Day 5 - Phnom Penh to Siem Reap

Artikel ini merupakan rangkaian perjalanan solo backpacking gua keliling ASEAN selama kurang lebih sebulan. Prologue-nya udah gua tulis di sini, kenapa gua melakukan solo travelling seperti ini. Day 1 Day 2 di Melaka dan Day 3 di Phnom PenhAnd this is Day 4, my Journey in Siem Reap (SR), Cambodia.

-----



ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel



Go To Siem Reap


Jam 6an gua udah bangun dan siap-siap. Padahal mah, berangkat ke Siem Reap (SR) jam 8 pagi, tapi gw mau enjoy pemandangan pagi hari di kota Phnom Penh. Maklum, kemarin gw ga "merasakan" pagi di kota ini. Setelah check out dan ngambil deposit gw di hostel,  gw turun ke bawah.


Kalo kata anak muda indie kekinian, gw lagi ngelakuin lawannya menikmati senja. Enjoy sang surya di pagi hari. Maklum, bukan anak pagi, seringnya bangun kesiangan. Selama di jalan, sambil foto-foto gw melihat betapa kontrasnya kehidupan di riverside ini di pagi dan malam hari. Di pagi hari sangat damai, dengan beberapa orang yang jogging, burung merpati beterbangan, dan ada yang berdoa (dan tidur) di pinggir sungai.



ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel, riverside
Riverside Phnom Penh di pagi hari. Sepi! Beda banget pas malam harinya!
Selama di jalan, gw deg-degan semoga ga ketemu lagi ama scammers kemaren. Hamdalah ga. Sampai di kantor pos, bangunannya tutup, karena hari itu merupakan hari pertama Pchum Benh Festival, di mana masyarakat Kamboja mudik ke kampung halaman.  Tapi di depan udah disediain tenda buat yang mau berangkat. Udah ada beberapa orang yang duduk ngantri. Beberapa lokal, sepasang bule, dan ada satu keluarga, suami orang India, istri orang Indonesia dan anak udah campuran. Plus gw, total ada 10 dari maksimum 12 seat. Mobil mini van nya datang ga berapa lama kemudian. Waktu menunjukkan pukul 7.40.

Gw ajak aja si ibu tadi ngobrol. Suaminya kerja udah lama di Kamboja. Mereka mau liburan di Siem Reap. Katanya kalau Pchum Benh, emang sepi banget di Phnom Penh, tapi rame di Province - sebutan mereka untuk kampung atau area lain di luar Phnom Penh. Siem Reap itungannya kampung juga meski secara tourism, lebih tenar dibanding Phnom Penh.



ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel
Mini Van kantor Pos Kamboja yang dipakai untuk ngangkut orang dan barang. Phnom Penh ke Siem Reap cuma $8! Bukan yang termurah, but worth it! Lengkap dengan AC, wifi dan air minum!
Setelah driver ngangkut-ngangkut barang yang mau dibawa -karena jasa travel yang disediakan kantor pos kamboja ini sekaligus kargo barang, kita dipersilahkan naik. Cukup on-time loh! Reccomended. Interiornya bagus, joknya yang terbuat dari kulit masih nampak baru. AC nya dingin brrrrrr, dan ada wifi selama di perjalanan. Hore ga tuh?

Perjalanan harusnya memakan waktu 5-6 jam. Dua jam lebih cepat dibanding memakai bus, karena mereka ngebut. Tapi gw si sanksi yam dengan klaim mereka. Soalnya selama di perjalanan, mini van kami stop beberapa kali. Perhentian pertama, masih ga jauh dari area kota Phnom Penh. Mampir buat sarapan di restoran lokal, sekitar pukul 9. Gw si ga makan, karena udah sarapan. Jadi nongkrong aja di sekitar mini van, ama bule-bule yang senasib.



ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel
(kiri) View Cambodian-Japanese friendship bridge yang melewati sungai mekong.
(kanan) Orang-orang yang make jasa travel lokal, itu motor diangkut juga lah! Bisa ampe 3 motor, diiket dibelakang, atau kap belakangnya kebuka kayak gitu selama perjalanan.

Selanjutnya, di minivan kami berhenti di beberapa kantor pos yang dilewati, untuk unload dan loading barang. Sekitar pukul 10.30, berhenti lagi coba. Kirain buat toilet break, taunya buat makan lagi. Buset dah, demen banget ni orang makan. Karena belum lapar, gw jalan-jalan aja di sekitar restoran. Ternyata tempatnya bagus cuy! Di belakang gedung utama ada danau dengan cottage-cottage lesehan didirikan di atas danau. Nice!



ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel
Mampir loading/unloading barang di Kampong Thom Province. Di depan kantor posnya ada Indonesia-Cambodia Friendship Monument.
ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel, prey pros
Mampir kedua, buat brunch (not even lunch time yet!). Viewnya cukup oke, ada danau dengan cottage di tengahnya. Di depannya ada minimarket dan warung biasa. Lokasinya di Boeng (danau) Prey Pros.

Selama perjalanan, viewnya ternyata not bad. Ohiya, gw sebenarnya bisa milih make nightbus untuk menghemat hotel, tapi milih yang pagi, supaya bisa lihat pemandangan selama di perjalanan. Plus, harganya lebih murah daripada bus. Dari landscapenya, rumah-rumah lokal yang bergaya rumah panggung dengan atap dan tembok dari seng (ga panas apa ya?) mengingatkan gw kalau mudik ke kampungnya bokap di Jeneponto. Landscape-nya sebagian besar merupakan hamparan padang rumput dengan pohon palem yang tumbuh liar, ngingetin gw ama landscape-nya Planet Namek di Dragon Ball Z. Bedanya cuma langitnya di sini biru bersih.


Pukul 13.00 kita udh masuk area Siem Reap. Gokil, beneran lima jam meski udah mampir sana-sini! Tapi belum sampai salam kotanya. Masuk kota ditandai dengan gerbang bergaya a-la angkor (you will know), melewati sungai, lalu belok kiri. Kantor posnya Siem Reap berada di area riverside kota ini, ga jauh dari Windmill kayu yang menjadi salah satu landmark kota ini. Turun dari mobil, waktu menunjukkan pukul 13.30an, seperti biasa sudah ada tuk-tuk yang menunggu. Tapi cuma 3 orang, kirain bakal rame. Kayaknya karena travel ini masih belum umum yang pakai, atau kebanyakan lokal yang pakai, jadi tuk-tuk jarang yang ngetem di sini.



ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel
Kantor pos Siem Reap dan sekitarnya. Lokasinya tepat di depan sungai Siem Reap!

P.S. Di dalam kantor posnya ada wi-fi gratis juga loh!


Gw jalan menyusuri jalanan kota ke arah hostel. Gw lihat, kota ini sedikit terasa lebih old dibanding Phnom Penh, padahal Phnom Penh sendiri udah seara kota tuanya Jakarta. Tapi, di beberapa jalan, kabel-kabel listrik terlihat banyak berbelit dan ruwet dengan tiang-tiang yang pendek, kontras banget dengan kota Phom Penh dan apa yang gw lihat selama di perjalanan. On the side note, ada beberapa resort bagus nan mewah yang gw lewati.



ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel
Suasana jalanan yang gua lewatin dari kantor pos ke hostel. Jalanan kotanya lebar-lebar, bersih dan rindang serta banyak villa yang bagus. Gw langsung jatuh cinta ama kota ini. Tapi ternyata cuma daerah sini aja yang cakep, daerah lainnya masih gersang, berdebu dan ga beraspal!  
The Mekong Hostel

Hostel yang gw tempati ini sebenarnya hotel dengan 5 lantai, di mana kamar-kamar di lantai 4 dan 5 nya diperuntukkan untuk dorm room. Dengan harga $3 per hari untuk satu bunkbed (gw dapat diskon dari booking.com  jadi sekitar  30 rebuan aja per hari, yaaay!) udah dapat menikmati kamar bunkbed ber AC, toilet nyaman dengan aer panas, dan wifi kenceng. Di lantai bawah ada bar dan resto, meja billiard, common room dengan bean bags dan TV kabel dan komputer beserta printer gratis, plus kolam renang. Yes, kolam renang! Untuk hostel seharga itu, dengan kolam renang bersih dan seger, super worth it!



ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel
View dalam kamar The Mekong Hostel
Yang the best menurut gw sih, pelayanannya. Malam harinya, gw nyuci sendiri di wastafel toilet. Maklum, demi menekan budget. Laundry di luar sana sekitar 1-2 dollar per kilo, kalau di hotelnya $1,5 per kilo. Yasudah, gw beli detergen aja di warung (sekitar 4 ribuan rupiah). Habis nyuci, gw ke rooftop hotel, melalui pintu belakang. Sebenernya view nya cukup oke, tapi karena malam hari dan ga ada penerangan, rada serem juga. Di atas, udah banyak seprai dan beberapa pakaian laundryan digantung. Emang area rooftop biasanya dipake untuk menjemur sih. Nah, gw nebeng jemuran tuh. Lalu gw tinggal.

Besoknya, karena gw seharian penuh keliling Angkor Wat, nyampe hotel malam hari cuy, sekitar jam 9an. Gw cek jemuran gw udah hilang. ASEM! Pakean gw tinggal berapa biji lagi nih! Kalo ilang, masak gw kudu beli baju siii. Besok paginya, gw tanya resepsionis.


Ternyata...


Pakaian gua udah diambilin ama mereka, disetrikain, dan dibungkus layaknya laundryan. EDAAAAN. Lup yu pull! Karena service mereka yang ajaib inilah makanya gw mutusin buat extend sehari (plus karena kecapean keliling naik sepeda!)


What is it in Siem Reap?


Anyway, balik ke cerita utama. Selesai mandi dan istirahat di hostel, gw mau eksplore sekaligus riset harga. Daerah hostel gw cukup kontras dengan daerah riverside tadi. Area sini lebih terasa desanya, karena ga ada bangunan tinggi, ga ada hotel maupun resort yang wah, cuma perumahan biasa, toko-toko, travel agent, laundry service, warung, hostel budget, jalanan aspalnya berdebu, malah beberapa jalan belum beraspal dan bertiang listrik.



ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel
Makan lumpia basah dan nyari detergen di jalanan kampung
Gw jalan aja menelusuri jalanan tanah berdebu, sambil liat-liat warung yang ngejual detergen. Setelah beli detergen, ngeliatin sambil penasaran orang lokal beli makanan ke gerobak bermotor, celingak celinguk mengagumi kota yang terasa tua ini. Standar turis lah.

Gw nanya ke beberapa travel agen yang gw lewatin, mengenai rental motor dan sepeda. Rata-rata rentalan motor sekitar $5 per hari, belum termasuk bensin, dan sepeda jenis MTB $2 per hari. Kalau mau nyewa untuk dipakai besok harinya, untuk hunting sunrise di Angkor Wat, kudu datang lagi malam-malam sebelum mereka tutup (sekitar jam 8-9 malam, tergantung agennya) dan bilang, mau rental untuk sunrise. Jadi kendaraan yang dipake bakal di kasih malam itu juga, dan bisa dibalikin besok malamnya lagi. Ohiya, mereka perlu jaminan dari kita, dengan nyetor passport atau deposit duit $100. Wew.


How bout me? What did I use?


Sepeda, tentunya. Jenis onthel. Gw nemu travel agen yang ngerentalin sepeda onthel cuma $1 saja!


MAYAAAN!


Tapi gua kudu balik lagi sekitar jam 9 malam. Dan nyerahin jaminan berupa duit $50. Harusnya kan $100 yah, tapi gw nawar cuy, untung muka gw kasihan kali yak, jadinya mereka iyain. Btw, kuitansi nya jangan sampe hilang juga loh! Buat ditunjukin nanti kalo nyerahin balik sepeda, dan penyerahan balik duit deposit tadi.


Setelah dengan berat hati ngasi duit ke mba-mba travel agennya, gw ngambil salah satu sepedanya. Sepeda onthel tua dengan keranjang di depan. Mayan laah, biar punggung ga kebeban ama tas. Mereka juga ngasi gembok dan kuncinya. Pas gua cobain, enak sii, tapi remnya rada blong dikit.


Pantes murah 😂



ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel
Ngalor ngidul sekitaran kota Siem Reap


ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel
Wat Preah Prom Rath, salah satu kuil di pinggir sungai Siem Reap (foto trakhir iseng banget gw jepret😂)
SR at night

Karena Siem Reap kota kecil, ketika malam tiba udah hampir ga ada apa-apa, kecuali warung makan yang rame. Tapi coba ke pusat kotanya, di sekitar pub street, keramean pasti ada sampe tengah malam! Bisa sampe subuh kalau weekend! Dan itulah yang gw lihat di area ini.


Sesuai namanya, pub street, isinya pub, bar dan club (bedanya apa ya?). Pokoknya rame, dan bising banget! Tentunya turis-turis bule memenuhi area itu, sampe ke pinggir jalan. Ada yang unik, ada beberapa bar berjalan! Mereka pake gerobak bermotor, tapi jualannya alkohol. Unik juga!


Selain bar, ada juga yang jualan suvenir, nawarin jasa pijit (gatau plus-plus apa ga), convenience store, hingga makanan. Untuk makan, ada restoran, warung dan gerobak-gerobak. Dari makanan lokal, western sampe kebab. Yang gw ingat, waktu itu es krim gulung yang baru ngetrend di Jakarta, di sini udah dijual di pinggir jalan!


Ketemu Temen Couchsurfing


Kemaren di Phnom Penh, kan gw dapat kontak dengan calon host di Couchsurfing. Tapi sayangnya pas gw datang, mereka malah ke udah ke Siem Reap. Yes, mereka. Jadi, si cowo yang mau gw tebengin ini, namanya Joey, orang Cina yang kerja di Phnom Penh. Kerjanya jadi guru bahasa Cina gitu, di sekolah dasar di Phnom Penh, yang menerima bantuan langsung dari pemerintah Cina. Dia tinggal di asrama di sekolah tersebut. Bersama dengan temannya, Lulu, orang Cina dan guru juga di situ, dan Mon, orang Vietnam, Couchsurfer yang lagi nebeng ama Lulu, mereka barengan ke Siem Reap. Jadinya kita janjian mau ketemuan di kota ini.


So, malam itu gw ngontak mereka. Mereka ngajak dinner gitu, yaudah gua samperin. Setelah basa basi kenalan, akhirnya kita mesen. Makanan andalan di warung itu, Happy Pizza. Dari namanya seems fishy gitu gak sih? Eh, bener lah, ada sesuatu yang bikin lu happy kalo makan itu. Level ke-happy-annya juga bisa di-request: low, medium, strong. Gw mesen medium aja deh, besok kudu bangun cepet cuy! Yang lain juga mesen yang medium dan low. Takut kenapa-kenapa. Dan ternyata ga kenapa-kenapa. Sama sekali. Padahal udah expect bakal wow gitu.



ransel bertopeng, kamboja, siem reap, phnom penh, post travel
(kiri) Happy Pizza yang ga ada efek happy-nya
(kanan) Suasana Pub Street di malam hari

Joey dan Lulu udah keliling Angkor Wat hari itu. Mon dan gw belum, tapi gw ngasi tau dy kalo gw nyewa sepeda, harga sedollar. Dia langsung tertarik! Dasar backpacker! Ohiya, si Binh ini udah hampir setahun keliling ASEAN dan belum balik ke Vietnam! Hebaat.


Malam itu gw pikir bakal jadi malam yang biasa, tapi ternyata permulaan persahabatan gua ama mereka! Ampe sekarang masih kontakan. Kemarin si Mon baru ke Bali. Lulu sekarang udah dipindahtugasin ke Chile. Joey sekarang udah di Kanada ngambil S2.


Karena gw rencana mau hunting sunrise, malam itu gw pulang cepat. 


Di Hostel, gw ngobrol ama roommates gw. Alan, dari Amerika, udah minggu ke-3 travelling dan Bobby, dari Aussie, yang udah traveller lawas, mereka juga mau explore Angkor Wat besok. Awalnya mereka ngajak gw nyewa tuk-tuk bareng, tapi gw bilang udah rental sepeda. Jadi yaah, see you tomorrow kata gw.


P.S. In the end, Alan dan Bobby nyewa sepeda juga! 


--- つづく

So? See you tomorrow at ANGKOR WAT!


---

Damage Cost
Detergen KHR 1.500
Meal & Beverages $3 
Happy Pizza KHR 20.000 ($5)
Minum+roti buat besok KHR 10.000 ($2,5)
Rental Sepeda  $1
Hostel for 2 days IDR62k

Total (rate saat itu) IDR 217.690


angkor, angkor wat, angkor thom, elephant terrace, wat, siem reap, cambodia, bayong temple, bayong, phimeanakas
Ini sepeda butut yang gw sewa for only $1! 
TIPS
Access to Siem Reap
Akses ke Siem Reap bisa melalui Pesawat dan Bus. Untuk bus (atau minibus dan minivan), dari Phnom Penh banyak travel agent yang menawarkan, mulai dari yang paling mahal dan nyaman terpercaya (Giant Ibis Bus, sekitar $18), larryta, minivan yang juga nyaman dengan harga lebih murah ($11) hingga yang murah dan harap maklum kalau ga tourist friendly, seperti Mekong Ekspress, Soriya bus dan sebagainya. Gua make minivan yang disediakan Kantor Pos Kamboja sebesar $8. Ada juga perjalanan dengan night bus maupun sleeper bus, dengan harga bervariasi.  


What to Do
90% orang-orang datang ke Siem Reap karena Angkor Wat! Gw pun pertama kali begitu. Tapi selain Angkor Wat, ada banyak kuil yang bagus seperti Wat Preah Prhom Rath, Wat Thmei Killing Field di dalam kota. Di luar kotanya ada tour ke danau Tonle Sap dan Floating Village, Kbal Spean (reruntuhan kuil yang dilalui air terjun) waterfall dan reruntuhan kuil lainnya di luar kompleks Angkor Wat (banyak yang nyebar). Buat yang demen party, datang ke Pub Street di tengah kota Siem Reap.

Comments

Popular posts from this blog

Dummy Booking For Flight Ticket

Menyusun Itinerary Perjalanan & Budgeting dengan Google Maps

Pengalaman Tidur di Bandara Haneda, Tokyo

Day 18; Mengurus Surat Kehilangan di KBRI Thailand

Pengalaman Diganggu Ladyboy di Bangkok