di bandara, naik mobil dan bisa seaarah dengan Old Quarter. Gw iyain aja deh, mayan, hemat! Hehee…
Gw diajak ke ara parkiran, lalu kenalan ama Omnya. Sangar boss! Tangannya tattoo-an, mukanya kayak mafia-mafia Triad di film2 Hongkong jadul. Gilee, gw langsung deg-degan lah! Kalau gw sample diculik, kalau ternaya dy anak Yakuza trus mo jual organ gw, gw cm bisa pasrah. Panas dingin langsung menjalar ke badan gw. LEBAY! Hahahaaa
Etapi jangan anggap enteng! Waspada tetap perlu apalagi solo trip kayak gini! Begitu masuk di mobil, seatnya gw cek, bagian bagasinya gw perhatiin. Aman. Sedikit lega deh!😅
STRANDED!
Perjalanan dari bandara ke Old Quarter cukup lancar, sangat jarang kendaraan yang melintas, jalan-jalannya cukup lebar, bangunannya emang ga se sophisticated Jakarta atau Saigon. Sekitar 45 menitan, hampir jam 3 subuh, akhirnya mobil berbelok memasuki semacam gerbang dari batu. Kayak masuk area keraton di Jogja, cuma beda style. Di dalam gerbang batu inilah letak Old Quarter kota Hanoi berada.
STRANDED!
Perjalanan dari bandara ke Old Quarter cukup lancar, sangat jarang kendaraan yang melintas, jalan-jalannya cukup lebar, bangunannya emang ga se sophisticated Jakarta atau Saigon. Sekitar 45 menitan, hampir jam 3 subuh, akhirnya mobil berbelok memasuki semacam gerbang dari batu. Kayak masuk area keraton di Jogja, cuma beda style. Di dalam gerbang batu inilah letak Old Quarter kota Hanoi berada.
Begitu memasuki area ini, langsung ngeh kenapa di dinamakan Old Quarter. Sepanjang perjalanan tadi, bangunan-bangunan yang ada nampak tua. Tapi di area sini, bangunannya lebih tua lagi puluhan hingga ratusan tahun. Style kolonial. Semacam Kota Tua di Jakarta. Kebayang ga? Dan mobil pun akhirnya berhenti di depan hostel yang udh gw booking.
DAN TUTUP!
😱😱😱
Gedung-gedung tua bergaya kolonial di area sini yang udah disulap menjadi hotel, hostel, restoran, cafe maupun warung, pada tutup dengan rolling door. Padahal katanya ini area backpacker nya Hanoi. Gw kebayangnya tuh masih rame dengan ajeb-ajeb kayak di Bui Vien-nya Saigon ato Pub Streetnya Siem Reap. Ini mah kota mati! Hampir ga ada kehidupan, penerangan seadanya saja dari lampu jalanan. Mana ga ada internet!
PANIK tapi tetep coba stay cool. Ada cewe cakep soalnya 😛 Gw coba mikir jernih. Masih ada sekitar 3 jam lagi sebelum pagi. Jadi gw minta tolong ama cewe tadi buat cariin convenience store terdekat. Biasanya mereka buka 24 jam, dan ada internet! At least gw bisa nunggu ampe pagi di situ. What a great plan! That's what I thought...
Anyway, si Đoàn ngeliat peta, ada 2 Circle K sekitar sini. Gw dianterin ke Circle K terdekat dengan mobilnya, tapi udah tutup juga. Jalan ke CK ke dua, syukuuuuur masih buka!
Fyuuuh! Lega boss.
Akhirnya turun di situ aja, lalu berpisah ma si Đoàn soalnya udah ga enak banget ngerepotin mereka tengah malem gini. Setelah mobilnya menjauh, gw lalu masuk ke dalam CK dan beli minuman. Biasa, basa basi biar aman duduk-duduk di sini dan pake internetnya. Setelah bayar, gw nanya di lantai dua nya boleh dipake ga. Katanya boleh, tapi ga sekarang, lagi bersih-bersih. Lantai dua baru dibuka pagi.
PANIK tapi tetep coba stay cool. Ada cewe cakep soalnya 😛 Gw coba mikir jernih. Masih ada sekitar 3 jam lagi sebelum pagi. Jadi gw minta tolong ama cewe tadi buat cariin convenience store terdekat. Biasanya mereka buka 24 jam, dan ada internet! At least gw bisa nunggu ampe pagi di situ. What a great plan! That's what I thought...
Anyway, si Đoàn ngeliat peta, ada 2 Circle K sekitar sini. Gw dianterin ke Circle K terdekat dengan mobilnya, tapi udah tutup juga. Jalan ke CK ke dua, syukuuuuur masih buka!
Fyuuuh! Lega boss.
Akhirnya turun di situ aja, lalu berpisah ma si Đoàn soalnya udah ga enak banget ngerepotin mereka tengah malem gini. Setelah mobilnya menjauh, gw lalu masuk ke dalam CK dan beli minuman. Biasa, basa basi biar aman duduk-duduk di sini dan pake internetnya. Setelah bayar, gw nanya di lantai dua nya boleh dipake ga. Katanya boleh, tapi ga sekarang, lagi bersih-bersih. Lantai dua baru dibuka pagi.
 |
| Stranded di tengah kesunyian malam di Hanoi Old Quarter. Dah sepi, remang-remang pula, serem ga? Sayangnya pake kamera HP butut, jadinya ga fotonya ga keren. Padahal kesempatan banget tuh foto-foto pas sepi. |
 |
| Untuung Circle K masih buka, tapi belum bisa dipake buat nongkrong |
MAMPUS GUWEEE!!! 😱😱😱
Mana di lantai bawahnya ini sempit banget lagi! Gada tempat buat duduk. Akhirnya gw nanya password internetnya aja. Untung ada, meski lemot! Lalu gw duduk ngemper di depan toko. Sambil minum aer, gw browsing internet. Sembari browsing, gw liat beberapa turis baru sampe juga area Old Quarter sambil bawa koper gede-gede! Kayaknya pada panik juga, karena bangunan-bangunan di sini pada tutup.
Gw coba mikir lagi, kira-kira tempat yang aman dan nyaman buat nunggu pagi di mana. Terlintas lah di benak gw; MESJID!
Mana di lantai bawahnya ini sempit banget lagi! Gada tempat buat duduk. Akhirnya gw nanya password internetnya aja. Untung ada, meski lemot! Lalu gw duduk ngemper di depan toko. Sambil minum aer, gw browsing internet. Sembari browsing, gw liat beberapa turis baru sampe juga area Old Quarter sambil bawa koper gede-gede! Kayaknya pada panik juga, karena bangunan-bangunan di sini pada tutup.
Gw coba mikir lagi, kira-kira tempat yang aman dan nyaman buat nunggu pagi di mana. Terlintas lah di benak gw; MESJID!
SLEEP IN A MOSQUE
Gw coba search mesjid sekitar sini. Hamdalah dapat! Ada di dalam area Old Quarter. Gw coba download peta Hanoi biar gw bisa pake offline. Setelah selesai ngedownload, gw mulai menelusuri jalanan sepi nan remang-remang kota Hanoi. Di salah satu sudut gw lihat ada warung yang masih buka. Masih menjajakan makanan dan yang makan kayaknya anak-anak gaul lokal. Oiya, style warung mereka, mirip dengan di Yangon atau Phnom Penh; duduknya pake bangku plastik mini kayak yang sering di pake buat nyuci kalo di Indo. Semi jongkok deh.
Sekitar 10 menitan berjalan, akhirnya gw tiba di depan mesjid An-Noor. Mesjidnya super kecil, malah mirip mushalla. Dari depan cuma ada dinding batu berwarna putih polos, tanpa embel-embel desain apapun. Paling gerbangnya aja didesain bergaya arabic; lebih tinggi dari dinding sampingnya, dan atasnya dibuat berbentuk seperti kubah mesjid dengan sepasang menara di sisi kiri-kanannya. Tapi bangunan di dalamnya gerbangnya sendiri biasa aja, tanpa kubah, tanpa menara.
Gw coba masuk melangkah ke melewati gerbang. Rada deg-degan juga, ntar dikirain maling. Gw sedikit teriak 'samlekooom' dengan nada sedikit bergetar karena masih ga yakin bakal aman ato ga. Ga ada yang jawab. Sekali lagi teriak, kali ini lebih kenceng. Ga ada sahutan. Yauda, aman. Gw duduk-duduk di tangga depan bangunan utama, niatnya mah nunggu di depan sini aja.
 |
| Gerbang mesjid An-Noor dari depan. Pas lagi stranded, area ini gelap banget, gada orang. Foto ini gw ambil di malam setelah gw stranded, kebetulan lagi ada night market, makanya meriah. |
 |
| Tangga masuk menuju mesjid An-Noor. Foto ini gw ambil di pagi hari, makanya kualitas fotonya udah rada terang. |
Ga berapa lama, udah semi ketiduran, tapi adrenalin masi ada, gw mendengar suara langkah kaki. Ada yang masuk, sontak gw terjaga. Gw langsung bangun, ngambil posisi duduk. Takut dimarahin kalo tidur dalam mesjid, hehee. Gw cek jam, masih setengah 4an loh!
Yang masuk salah satu marbot mesjid kayaknya. Pakaiannya mirip lah ama di Indo, atasan baju koko, bawah pake sarung, terus pake peci putih. Tampangnya juga masih muda gitu, dan nampak sedikit berwajah melayu. Setelahnya, mulai berdatangan satu persatu orang ke dalam mesjid. Makin ga bisa tidur guwee. Lagian kayaknya dah mau masuk jadwal sholat subuh, jadi weh ngantuk gw ilang! Kayaknya waktu sholat subuh di kota ini sekitar jam 4an lewat dikit.
 |
| Suasana di dalam mesjid setelah pada pulang shalat subuh |
Di sini gada speaker luar maupun dalam, jadi adzannya juga cuma ngandelin volume suara muadzinnya. Setelah wudhu, gw ikutan sholat berjamaah di ruang utama. Jamaahnya ga banyak, cuma ada dua shaf yang ga penuh sampe ujung ruangan. Kelar sholat, gw balik ke area sayap kiri. Beberapa makmum juga ikutan ke sana. Ada yang ngobrol, ada yang ngaji. Gw ngajak ngobrol salah satu jamaahnya, bapak-bapak berwajah bijak, dengan wajah tipikal melayu.
Ternyata, orang Sumatra! Langsung ngobrol pake Bahasa Indoesia! Setelah semingguan lebih berbahasa Inggris, lega juga nih lidah bisa ngomong pake bahasa ibu pertiwi! Beliau cerita, sedang kerja di Hanoi. Beberapa jemaah di sini ada yang kerja tetap di kota ini, ada juga yang sering bisnis trip ke kota ini. Muadzin tadi, yang berwajah melayu, emang orang Malaysia. Sisanya, ada orang Arab, Maroko, Pakistan dan sisanya lupa! Hehehee.
Sedikit cerita yang gw dapat dari hasil browsing internet, agama Islam telah lama ada di Vietnam, khususnya di Vietnam selatan, sekitar area Ho Chi Minh saat ini. Sekitar tahun 650 ada kerajaan bercorak Islam berdiri di sana, bernama kerajaan Champa (yang menyebar hingga ke wilayah Kamboja saat ini). Karena perang perebutan wilayah dengan kerajaan sekitar akhirnya kerajaan ini runtuh dan terserap dengan kerajaan lainnya yang datang dari Cina.
Di Hanoi sendiri, sejak awal abad ke-19, banyak berkumpul saudagar dari India dan Timur Tengah. Mereka berpusat di jalan Hang Dao, distrik Hoan Kiem. Di area inilah mereka patungan untuk mendirikan mesjid bernama An-Noor Mosque. Tahun 1890 mesjid ini resmi berdiri menempati luas area sekitar 700m2.
Setelah berdiri lebih dari 100 tahun, here I am, nongkrong di dalam mesjid itu sembari ngobrol dengan salah satu jemaahnya. Gw pun nyeritain kisah gw ke bapak berdarah Sumatra tadi. Katanya bagus itu, mumpung masih muda, selagi kuliah, kudu keliling lihat dunia!
"Ntab pak! Tapi gw ga muda-muda banget loh! Dan udah berapa tahun lalu lulusnya. Tapi thanks loh, masih dikirain mahasiswa! Hohooo..." <--- Kata-kata gw dalam hati. Di luar mah, gw senyum-senyum aja nge-iyain.
Terus gw cerita soal hostel-hostel (bahkan beberapa hotel) di sini yang tutup. Katanya mah, biasa itu. Tinggal diketokin doang, mereka pasti buka. Kejadian kayak gw udah biasa terjadi.
Yaampuuuuun! Tau gituuu. Tapi ga papalah, namanya juga pengalaman. Seru-seruin aja!
Waktu dah nunjukin pukul setengah 6, pelan-pelan jamaah mulai keluar dari mesjid. Gw minta ijin ke bapak tadi untuk tinggal sebentar di mesjid. Ama beliau dipersilahkan, take your time. Aseeek. Salah satu bapak-bapak Pakistan juga bilang, santai aja. Ga berapa lama, beliau balik lagi ke dalam mesjid sambil bawain sebungkus croissant hangat! Baru beli di toko sebelah. Buat sarapan, katanya.
KUTERHARUUUU
Setelah ngasi croissant tadi, beliau pamit. Katanya, pintunya ga usah dikunci karena emang terbuka buat siapa aja. Nah ini nih yang gw demen! Setelah mastiin ga ada orang lagi di dalam, gw pun berbaring di lantai mesjid beralaskan karpet, dengan tas ransel gw sebagai bantal dan jaket gw sebagai selimut. Ga pake lama, gw langsung tepar.
Ternyata, orang Sumatra! Langsung ngobrol pake Bahasa Indoesia! Setelah semingguan lebih berbahasa Inggris, lega juga nih lidah bisa ngomong pake bahasa ibu pertiwi! Beliau cerita, sedang kerja di Hanoi. Beberapa jemaah di sini ada yang kerja tetap di kota ini, ada juga yang sering bisnis trip ke kota ini. Muadzin tadi, yang berwajah melayu, emang orang Malaysia. Sisanya, ada orang Arab, Maroko, Pakistan dan sisanya lupa! Hehehee.
Sedikit cerita yang gw dapat dari hasil browsing internet, agama Islam telah lama ada di Vietnam, khususnya di Vietnam selatan, sekitar area Ho Chi Minh saat ini. Sekitar tahun 650 ada kerajaan bercorak Islam berdiri di sana, bernama kerajaan Champa (yang menyebar hingga ke wilayah Kamboja saat ini). Karena perang perebutan wilayah dengan kerajaan sekitar akhirnya kerajaan ini runtuh dan terserap dengan kerajaan lainnya yang datang dari Cina.
Di Hanoi sendiri, sejak awal abad ke-19, banyak berkumpul saudagar dari India dan Timur Tengah. Mereka berpusat di jalan Hang Dao, distrik Hoan Kiem. Di area inilah mereka patungan untuk mendirikan mesjid bernama An-Noor Mosque. Tahun 1890 mesjid ini resmi berdiri menempati luas area sekitar 700m2.
Setelah berdiri lebih dari 100 tahun, here I am, nongkrong di dalam mesjid itu sembari ngobrol dengan salah satu jemaahnya. Gw pun nyeritain kisah gw ke bapak berdarah Sumatra tadi. Katanya bagus itu, mumpung masih muda, selagi kuliah, kudu keliling lihat dunia!
"Ntab pak! Tapi gw ga muda-muda banget loh! Dan udah berapa tahun lalu lulusnya. Tapi thanks loh, masih dikirain mahasiswa! Hohooo..." <--- Kata-kata gw dalam hati. Di luar mah, gw senyum-senyum aja nge-iyain.
Terus gw cerita soal hostel-hostel (bahkan beberapa hotel) di sini yang tutup. Katanya mah, biasa itu. Tinggal diketokin doang, mereka pasti buka. Kejadian kayak gw udah biasa terjadi.
Yaampuuuuun! Tau gituuu. Tapi ga papalah, namanya juga pengalaman. Seru-seruin aja!
Waktu dah nunjukin pukul setengah 6, pelan-pelan jamaah mulai keluar dari mesjid. Gw minta ijin ke bapak tadi untuk tinggal sebentar di mesjid. Ama beliau dipersilahkan, take your time. Aseeek. Salah satu bapak-bapak Pakistan juga bilang, santai aja. Ga berapa lama, beliau balik lagi ke dalam mesjid sambil bawain sebungkus croissant hangat! Baru beli di toko sebelah. Buat sarapan, katanya.
KUTERHARUUUU
Setelah ngasi croissant tadi, beliau pamit. Katanya, pintunya ga usah dikunci karena emang terbuka buat siapa aja. Nah ini nih yang gw demen! Setelah mastiin ga ada orang lagi di dalam, gw pun berbaring di lantai mesjid beralaskan karpet, dengan tas ransel gw sebagai bantal dan jaket gw sebagai selimut. Ga pake lama, gw langsung tepar.
 |
| Rejeki anak sholeh, dibeliin roti croissant sama bapak-bapak jamaah mesjid |
HANOI BACKPACKER HOSTEL
Overview
Lokasi............. 9 (di pusat Old Quarter, dekat dengan kombini dan pasar)
Kenyamanan.. 7
Kebersihan..... 6
Internet .......... 6
Fasilitas ......... 7
Service .......... 8
Price .............. 8
Sekitar setengah 7 gw terbangun kedinginan! Gilak, di sini pagi-pagi lebih dingin daripada subuhnya! Di depan mesjid juga nampaknya mulai rame dengan suara-suara orang beraktivitas pagi. Gw coba ngabisin croissant gratisan tadi, sebelum keluar dari mesjid.
Di depan, nampak orang-orang sekitar nyiapin lapaknya. Di gerbang samping mesjid, ada yang jualan pho ayam. Di depan, ada toko roti tempat bapak-bapak Pakistan tadi beliin gw roti. Gw kembali menyusuri jalan area Old Quarter menuju hostel gw. Udara pagi di sini seger banget loh! Kalo gw ga stranded kayak tadi, mungkin gw masih tepar dan ga nyaksiin aktivitas warga lokal di pagi hari. A bless in disguised, may be?
 |
| Begitu pagi, suasana kota ini mulai hidup, ga madesu kayak tadi (tengah) malem! |
Yang jelas, suasananya beda banget dengan tadi subuh! Subuh tadi, sepi, ga ada aktivitas, suasana remang-remang mencekam, madesu banget!. Tapi pagi ini, everything felt alive! Cahaya matahari bersinar menembus bangunan-bangunan tua, orang-orang nyiapin lapaknya buat jualan, mobil, motor dan becak lalu-lalang, tapi ga macet dan masih nyaman buat jalan kaki.
Sampai depan hostel, yattaa, dah buka! Gw langsung coba check-in ke resepsionis sambil komplen soal semalam (apa sesubuh?) ke mas-mas yang jaga. Katanya sambil senyum, diketokin aja mas, tar pasti ada yang bukain. Testimoni yang sama dengan bapak di mesjid tadi!
Jadi guys, inget yah, ketok aja sampe dibukain! Hehee...
Meski masih pagi, gw udah dibolehin check-in, langsung dituntun ama mas-mas tadi ke lantai dua, tempat mix dorm berada. Gw dapat bed yang bawah, deket dengan jendela. Di ruangan ini ada balkonnya yang menghadap timur sehingga matahari pagi langsung menembak wajah gw. Silau! Tapi ini ngasi gw ide!
Setelah nancepin charger bwt ngecharge HP & PB, gw ngecek area toilet buat nyari washtafel. Niatnya mau nyuci baju-baju kotor. Setelah nemu, langsung bongkar-bongkar isi tas, nyari kaos-kaos, kolor dan kaos kaki kotor. Detergen yang gw beli di Siem Reap masih tersisa banyak! Kelar nyuci, laundry-an gw gantungin deh di balkon. Langsung kena matahari, jadi tar siangan dah pasti kering! Mayan kan biar hemat 😃
Habis nyuci, gw lalu mandi. Lumayan ada shower pake aer panas. Karena dah mandi, pake aer panas pula, plus lega dah bisa nyuci & jemur baju, plus kena kasur empuk, akhirnya pagi itu gw terlelap.
ALIAS TEPAR
Sampai depan hostel, yattaa, dah buka! Gw langsung coba check-in ke resepsionis sambil komplen soal semalam (apa sesubuh?) ke mas-mas yang jaga. Katanya sambil senyum, diketokin aja mas, tar pasti ada yang bukain. Testimoni yang sama dengan bapak di mesjid tadi!
Jadi guys, inget yah, ketok aja sampe dibukain! Hehee...
Meski masih pagi, gw udah dibolehin check-in, langsung dituntun ama mas-mas tadi ke lantai dua, tempat mix dorm berada. Gw dapat bed yang bawah, deket dengan jendela. Di ruangan ini ada balkonnya yang menghadap timur sehingga matahari pagi langsung menembak wajah gw. Silau! Tapi ini ngasi gw ide!
Setelah nancepin charger bwt ngecharge HP & PB, gw ngecek area toilet buat nyari washtafel. Niatnya mau nyuci baju-baju kotor. Setelah nemu, langsung bongkar-bongkar isi tas, nyari kaos-kaos, kolor dan kaos kaki kotor. Detergen yang gw beli di Siem Reap masih tersisa banyak! Kelar nyuci, laundry-an gw gantungin deh di balkon. Langsung kena matahari, jadi tar siangan dah pasti kering! Mayan kan biar hemat 😃
Habis nyuci, gw lalu mandi. Lumayan ada shower pake aer panas. Karena dah mandi, pake aer panas pula, plus lega dah bisa nyuci & jemur baju, plus kena kasur empuk, akhirnya pagi itu gw terlelap.
ALIAS TEPAR
Mau lanjut nulis, gw juga ikut ngantuk nih. Lanjut di artikel berikut aja yah. Next nya ada Car Free Day di Hanoi, explore old quarter, main di Hoan Kiem Lake, dan pasar malam Hanoi.
--- つづく
Transport from Noi Bai Airport to Old Quarter Hanoi, Vice Versa
--- つづく
Transport from Noi Bai Airport to Old Quarter Hanoi, Vice Versa
Shuttle Bus
1 hour 15 mins
VND 40k
You can choose between several shuttle buses which depart just outside of the arrival terminal. There are shuttle buses leaving every 30-45 minutes and most of them cost 40.000 VND (€1,50). The shuttle bus you take does not have to be the same as your airline. Except with Jetstar where you need to check with the company first.
1 hour 15 mins
VND 40k
You can choose between several shuttle buses which depart just outside of the arrival terminal. There are shuttle buses leaving every 30-45 minutes and most of them cost 40.000 VND (€1,50). The shuttle bus you take does not have to be the same as your airline. Except with Jetstar where you need to check with the company first.
Public Bus
Another option is to take the public bus and start off your Vietnam trip by traveling like a local. You can find the public bus on the right side of the terminal exit. The bus reaches the drop-off point in about 1 hour. From there you can take another bus or taxi to your accommodation.
Unfortunately, you cannot book your bus tickets online. From the airport, there are two public buses leaving every 20 minutes from 5am to 10pm. You will find the bus stop on the right side of the terminal exit and the bus takes about one hour to the end station in Hanoi. From there it is a 20-30 minute walk or bus ride to the Old Quarter.
Bus 7 to Kim Ma bus station
Drop-off /pick-up at Kim Ma bus station.Bus 7 will bring you to Kim Ma bus station, from where it is about a 30-minute walk or a 20-minute bus ride to the Old Quarter. From Kim Ma bus station you can take a taxi or one of the several buses which drop you off next to the Old Quarter for 7.000 VND (€0,30). One of the options to Old Q is changing to bus 18 and asking the driver to get off at Phùng Hưng 167 or 115 (7.000 VND, €0,30).
Bus 17 to Long Bien bus station
Drop-off /pick-up at Long Bien bus station.
Bus 17 brings you to Long Bien bus station, from where you can walk in 20 minutes to Old Quarter or take a short taxi ride to your accommodation. This way you avoid the airport fees for taxis and only have to pay for a short taxi ride.
Another option is to take the public bus and start off your Vietnam trip by traveling like a local. You can find the public bus on the right side of the terminal exit. The bus reaches the drop-off point in about 1 hour. From there you can take another bus or taxi to your accommodation.
Unfortunately, you cannot book your bus tickets online. From the airport, there are two public buses leaving every 20 minutes from 5am to 10pm. You will find the bus stop on the right side of the terminal exit and the bus takes about one hour to the end station in Hanoi. From there it is a 20-30 minute walk or bus ride to the Old Quarter.
Bus 7 to Kim Ma bus station
Drop-off /pick-up at Kim Ma bus station.Bus 7 will bring you to Kim Ma bus station, from where it is about a 30-minute walk or a 20-minute bus ride to the Old Quarter. From Kim Ma bus station you can take a taxi or one of the several buses which drop you off next to the Old Quarter for 7.000 VND (€0,30). One of the options to Old Q is changing to bus 18 and asking the driver to get off at Phùng Hưng 167 or 115 (7.000 VND, €0,30).
Bus 17 to Long Bien bus station
Drop-off /pick-up at Long Bien bus station.
Bus 17 brings you to Long Bien bus station, from where you can walk in 20 minutes to Old Quarter or take a short taxi ride to your accommodation. This way you avoid the airport fees for taxis and only have to pay for a short taxi ride.
Bus 86 includes Hoan Kiem Lake, Long Bien station & Hanoi Central Railway
Bus number 86 is more eye-catching with yellow and orange offers fresher yet faster bus service. The operation hour is from 5 am to 10 pm. Ticket price is 30,000 VND (1.5 $). The bus route includes Hoan Kiem Lake, and Long Bien Station and terminates at Hanoi Central Railway Station. If you want to be dropped off at the nearest bus station to your hotel, then just ask the bus assistants, they can speak some English.
Note: Pay attention to the bus hours as they don’t operate during the night time.
Bus number 86 is more eye-catching with yellow and orange offers fresher yet faster bus service. The operation hour is from 5 am to 10 pm. Ticket price is 30,000 VND (1.5 $). The bus route includes Hoan Kiem Lake, and Long Bien Station and terminates at Hanoi Central Railway Station. If you want to be dropped off at the nearest bus station to your hotel, then just ask the bus assistants, they can speak some English.
Note: Pay attention to the bus hours as they don’t operate during the night time.
Where To Stay In Hanoi
Old Quarter or Hoan Kiem (they're neighborhood). Hoan Kiem is Hanoi's commercial centre, where attractions like Hanoi Opers House, weekend night market, Hoan Kiem Lake and Ngoc Son Temple are easily accessible on foot. North of Hoan Kiem Lake is the Old Quarter, where collonial houses, art galleries, local cuisines & cafes are located. If you're looking for cheap hotel or backpacker hostel to five-star hotels, with busy (not so busy) nighlife scene with plenty of local food, stay around these areas.
Ba Dinh district is another area where most of Hanoi's historical monuments are located, such as Temple of Literature, Presidential Palace, One Pillar Pagoda, Hanoi Flag Tower & Ho Chi Minh Mausoleum. If you want less crowded neighborhood with mid-ranged hotels, you might choose this.
Tay Ho (West Lake) for travellers looking to enjoy quiet retreat in Hanoi with mid-range hotels, stylish bistros and lakeside resturants. Usually for more wealthy travellers.
Old Quarter or Hoan Kiem (they're neighborhood). Hoan Kiem is Hanoi's commercial centre, where attractions like Hanoi Opers House, weekend night market, Hoan Kiem Lake and Ngoc Son Temple are easily accessible on foot. North of Hoan Kiem Lake is the Old Quarter, where collonial houses, art galleries, local cuisines & cafes are located. If you're looking for cheap hotel or backpacker hostel to five-star hotels, with busy (not so busy) nighlife scene with plenty of local food, stay around these areas.
Ba Dinh district is another area where most of Hanoi's historical monuments are located, such as Temple of Literature, Presidential Palace, One Pillar Pagoda, Hanoi Flag Tower & Ho Chi Minh Mausoleum. If you want less crowded neighborhood with mid-ranged hotels, you might choose this.
Tay Ho (West Lake) for travellers looking to enjoy quiet retreat in Hanoi with mid-range hotels, stylish bistros and lakeside resturants. Usually for more wealthy travellers.
Comments
Post a Comment