Day 6 - Wat Thmey, Killing Field of Siem Reap

Kamboja terkenal dengan killing fieldnya. Tapi gw baru tau kalau ternyata killing field di Kamboja itu ga cuma satu, tapi banyak dan nyebar di seantero Kamboja! Tempat ini gw nemu ga sengaja karena surfing di gugel map.

----

siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat



Artikel ini merupakan rangkaian perjalanan solo backpacking gua keliling ASEAN selama kurang lebih sebulan. Prologue-nya udah gua tulis di sinikenapa gua melakukan solo travelling seperti ini. Day 1Day 2 di Melaka, Day 3 di Phnom PenhDay 4 perjalanan ke Siem ReapDay 5 keliling Angkor Wat.

And this is Day 6, Killing Field of Siem Reap


-----


Pagi itu gw terbangun dengan kelelahan yang sangat! Bayangin aja, habis keliling 54 kilometer dengan sepeda butut, dari subuh pukul 4an hingga malam pukul 8an! Mo gerakin badan aja susahnyaa minta ampun! Tapi gw kudu bangun!

Pertama, untuk cek laundry-an gw yang hilang semalem! Kedua, kudu extend hotel gw! Kalo pindah kota hari ini ga kuat kakaaak! Dengan mengerahkan seluruh tenaga, akhirnya gw bisa gerakin kaki gw untuk turun dari bunkbed (gw dapatnya bed yang atas). Setelah cuci muka sikat gigi denganb males-malesan, gw berjalan ke bawah. 


Duuh, gw di lantai 4 lagi, dan ga ada lift! Kudu turunin tangga pelan-pelan. Tiap turunan terasa sakiit! Hahahaaa. Lumayan lama juga nyampe ke bawah, trus langsung ke resepsionis. Pertama gw jelasin mo extend. Hamdalah bisa, soalnya lagi kamar gw ga penuh di hari itu. 


Masalah ke-dua, soal laundry-an. Gw jelasin kalo malam sebelumnya gw nyuci dan naro baju basah di rooftop mereka. Gw udah siap-siap diomelin, soalnya beberapa hotel ga boleh nyuci sendiri (di wastafel gw nyucinya!). Eeh, ternyata, mereka ngasih gw bungkusan plastik, isinya baju-baju gw yang gw jemur! Udah disetrika pulak plus dengan pengharum dan dilipat rapih! 


For FREE! Woooowww!


Gw girang lah. Ga perlu keluar duit, baju-baju ga ilang, bersih pula. Yaudah, gw lanjut mau tidur. 


Jeng-jeeeeng. Naik tangga. Ga perlu gw ceritain lagi lah yaa, betapa beratnya perjuangan buat naik ke lantai 4!


-----


Setelah akhirnya tertidur lagi dengan pulasnya, gw terbangun karena laper. Setelah mandi dan siap-siap, gw berjalan keluar buat nyari makan. Badan terasa sedikit lebih ringan setelah mandi, meski pegelnya masih ada. Karena laper, plus tenaga minim, pas gw lihat ada baliho KFC dengan ayam goreng pake jeruk nipis, gw langsung ngiler! Alhasil gw langsung masuk lalu pesen itu. 


NIKMAT!



siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat
Suasana di Siem Reap. Banyak bakery ala-ala kekinian di pusat kotanya.

siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat, kfc
(Kiri) KFC di Siem Reap; ayamnya pake jeruk nipis plus potato wedges dengan saos keju!
(Kanan) Bakpao favorit! Rasanya hampir tawar, cuma beraroma pandan. Tapi kenyal, tebel dan ngenyangin, murah pulak! Cuma KHR1.000!


Dengerin Biksu 'Ngaji'

Dengan perut kenyang, gw berjalan ke arah sungai Siem Reap, meski sebenarnya gada tujuan yang pasti sih. Pokoknya jalan dulu, baru mikir kemudian. Di seberang sungai gw lihat ada semacam kuil yang cukup gede, dan nampak rame dengan anak-anak lokal. Yep, anak, mulai dari umur TK hingga SMP, pada dateng ke kuil tadi. 

Gw lihat mereka berbaris rapih di bangunan yang nampak seperti aula terbuka, sambil melantunkan ayat sucinya mereka kali ya. Atau doa? Pokoknya terdengar kayak ngaji si, cuma bukan pake bahasa arab. Bahkan beberapa doa nya terdengar sangat akrab di telinga. 



siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat, wat damnak
Wat Damnak, tempat gw eksplore para biksu 'ngaji'

Di sekeliling anak-anak tadi, gw lihat para biksu mengelilingi mereka, dan ada satu biksu berdiri paling depan yang mengomandoin anak-anak tadi untuk berdoa. Awalnya gw cuma ngelihat dari depan gerbang. Tapi makin penasaran, gw perlahan-lahan berjalan mendekat, hingga akhirnya berdiri di bawah anak tangga aula tadi. Gw ragu mau naik ke atas, takut mengganggu mereka lagi khusyuk. Tiba-tiba di samping gw ada bule juga dateng, trus dy langsung naik aja, yawes gw ikut, setelah buka sepatu tentunya. Salah satu biksu yang ada di situ akhirnya ngeliat kita, lalu mempersilahkan kita duduk di kursi plastik yang berjejer di ruangan aula itu.


Biksu tadi mencoba berkomunikasi dengan kita, dengan broken Englishnya. Sayangnya sangat broken sampe-sampe gw dan si bule ga ngerti dy ngomong apa! Heheee, maafkeun. Yang bisa gw tangkep si, si Biksu itu udah lulus sarjana, ngambil sastra Inggris (tapi ga fasih berbahasa Inggris, piye toh?), lalu untuk jadi biksu, ada beberapa tahapan-tahapan yang perlu di lalui. Dan ada biksu dengan pangkat tertinggi di kuil itu, kata dia sambil nunjuk biksu yang di tengah yang memimpin seremoni. (Tadi bilangnya ga ngerti ngomong apa, tapi malah nangkep banyak omongan si Biksu😅)


Biksu tadi mempersilahkan kita menonton lebih lanjut asal ga berisik. Gw perhatiin biksu-biksunya ada yang muda banget, umur SMP, hingga yang tua sekitaran 25-30an. Ada beberapa dari mereka malah mahir menggunakan kamera DSLR! Kewl! Puas melihat-lihat, gw beranjak dari situ. 


Gw pun berjalan menelusuri sungai, sambil melihat-lihat peta. Hingga mata gw tertuju pada satu titik: Killing Field. Loh, bukannya cuma ada di Phnom Penh ya, pikir gw. Karena penasaran, gw pun memutuskan untuk berjalan ke arah situ.



Killing Field Siem Reap


Gw berjalan kaki ke Killing Field, sembari melewati area pemukiman penduduk. Sepanjang jalan, gw menemui beberapa kuil, warung, minimart, pasar, rumah sakit hingga tempat nongkrong masyarakat lokal. Maklum, jaraknya kurang lebih 4 kilo sekali jalan. Hehee...


Setelah mendekati area yang di tuju di map, gw mencoba berjalan melewati jalanan kecil, ga lewat jalanan utama. Pengen liat aja, bakal nemu apa gw klo lewat jalan ga biasa. Yaah, nemunya cuman semak belukar dengan jalanan becek dari tanah merah aja si. Sesampainya gw di tujuan, gw melihat ada gapura gede dengan gaya kuil buddha. 

Ternyata, Killing Field yang dimaksud merupakan sebuah kompleks kuil! Namanya Wat Thmey. Lokasinya ternyata searah ke jalur barat Angkor Wat (ada beberapa jalur untuk ke Angkor Wat, yang kemaren gw jabanin ternyata jalur tengah/utama). Karena gw masuknya dari samping, gw rada ragu untuk masuk. Hari itu sudah sore sekitar jam 4an, dan suasana dalam kompleks itu nampak sepi. Dengan ragu, gw melangkahkan kaki menginjak jalanan kompleks kuil yang terbuat dari tanah merah.


Di area dinding gate gw lihat ada bangunan yang seperti RSS alias rumah sangat sederhana, mirip kontrakan, berjejer. Ada beberapa kain orange khas biksu yang dijemur di situ. Bangunan-bangunan tadi ternyata tempat tinggal para biksu di kompleks kuil ini! Satu kamar bisa diisi 3-4 orang! Nampak salah seorang calon biksu (calon, masih bocah soalnya) keluar dari kamar sambil bawa gayung, menuju salah satu area di kompleks itu. Kayaknya mau mandi.


Di depan gate terdapat sebuah bangunan, berdiri sendiri dan tanpa jendela. Koq rasa-rasanya aneh yaa. Penasaran, gw melangkah mendekat, menuju satu-satunya pintu masuk ke gedung tadi. Gw ngintip ke dalam, gelap banget! Dengan cahaya remang-remang dari pintu, gw lihat ada beberapa lukisan di dalamnya. Lukisannya nampak mirip dengan yang ada di Tuol Sleng.



(kiri atas) Menuju Wat Thmey, tapi dari jalan samping, bukan pintu utama. (kanan atas) Gerbang samping Wat Thmey
(kiri bawah) Suasana dalam ruangan pameran. Suram, ga ada jendela sama sekali! (kanan bawah) 'Asrama' para biksu di dekat ruang pameran.


Cerita Sang Survivor

Makin penasaran, dengan ragu dan sambil ngucap "assalamu alaikum + soustei + excuse me", gw buka sepatu dan masuk ke dalam gedung. Gw lihat ada saklar di dekat pintu, langsung gw tekan aja. Sekejap ruangan jadi terang, dan yang gw temukan adalah


Pameran illustrasi mengenai seorang survivor rejim Khmer Rogue di Siem Reap ini. Gw baca kata pengantar yang ditempel di dinding, jadi pameran ini mengisahkan tentang surivivor tadi. Awalnya beliau seorang guru yang lalu berbalik haluan menjadi seorang biksu. Sementara progress jadi biksu, tiba-tiba Khmer Rogue berkuasa. Dan karena peraturan di rezim itu ga boleh ada yang menjadi biksu (kalo ga ditangkepin dan ga tau nasibnya gimana setelahnya), maka mau ga mau beliau berubah haluan lagi menjadi rakyat biasa. Jubah orange diganti dengan celana cingkrang, baju & topi caping petani sesuai peraturan Khmer Rogue.


Hal ini dilakukan oleh banyak kolega beliau, kecuali gurunya. Sang guru tetap bertahan, namun mempersilahkan murid-muridnya mengikuti peraturan tersebut. Sejak berpisah, beliau ga pernah dengar lagi kabar sang guru. Seperti layaknya rakyat jelata jaman itu, mereka 'dipaksa' untuk kerja di sawah. Dan seperti nasib kebanyakan rakyat jelata pada masa itu, banyak yang ditangkap tanpa kejelasan dan dituduh macam-macam lalu kemudian dihukum (alias dibunuh dengan kejam!). Beliau pun ga lepas dari tuduhan tersebut.


Awalnya beliau disuruh naik mobil tentara, beserta orang-orang lain. Di tengah jalan, mereka diturunkan dan ganti truk, lalu diarahkan ke kuil ini. Di kuil inilah, menjadi semacam penjara sekaligus medan eksekusi para tertuduh. Tapi beliau semacam kucing yang punya sembilan nyawa, ga mati-mati! Percobaan hukuman pertama, di mana dalam satu batch ada beberapa orang yang di suruh ke tengah lapangan, dan di sana mereka di bunuh dengan cara digantung/ditusuk/cara-cara lainnya yang kejam. Pas giliran beliau, oleh algojonya beliau digantung dengan tali, dan sebelum berhasil meninggal, lalu talinya putus coba! 


What a luck!


Akhirnya disuruh ikut batch berikutnya aja, di keesokan harinya. Besoknya, beliau disuruh menggali tanah buat nguburin korban yang lain. Melihat penjaga lengah, beliau beserta beberapa tawanan lain mencoba kabur. Sayang gagal, mereka ditangkap dan dihukum, tapi ga langsung dieksekusi mati. At least, hari itu beliau ga jadi dihukum sebagaimana rencana sebelumnya.


Setelah beberapa kejadian, beliau tetap bertahan hidup di penjara ini, hingga Kampuchea dibebaskan oleh tentara Vietnam. Beliau pun bebas dan balik ke kampung halamannya. Setelah pembebasan itu, beliau mengabdikan hidupnya menjadi guru. Meski tiap pagi beliau melakukan ritual doa ala biksu, Beliau merasa sudah tidak layak menjadi biksu sebab telah menanggalkan pakaian biksunya. 


End of Story! 


-----


Ngobrol Ama Biksu

Gw keluar dari gedung kecil tadi, pakai sepatu sambil deg-degan kalau ternyata masuk ke sini kudu bayar, atau minimal kudu ijin. Takut cuy! Kan gw masuknya dari pintu samping, jadi nyelonong masuk aja tadi!


Tiba-tiba ada yang manggil gw. Gw noleh dong. Seorang biksu, botak berkacamata, yang nampaknya udah senior, manggil-manggil gw dari depan kamarnya. 


Mampus guweeee!!!


Pelan-pelan gw melangkah mendekati sang Biksu, udah siap-siap deh kena marah. Eh, tiba-tiba beliau ngomong sambil pake gestur tangan yang menunjukkan 'makan'. He? Minta makan? Apa minta duit? Mampus guweeee!!!


Lalu beliau ngasi gesture suruh nunggu di situ. Beliau masuk ke dalam kamarnya, yang gw ngintip ada beberapa biksu lain sedang tiduran. Beliau ngambil sekantongan kresek, isinya makanan lalu ngasi ke gw. Katanya bwt gw, silahkan dimakan aja (kira-kira begitu translate-an ala gw). Jadi karena hari itu adalah hari Pcum Benh Festival, jadi para biksu dapat jatah makanan dari masyarakat. Karena surplus makanan, beberapa ga kemakan. Jadi daripada basi, mending dikasi ke orang lain, which is guwaa!



siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat, biksu
Selfie dulu lah kita bos 😀

Ga nyangka gw bakal berinteraksi kayak gini! Langsung gw ajal selfie deh. Setelah ngobrol-ngobrol pake bahasa tubuh, gw pamit sambil bawa bungkusan tadi. Isinya buanyak bet, gw jg ga yakin bisa ngabisin! Ada pisang, beberapa rice cake berbentuk lontong, besar dan kecil, serta kue-kue yang dibungkus daun pisang. 

Gw berjalan ke arah depan kompleks kuil, dan disinilah point of interest nya! Ada satu pagoda di tengah, yang diisi oleh tengkorak dan tulang belulang para korban! Mirip seperti yang ada di Choeung Ek Killing Field, cuma versi lebih kecilnya! Di dekat situ, terdapat semacam papan yang memajang foto-foto para korban beserta foto dokumentasi ketika area ini 'ditemukan'. 



siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat
Suasana sekitar Wat Thmey. Di dalam kompleks kuil yang cukup luas ini, ada beberapa bangunan yang cukup megah. Sehingga suasana angker ga kerasa!

siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat
(kiri atas) Salah satu pagoda di dalam Wat Thmey tempat menaruh bell 
(kanan atas) Pagoda lainnya di dalam Wat Thmey, sekaligus the Center Point tempat ini bagi para turis. Di dalam pagoda inilah tulang belulamng dan tengkorak para korban di taruh.
(kiri bawah) Foto zoom ini pagoda tadi. Banyak yang menaruh duit di dalam box kaca tersebut, untuk mendoakan para korban kali ya.
(kanan bawah) Foto dokumentasi ketika area ini 'ditemukan' setelah rejim Pol Pot tumbang.

siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat
Makanan dari biksu baik hati. Saking banyaknya, gw kudu bagi-bagi ke orang-orang lokal yang jualan dan anak-anak yang bermain di sekitar Wat Thmey. Isinya macam-macam, ada yang berbentuk lontong dengan isian kentang dihancurin, ada yang bentuknya mirip kueh nagasari dengan isian kelapa. Yang pasti semua vegetarian. 


Puas eksplor kompleks kuil ini, gw pun berjalan balik ke arah kota.

P.S. Ga seperti Killing Field & Genocide museum di Phnom Penh yang masing-masing kudu bayar $8, masuk dan berkeliling ke sini gratis.


Perjalanan Balik


Di perjalanan ke Killing Field tadi, gw nemu beberapa spot menarik, tapi gw lewatin karena fokus gw udah ke Wat Thmey. Nah sekarang di perjalanan balik ke kota, saatnya gw eksplore apa yang terlewat tadi. 


Gw ngelihat ada semacam rumah sakit, dan di depannya banyak terdapat penjual, sehingga mirip sebagai pasar kecil. Rupanya rumah sakit tadi adalah (bagian belakang) Kantha Bopha Children Hospital, rumah sakit gratis untuk anak di bawah 12 tahun! Ketika membeli tiket ke Angkor Wat, sebesar $2 langsung disumbangkan ke rumah sakit tadi. Nah, di depan (atau belakang?) RS tadi ada semacam pasar kecil. Yang jualan macam-macam. Di dekat pasar tadi, ada semacam lapangan luas dengan satu stupa di tengahnya. Bagus buat foto!



siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat, kantha bopha
Pasar di dekat Kantha Bopha Children Hospital. Foto kiri bawah mengingatkan gw ama Pisang Epe, camilan khas kampung gw. Bedanya, yang di Kamboja pisangnya ditusuk kayak sate, dipanggang, digeprek and that's it! Ga pake siraman gula aren kayak pisang epe. Foto kanan atas nampak jualan roti baguette (roti Perancis yang keras). Karena bekas jajahan Perancis, Kamboja -juga Laos dan Vietnam, yang dikenal dengan French Indochina- juga mengkonsumsi roti ini sebagai makanan rakyat.


siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat, memorial park
War Memorial Park di dekat pasar tadi


Sembari jalan balik ke kota, gw akhirnya memutuskan mau ke mana besoknya! Ke Saigon alias Ho Chi Minh (HCM) aja! Yes, sebelumnya gw masih galau antara lanjut ke Thailand (Bangkok) atau ke Vietnam (HCM). Meski dari Siem Reap ke HCM gw kudu melewati Phnom Penh lagi, sehingga perjalanannya bakal makan waktu lebih lama, tapi gw milih itu. Soalnya ke Thailand gua udah pernah beberapa kali, sementara ke Vietnam gw masih virgin!

Langsung deh gw ke daerah pub street di mana banyak travel agen bertebaran di sana. Gw akhirnya milih Mekong Express, karena agak murah dan reviewnya lumayan di internet. Gw dapat tiketnya sebesar $25 (langsung dari kantor Mekong Ekspress jadi ga ada fee tambahan), berangkat besok pagi, sekitar jam 7.30an. Bakal nyampe (katanya) 19.30, which is perjalanan 12 jam.  Oke, we'll see. Bagusnya, mereka bakal ngejemput di hotel sekitar jam 6.50an. 


Nice!


Lelah berjalan, gw pun balik ke hostel dan mandi, lalu ngaso di pinggir kolam renang. Gw lihat si Alan udah check-out, katanya destinasi berikutnya mau ke Bali. Si Bobby lagi ngobrol ama traveller lain di pinggir kolam, sambil melambaikan tangannya ke gw. Gw bales, lalu milih salah satu bean bag yang ga kepake di pinggir kolam. Di samping gw ada turis botak plontos berwajah Asia.


Kelihatannya pendiam banget, tapi gw ajak ngobrol aja. Namanya Chen, dari China dan udah 3 mingguan di Siem Reap. Ngapain? Enjoy life ceunah! Dia udah resign dari pekerjaannya di China dan sekarang lagi keliling Asia Tenggara buat enjoy life. 


Edaaan! 


Karena udah malam, gw ngajak dia buat nyari makan. Kita nyari warung di sekitar hostel. Dia nanya-nanya, rencana gw berikutnya ke mana, gw ceritain deh. Trus rencana dy apa? 


"I don't know. Enjoy life! We'll see" Jawabnya.


Bebaasss! Mantulll!


Habis makan, kita keliling pub street. Karena gw besok kudu bangun pagi, gw permisi pulang duluan. Dia lanjut jalan, mungkin mau mabuk kalik! Hahahaa.


siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat, pub street, night market
Art Centre Night Market di dekat Pub Street. Di area ini, ada beberapa tempat yang menamakan dirinya Night Market. Ada yang bernama Noon-Night Market, Siem Reap Night Market, dan yang gw foto adalah Art Centre Night Market. Lokasinya ada di seberang sungai Siem Reap dan dapat diakses dari Pub Street melalui jembatan yang cukup fotogenik di malam hari!


siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat, pub street, night market
Pub Street di Siem Reap. Ga cuma pub, bar dan club, tapi juga banyak street food (halal food juga ada), pijit dan pasar malam.

Yah, begitulah kisah gw malam ini diakhiri dengan badan pegel-pegel karena akumulasi capek kemaren plus hari ini. Besok bakal nyeberang ke Vietnam, negara baru yang belum terjamah oleh gw! 

Doki-doki gimanaa gitu...


--- つづく


Next: nyeberang Ba Vet, perbatasan Kamboja dan Vietnam 


Damage Cost
KFC $3,10 
Meal & Beverage KHR 1.000 & $0,45
Dinner $3,25
Tiket ke HCM $25
Extend Hotel $3

Total (rate saat itu) IDR 467.620
So far gw udah ngeluarin duit sekitar sejutaan 


siem reap, cambodia, kamboja, angkor wat, killing field, wat thmey, wat, pub street, night market, cemilan
Bonus: Camilan favorit gw di Kamboja! Ovaltine cookies, semacam Oreo tapi dari Ovaltine! Enak banget, melting di mulut. Gw cek cuma ada di Kamboja, Laos dan Thailand (tapi di Thailand cuma versi mini)
UPDATE! Di Indo udah masuk, tapi masih jarang!


TIPS
Access to Wat Thmey
Lokasinya di sini, di pinggir jalan alternatif menuju Angkor Wat. Bisa diakses dengan kendaraan bermotor, sepeda atau jalan kaki! 


What to Do

Karena masuknya gratisan dan ga ada guide di sini, sebaiknya baca-baca dulu sejarah tentang Kamboja, terutama jaman Khmer Merah. Akan lebih baik kalau ke sini setelah mengunjungi Tuol Sleng Genocide Museum dan Choeung Ek Killing Field di Phnom Penh. Jadi udah punya gambaran tentang keadaan Kamboja saat itu.


Ticket Price
FREE!

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dummy Booking For Flight Ticket

Menyusun Itinerary Perjalanan & Budgeting dengan Google Maps

Pengalaman Tidur di Bandara Haneda, Tokyo

Day 18; Mengurus Surat Kehilangan di KBRI Thailand

Pengalaman Diganggu Ladyboy di Bangkok