Day 9 - Vietnam Traditional Medicine Museum

Pagi itu gw terbangun, gamang. Hari ini mau ke mana yaa... Karena gw tipe traveller yang datang dulu, baru riset kemudian (jangan di contoh yaa, hehee) jadilah gw hari itu terbangun dan ga tau mau ke mana. Gw coba cek di Internet, tanya mbah Gugel, lihat di tripa***sor. Dan FYI, malam itu gw kudu ke bandara di TSN airport, mau menuju Hanoi. Ujung-ujungnya milih destinasi yang ga populer di kalangan turis Indo; Museum Pengobatan Tradisional Vietnam. Random banget gw!

-----
Artikel ini merupakan rangkaian perjalanan solo backpacking gua keliling ASEAN selama kurang lebih sebulan. Prologue-nya udah gua tulis di sinikenapa gua melakukan solo travelling seperti ini. Day 1Day 2 di Melaka, Day 3 di Phnom PenhDay 4 perjalanan ke Siem ReapDay 5 keliling Angkor WatDay 6 Killing Field Siem ReapDay 7 nyeberang perbatasan Kamboja-Vietnam lewat darat. Day 8 keliling Saigon dan masuk ke War Remnant Museum.

And this is Day 9, my first time in Saigon, Vietnam

-----





Nah, ceritanya, untuk di Vietnam, gw udah masukin list-list kota mana aja yang mau gw tuju. Saigon, Hanoi, Hoi An, Hue, Da Nang, Sa Pa, Da Lat, Nha Trang, Ha Long Bay. Buanyak juga yaa, tapi budget juga terbatas. Waktu sii, flexible cuma budgetnya ituu. Alhasil, gw cek mana yang lebih murah. Lewat darat menelusuri jalur pantai dari Saigon ke Hanoi, ngelewatin Nha Trang, Hoi An, Hue, Da Nang lalu Hanoi, atau alternatif lain.

Gw cek, lewat bus ujung-ujungnya mahal juga, karena bakal singgah di beberapa kota. Belum nginepnya. Gw juga masi kudu ke negara lain setelah dari Vietnam. Naik kereta, misalkan langsung ke Hanoi, bakal nempuh waktu (sekitar) 32 jam dan harga termurah sekitar $50 itupun cuma dapat tempat duduk, bukan sleeper berth! Iseng cek tiket pesawat, dapat Jetstar, cuma (hampir) 500 ribu!

Dengan pertimbangan wilayah Vietnam masih wilayah ASEAN yang notabene visanya gratis. Plus niatan bakal balik lagi ke negara ini, seperti waktu mengunjungi Phnom Penh pertama kali -gw niatin bakal balik lagi, dan berhasil balik, beberapa kali bahkan- akhirnya gw booking deh tiketnya. Nanti pasti gw bakal balik lagi ke negara ini (and I DID! Several times!)

Nah, pesawat gw berangkat tengah malam, sebelum jam 12. Gw kudu check-out sebelum jam 11 siang. Jadi gw nyari-nyari destinasi menarik yang deket. Sebenarnya pengen ke Cu Chi Tunnel, tapi lokasinya yang agak di luar kota yah. Kudu make travel agen kalau mau cepat, kalau mau murah, bisa naik bus ke sana, tapi pastinya bakal lama. Jadi gw skip deh. Hiks.


Destinasi lainnya yang gw nemu, sebenarnya ga begitu famous di kalangan turis Indo. Bảo tàng Y học Cổ truyền Việt Nam alias Museum Obat Tradisional vietnam, alias Fitomuseum, di District 10 Ho Chi Minh. Please note, di Ho Chi Minh atau Saigon ini ada 24 distrik dan distrik 1 sebagai pusat kotanya. Dengan kata lain, museum ini berada agak jauh dari area gw. Pas ngecek, cuma perlu naik bus sekali, sekitar 30-an menit!

Oke, langsung gw tandain di peta, screenshot google map untuk rute bus ke sana, dan langsung mandi! Setelah mandi, gw pun packing biar langsung check-out sekalian. Untung di hostel gw nyediain fasilitas nitip barang, dan gw ga bawa barang-barang berharga, jadi aman aja ninggalin barang. Selesai proses check-out, gw pun ke luar hostel dan disambut riang gembira oleh panas matahari! Yeah, Saigon lagi panas waktu itu.

Ada 3 bus yang bisa mengarah ke sana, bus #2, #13 dan #7. Semuanya kudu jalan. Gw milih bus #2. Buat naik busnya, gw jalan ke roundabout Pham Ngu lao - Nguyen Trai. Di manakah itu? Liat peta deh, pokoknya 😁 Jaraknya sekitar 10 menitan. Sampai di lokasi, gw nyari-nyari rambu bus stop dekat situ, lalu nunggu. Ga lama si nunggunya, bus nya dah datang. My luck, may be? FYI, di Saigon, busnya cukup disiplin naik-turunin penumpang di bus stop. Ga kayak mikrolet dan kopaja di kampung guweee!

Gw naik ke bus nya dari depan, lalu di kasi secarik kertas ama kenek busnya. Keneknya seorang ibu-ibu. Kertas tadi ternyata tiket busnya dan dah ada harga tertera di situ. Jauh deket VND 6000. Kasih aja duit pas. Gw liatin peta ke si ibunya, bilang pake bahasa Tarzan, gw mo turun di poin ini. Untung dia ngerti 😅

Busnya sedikit penuh tapi gw masih dapat seat. Yaudah, gw sekalian aja lihat-lihat keadaan jalanan di Saigon kek gimana. Yaa, mirip (banget) ama Jakarta emang! Padat dengan kendaraan, terutama motor! Macetnya pun kebanyakan karena ngantri lampu merah aja si. Sekitar 30 menitan, si ibu kenek nya ngasi kode kalo destinasi gw dah deket, trus diminta siap-siap turun di bus stop berikutnya.


Naik bus kota, jauh deket sama, sekitar 6000 Dong (atau Rp. 3.000) Murah, ya?

Suasana dalam bus kota. Busnya si tua, tapi dalamnya masih rapih, dan sopirnya ga sengebut supir Kopaja! 

Setelah turun, sampelah gw di jalanan raya. Entah di mana lah pokoknya. Masih kudu jalan lagi cuy, sekitar 10 menitan! Karena dah laper, gw nyari-nyari tempat makan dulu deh. Di ujung jalan, pas perempatan ada beberapa restoran franchise yang juga buka di Indo. Gw lihat gambar di posternya, koq gw ngiler yak? Seakan-akan ada tangan gaib yang nuntun gw ke dalam, ujug-ujug gw dah pesen aja! Hahahaa.


Beef Steak di Lotteria! Ini nih yang bikin gw ngiler! Hargana VND57K (Rp27.500-an rate saat itu!) 

Restonya ada 3 lantai, gw duduk di lantai 4, biar sekalian lihat-lihat kotanya dari atas. Ternyata, deket sini ada pagoda! Wow, serasa di Cina! Hehee...

View dari Lotteria, ada Pagoda gede deket situ 

Penampakan Pagoda dari deket, namanya Việt Nam Quốc Pagoda 

Kelar makan, gw langsung bergegas ke arah museum, ngikutin google map. Jalananya melewati area pemukiman penduduk gitu. Dan akhirnya sampai. Dari luar, nampak kayak rumah bertingkat yang biasa ditemuin di kota ini si. Cuma cat temboknya yang berwarna pinky-krem aja yang nampak bersih, semacam habis di cat. Di depannya terpampang papan nama dengan font romaji yang ditulis a-la a-la chinese "FITO MUSEUM".


Bangunan Fito Museum dari depan, nampak seperti bangunan biasa. 

Gw mendekati bangunan tersebut, di dekat pintu masuk ada loketnya.

"One person, please"

Lalu gw dikasih sepotong tiket, dan nyerahin duit VND120k. Cukup mahal juga, tapi ga papa lah. Sesekali emang kudu treat myself something gitu. Di pintu masuk, gw disambut ama mba2 yang jaga, lalu ditanyain, mau pake bahasa apa - ada 3 bahasa Vietnam, Chinese dan English - ya tentu saja gw jawab bahasa kalbu English. Gw dikasih brosur berbahasa Inggris, lalu dianter naik lift menuju lantai 4. Start tournya di mulai dari lantai itu.

Begitu sampai di lantai 4, lift terbuka lalu menunjukkan suasana Chinese-Vietnam yang kental. Ya, sejarah Vietnam emang ga bisa lepas dari Cina. Mereka serumpun, area Vietnam pernah dikuasai oleh Dinasti Cina. Karena inilah, pengobatan tradisional Vietnam bisa ditelusuri sampai ke Cina. Di ruangan yang serba kayu ini, banyak terdapat ukiran-ukiran kayu bernuansa Cina, lukisan-lukisan kuno khas Cina, buku-buku dengan tulisan cacing, bahkan peralatan kuno yang digunakan untuk berdagang dan meramu obat tempo dulu. 


Begitu keluar dari lift, suasananya serasa di Cina! 

Ilustrasi dalam bentuk ukiran kayu tentang herbal medicine Vietnam 

Ilustrasi wajah tokoh-tokoh yang berperan penting dalam mengembangkan dan menyebarkan ilmu medis tradisional Cina ke Vietnam 

Buku-buku yang berisi ilmu pengetahuan mengenai herbal medicine Cina. Kebanyakan bukunya udah lapuk. 

Rempah-rempah, tanaman dan biji-bijian disimpan selayaknya gudang pada jaman dulu. 

Di lantai 4 ini, ada satu lagi tangga menuju ke atas. Dilihat dari luar, bangunan ini emang cuma 4 lantai, tapi ada satu secret chamber di lantai empat, menuju rooftop! Gw menapaki tangga yang terbuat dari kayu, yang stylenya mirip dengan gaya melayu. Di dinding sepanjang tangga terdapat ukiran yang menyerupai gaya Thai-Khmer, namun masih ada campuran orientalnya. Sampai di atas, ada bangunan semi terbuka terbuat dari batu bata yang sudah nampak menghitam. Masuk ke dalamnya, stylenya sangat berbeda dengan lantai sebelumnya. Nuansa Hindu-Buddha khas Thailan dan Kamboja terasa banget di dalam sini. Bahkan nuansa Bali terasa samar-samar di sini! Di luar ruangan kecil ini, terdapat kebun! Mungkin mereka menanam sendiri tanaman herbalnya di sini? May be.


Bangunan di rooftop, serasa lagi di Bali 

Bangunan di rooftop

Ukiran di rooftop, feelnya mirip dengan ukiran a-la Thai, dan Khmer. 

Enak banget nih, di rooftopnya ada kebun!

Puas keliling dan foto-foto, gw pun turun ke lantai 3. Di lantai 3 ini masih mendisplay peralatan-peralatan kuno yang digunakan untuk meramu obat pada jamannya. Ada beberapa lemari display yang mengilustrasikan obat-obatan herbal, ada pula satu ruangan yang menyimpan tanaman (atau bagian dari tanaman) yang di masukin dalam botol. Kayak film-film Cina gitu deh.


Ilustrasi perdagangan Cina-Vietnam pada jaman kuno 

Salah satu peralatan stoneware pada jaman kuno, merepresentasikan Lingga dan Yoni. 

Alat buat numbuk tanaman dan biji-bijian buat dijadiin obat 

Yang di display itu, obat-obatan herbal semua!

Ilustrasi tanaman herbal yang dipakai sebagai obat tradisional di Vietnam

Serasa masuk di film-film Cina tempo dulu nih! 

Ginseng yang diukir berbentuk kepala, dimasukin dalam botol! 

Bagian ini didesain selayaknya toko obat Cina 

Di lantai dua, ada satu bagian yang didesain selayaknya toko obat pada jaman itu. Ada juga satu ruangan untuk nonton film mengenai sejarah pengobatan tradisional Vietnam. Dan emang bener, rootnya dari Cina. Sampai di lantai satu, gw disamperin ama mba-mba yang tadi, lalu diberi secangkir herbal tea hangat. Enak juga. Di sini bisa juga beli obat-obatan tradisional khas Vietnam, seperti balsem dan minyak kayu putih. Koq mirip ama kita yaa, hehee...


Ilustrasi di atas kain, mengenai Dinasti Cina pada jaman kuno 

Teh herbal, manteb gan! 

Minyak kayu putih a la Vietnam. Wanginya? Cukup familiar lah di hidung orang Indonesia.

Kelar minum, gw pun ke luar berjalan menuju jalan raya. Pas lihat jam, ga kerasa, dah lewat jam 5, lama juga gw di dalam. Buat gw si, cocok buat ngabisin waktu, karena kadang gw demen aja lihat-lihat secara detail apa yang didisplay di dalam sebuah museum. Overall, reccomended buat kalian yang demen ama kultur dan sejarah.
Karena jam keberangkatan gw masih lama, gw pun jalan kaki menuju hostel. Lumayan lah ngabisin, sembari lihat-lihat kota. Itung-itung hemat 6.000 Dong. Padahal cuma 3000 rupiah yah, pelit amat guwee 😂

Di perjalanan, gw ga langsung mampir ke hostel, malah lanjut jalan ke selatan, menuju "pulau-pulai" kecil yang dipisahin sungai. Enaknya di Saigon, jembatan untuk kendaraan pun terdapat trotoar yang cukup aman dan rapih buat pedestrian! Satu hal yang gw demen jalan kaki di Saigon; bersih! Jalanannya, sungainya, enak aja gitu buat jalan. Meski kendaraannya rame, serame Jakarta!


Pasar tradisional yang gw lewatin. Itu kodok dan belutnya gede-gede dan masih hidup! 

Under the bridge di salah satu pulau kecil, bawahnya dijadiin kebun buat warga sekitar 

Ini jembatan khusus untuk pedestrian, yang menghubungkan satu "pulau" ke "pulau" lainnya 

Sungainya bersih loh! Ga 100% bersih dari sampah sih, tapi dibanding ibukota negara gw, ini bersih banget! 

Trotoar di flyover untuk melintas ke "pulau" seberang

Perumahan di salah satu pulau kecil, ada yang biasa aja, ada yang berantakan, namun terkadang nyelip satu yang modern minimalis seperti ini 

Penampakan rumah penduduk dari atas jembatan, semrawut juga ternyata! 

Mesjid di dekat Pham Ngu Lao, Thánh Đường Jamiul Islamiyah 

Akhirnya malam pun tiba! Sebelum gw ambil tas di hostel, gw nyempatin dulu makan Pho favorit di sudut jalan dekat hostel yang murah dan enak itu! Hohooo... 

Untuk hari ini, sekian dulu yaa... Nextnya; menuju Hanoi naik pesawat, kenalan ama cewe lokal di bandara, hingga tidur di (satu-satunya) Mesjid di Hanoi! 

Dengan kata lain...

I WAS STRANDED IN THE MIDDLE OF THE NIGHT IN HANOI!

DAMN!


--- つづく
Damage Cost
Lunch Loteria 57.000 Dong
Bus ke Museum 6.000 Dong
Tiket Museum 120.000 Dong
Dinner 40.000 Dong
Bus bandara 20.000 Dong
Total (rate saat itu) IDR 121.500

TIPS

FITO MUSEUM (Vietnam Traditional Medicine Museum)Museum yang dikelola oleh swasta ini mempertunjukkan apapun yang berkaitan dengan ramuan tradisional khas Vietnam, yang berakar dari Cina kuno. Dari ukiran dan lukisan, buku, hingga peralatan-peralatan yang digunakan untuk meracik obat. Semacam obat Cina lah kalau di Indo.

Opening Hours : Everyday 8.30 AM ~ 5 PM
Ticket : VND 120k (adult) or VND60K (Children)
How to get there: From District 1; By Bus #2, #7 & #13, VND6k per person.
http://fitomuseum.com.vn/

Where To Stay In Saigon
Biasanya, bus-bus dari luar kota maupun luar negeri akan tiba di district satu Ho Chi Minh. Lebih tepatnya area Pham Ngu Lao (PNL) Daerah sini buanyaak hotel dan hostel murah. Jalan dikit nemu deh. Kalo ga buka google maps, b**king.com, tra***oka dan sejenisnya aja! Di dekat PNL, ada Bui Vien alias Backpacker Street. Mirip ama Pub Street di Siem reap, di sini pub, club, bar, hotel, hostel, pijet, convenience store hingga street food babalatak deh.

Bui Vien at Night 
Food

Area Bui Vien dan Pham Ngu Lao banyak makanan lokal, street food style maupun resto. Franchise luar kayak burger king pun ada. Convenience store semacam Circle K atau Mini Stop juga menawarkan fast food dan buka 24 jam! Bosen area sini? Maen ke area Benh Tanh Market. Di dalam pasar ini banyak warung-warung lokal dengan harga terjangkau. Kalau malam hari, di luar pasarnya jadi semacam pasar kaget yang menjajakan barang dan makanan.

Mau cari makanan halal? Satu ruas jalan di dekat Benh Tanh Market, terkenal dengan nama Malaysian street, berjejeran makanan halal dari Malaysia, timur tengah dan Indonesia. Dari namanya aja, di sini mereka menerima Ringgit juga loh!

Comments

Popular posts from this blog

Dummy Booking For Flight Ticket

Singapore - Johor Bahru - Kuala Lumpur Lewat Jalur Darat

Kereta Jakarta - Bandung hanya 14 Ribu, Backpacking Style!

Jepang, 9 Hari, 9 Kota, 8 Juta Rupiah (Prolog)

Menyusun Itinerary Perjalanan & Budgeting dengan Google Maps