Day 5 part 2 - Explore Angkor Thom by Old Bicycle
Artikel ini merupakan rangkaian perjalanan solo backpacking gua keliling ASEAN selama kurang lebih sebulan. Prologue-nya udah gua tulis di sini, kenapa gua melakukan solo travelling seperti ini. Day 1, Day 2 di Melaka dan Day 3 di Phnom Penh dan Day 4 perjalanan ke Siem Reap.
And this is Day 5, Keliling Angkor Wat di Siem Reap. Gw kudu bagi tulisan ini jadi 3 bagian, soalnya ceritanya panjang, gw mo share historynya juga, plus banyak foto. So, bear with me folks :)
Setelah bangun subuh-subuh, gowes sepeda butut ke area Angkor Wat, desak-desakan dengan ribuan turis lain untuk mendapatkan foto Sunrise yang apik dan ngantri untuk naik ke tower utamanya, akhirnya perasaan gw rada lega. Gw punya waktu "seharian" (waktu berkunjung terakhir pukul 5.30PM) jadi gw bisa bebas eksplor kompleks candi terkenal ini.
Candi Angkor Wat
Angkor Wat merujuk kepada candi Angkor Wat di kompleks Angkor Wat (nah, bingung kan?) dengan tiga tower terkenalnya (yang sebenarnya ada 5 tower, tapi karena penempatannya, di mana 4 tower di tiap sudut dan satu tower di tengahnya, sehingga kalau dilihat dari depan, akan nampak 3 tower). Tiga tower ini menjadi simbol nasional Kamboja sekaligus kebanggaan orang Khmer. Makanya di bendera Kamboja terdapat gambar Angkor Wat.
Candi Angkor Wat sendiri merupakan contoh karya klasik arsitektural Khmer dari abad ke-12. Mereka memakai sandstone untuk membangun candi megah ini, bukan dengan bata atau laterit sebagaimana umumnya bangunan pada masa itu di belahan benua lain.
Candi Angkor Wat sendiri merupakan contoh karya klasik arsitektural Khmer dari abad ke-12. Mereka memakai sandstone untuk membangun candi megah ini, bukan dengan bata atau laterit sebagaimana umumnya bangunan pada masa itu di belahan benua lain.
Konstruksi candi Angkor Wat ini dimulai pada abad ke-12M. Awalnya candi ini didedikasikan untuk dewa Vishnu, sekaligus sebagai candi nasional dan ibu kota kerajaan Khmer. Sayangnya, konstruksinya sempat berhenti ketika sang raja wafat. Raja Jayavarman VII, yang merestorasi kejayaan kerajaan Khmer. Beliau pun membangun ibu kota baru (Angkor Thom) dan candi nasional baru (Bayon) di beberapa kilometer di utara Angkor Wat yang lebih bernuansa Buddha. Akhir abad ke-12, agama kerajaan Khmer berubah dari Hindu menjadi Buddha, dengan ratusan kuil-kuil lainnya terbangun di sekitar kompleks Angkor Wat. Candi Angkor Wat sendiri merupakan "pintu masuk" ke dalam kompleks ini, sehingga 1st destination pasti candi Angkor Wat dulu sebelum candi-candi lainnya.
Little Circle vs Big Circle
Nah, tadi udah gw jelasin sejarah singkatnya kompleks Angkor Wat ini. Di utara candi Angkor Wat ada kompleks Candi Angkor Thom, yang dulunya merupakan ibu kota baru kerajaan Khmer. Angkor Thom (Great City) dikelilingi oleh dinding setinggi 8 meter, di depan dinding terdapat parit (baray) selebar 3 meter dan di dalamnya terdapat banyak candi-candi, dengan Bayon Temple yang paling terkenal dengan pahatan wajah super gedenya. Yang terkenal lainnya seperti reruntuhan Terrace of the Elephants dan gerbang masuk ke Angkor Thom. Area Angkor Thom ini disebut sebagai Little Circle.
Kemudian membentang dari timur hingga timur laut dari Angkor Thom, merupakan candi dan parit yang mungkin ga setenar Angkor Thom, tapi worth to visit. Area ini disebut sebagai Big Circle dan cuma satu yang terkenal di sini, yaitu Ta Prohm atau lebih dikenal sebagai Tomb Rider Temple, karena dipakai shooting filmnya si mba Angelina Jolie. . Ada lagi Banteay Srei di utara timur laut Big Circle, sekitar 30 kilometer dari Angkor Thom, merupakan area candi yang lebih tua dari Angkor Wat, dan perlu tiket khusus untuk ke sana.
Biasanya tuk-tuk rider yang nawarin jasa nganter keliling Angkor Wat bakal ngasih harga $15-20 untuk paket sunrise Angkor Wat, Little Circle, dan Tha Prohm. Biasanya mereka nyediain air minum dingin dan tissue basah juga beserta cooler box. Malah ada yang kasih servis extra dengan nyediain wifi dan powerbank. Kalau untuk Big Circle atau Banteay Srei, beda harga lagi. Nawar sendiri yah.
Now What?
Sepeda gw ambil dan gw mengayuh sepeda gw ke arah jalanan, sambil mikir, next nya ke mana lagi ya? Karena area Angkor Wat ini cukup luas, dengan puluhan kuil kecil dan beberapa kuil gede yang cukup worth it untuk dieksplor. Gw memutuskan bakal ambil big circle. I'm on my own, I'm free to do it, no extra fees pula. Kalau pake tuk-tuk, biasanya minta extra kalau ambil yang big circle. Gw pun mengayuhkan sepeda gw ke utara, mengarah ke Angkor Thom sambil ngebayangin apa yang bakal gw temuin di depan sana.
Sunset Hill, on a day light
Sebelum sampai di gerbang Angkor Thom, gw lihat di peta ada sebuah candi kecil, yang dari lokasinya nampak aneh sendiri. Terpisah dengan kompleks besar Angkor Wat. Gw memutuskan untuk melihat-lihat sebentar. Sepeda gw parkir di salah satu pohon, lalu gw berjalan ke arah candi. Ternyata jalannya mendaki, karena lokasinya berada di atas bukit. Di sepanjang perjalanan, gw lihat ada beberapa tempat duduk. Mungkin untuk orang istirahat kali ya. Sekitar 15 menitan, akhirnya gw sampai di puncaknya. Nampak reruntuhan candi Phnom Bakheng mencoba berdiri tegap di atas bukit itu.
(atas) View Phnom Bakheng dari bawah (bawah) foto landscape view di atas Phnom Bakheng |
Ternyata, candi ini dibangun 2 abad sebelum candi Angkor Wat sendiri, sekitar abad ke-9! Pantes, lokasinya aneh. Candi ini merupakan candi Hindu dan Buddha, dibangun pada masa Raja Yasovarman, merupakan representasi simbolik gunung Meru, rumah dari dewa-dewa Hindu (kayak gunung Olimpus kali yah). Juga salah satu dari tiga candi yang dibangun di atas bukit pada masa Raja Yasovarman. Dua lainnya ada di Phnom Krom di selatan dekat danau Tonle Sap, dan Phnom Bok, di sebelah barat Angkor Wat. Kedua candi ini lokasinya jauuuuuuuh banget!
Karena lokasi Phnom Bakheng yang di atas bukit, maka candi ini merupakan perfect spot untuk sunset view. Saking terkenalnya, otoritas Angkor Wat cuma membatasi turis yang naik ke atas bangunan candi. Tiap turis cuma diberi waktu 10 menit di atas candi, lalu wajib turun. Makanya kalau menjelang sunset, di area ini bakal rame oleh turis yang ngantri. Antriannya bisa sampai di bawah bukit! Jangan protes, bangunan candinya sendiri emang udah banyak yang rusak dan di sana sini sudah memakai penyangga biar ga kolaps.
Panorama View di atas Phnom Bakheng. Kalau sunset, rame banget di sini! |
Lucky for me, gw datang setelah sunrise. Jadi area ini masih sepi dengan pengunjung. Gua bisa lihat-lihat dan foto-foto sepuasnya tanpa gangguan dari sesama turis. Unlucky for me, gw ga bisa lihat sunset dari sini 😅
The South Gate
Gw lanjut mengayuh sepeda ke arah Angkor Thom. Pagi itu udaranya seger banget, ditambah kiri kanan jalan merupakan hutan, makin seger deh, ngantuk karena bangun pagi jadi ilang. Gw liat udah banyak mobil, tuk-tuk dan motor berjalan melewati gw, ataupun nyalip gw. Maklum, gw make tenaga betis. Ga berapa lama, gw lihat iring-iringan kendaraan yang searah ama gw terlihat berhenti. Di depan sana ada jembatan dengan sungai di bawahnya.
Di sisi kiri dan kanan jembatan ini terdapat patung orang-orang yang sedang menarik ular berkepala 7. Ular berkepala 7 ini sering ditemukan di patung-patung di Kamboja dan Thailand. Kadang kepalanya 7, kadang 9. Kepala patung-patung tadi banyak yang udah rusak, bahkan hilang. Cuma beberapa yang nampak baru, kayaknya diganti untuk restorasi. Wajah-wajahnya sangar, btw! Di ujung jembatan nampak ada gerbang dengan kepala gede, menandakan Bayon Temple udah deket.
Di bawah jembatan tadi ternyata kanal atau parit selebar 3 meter, yang mengelilingi dinding Angkor Thom. Tujuannya untuk menghalau musuh ketika hendak menyerang kota. Gate yang gw lewatin merupakan south gate, yang berada di selatan, dan di kanan-kirinya terdapat dinding setinggi 8 meter mengelilingi kompleks Angkor Thom. Eits, jangan salah, pasti mikirnya gatenya ada 4, tapi totalnya ada 5 gate, dengan area barat terdapat 2 gate.
Di bawah jembatan tadi ternyata kanal atau parit selebar 3 meter, yang mengelilingi dinding Angkor Thom. Tujuannya untuk menghalau musuh ketika hendak menyerang kota. Gate yang gw lewatin merupakan south gate, yang berada di selatan, dan di kanan-kirinya terdapat dinding setinggi 8 meter mengelilingi kompleks Angkor Thom. Eits, jangan salah, pasti mikirnya gatenya ada 4, tapi totalnya ada 5 gate, dengan area barat terdapat 2 gate.
(atas) Foto south gate Angkor Thom. (bawah) Baray/parit yang mengelilingi gerbang Angkor Thom. |
Ternyata kendaraan tadi pada ngantri buat ngelewatin gate tersebut. Di bawah gatenya cuma muat untuk satu mobil, sementara jalanan dua arah. Karena gw pake sepeda, giliran gw yang nyalip mereka.
Rasakan pembalasanku Ferguso! Muhahahhaaaa.
Setelah gw lewatin gerbang, akhirnya gw kesalip juga ama kendaraan-kendaraan yang ngantri tadi. Yaah, nasib. Betis lawan mesin, ya kalah! Hahahahaa...
The Massive Heads at Bayong
Pernah liat foto-foto tentang kuil Angkor Wat, dengan pahatan wajah segede gaban terbuat dari batu? Nah, foto-foto itu sumbernya ada di Bayong Temple. Sebenarnya dari south gate udah terlihat si wajah super gedenya, tapi di dalam Bayong temple lebih banyak lagi. Dibuat di akhir abad ke-12 dan awal abad ke-13, kuil ini merupakan pusat kerajaan Khmer masa Jayavarman VII. Desainnya merupakan style Baroque ala Khmer. Awalnya kuil ini bernuansa Buddha, kemudian berubah peruntukan menjadi Hindu.
Wajah-wajah yang terpahat di kuil ini semuanya mirip. Arkeolog berkesimpulan, wajah-wajah yang terpahat merupakan wajah Jayavarman sendiri. Well, cukup narsis juga ya, beliau. Mau tau lebih lengkapnya, nih, baca di Wikipedia aja yee...
The Elephant Terrace
Setelah puas mengeksplore kepala besar (jadi inget lagu anime Dr. Slump), gw ambil sepeda yang gw parkir di bawah pohon, lalu mengayuh ke utara. Ga berapa lama, gw lihat ada semacam dinding yang cukup panjang, kurang lebih 400 meter. Cukup aneh juga pikir gw, di antara reruntuhan kuil, terdapat dinding. Di seberang area dinding ini terdapat area rerumputan yang lapang, dengan sedikit pepohonan. Dan di antara pepohonan, ada beberapa lapak dan foodtruck berjualan. Gw memutuskan untuk markir sepeda di salah satu lapak yang nyediain payung gede di situ. Nitip ke mereka, lalu explore ke dalam, sambil deg-degan, sepedanya aman ga yaa.
Dinding-dinding ini penuh dengan relief, beserta tiga tangga untuk naik ke atas, yang terletak di selatan, tengah dan utara. Di tangga bagian tengah, teradapat relief dan patung wajah gajah lengkap dengan belalainya. Ternyata itu petunjuk mengenai nama area ini, yaitu teras gajah (Elephant Terrace). Fungsinya ternyata untuk mimbar atau podium tempat raja berdiri dan menyambut rakyat, bala tentaranya, maupun acara publik lainnya. Dan yang tersisa sekarang hanyalah bagian pondasinya saja. Struktur utamanya sudah hancur.
Lanjut yah ke part 3, the Big Circle! Foto-fotonya banyak, sayang banget kalau dimampetin dalam satu artikel!
--- つづく
Rasakan pembalasanku Ferguso! Muhahahhaaaa.
Setelah gw lewatin gerbang, akhirnya gw kesalip juga ama kendaraan-kendaraan yang ngantri tadi. Yaah, nasib. Betis lawan mesin, ya kalah! Hahahahaa...
Menuju Bayong Temple |
The Massive Heads at Bayong
Pernah liat foto-foto tentang kuil Angkor Wat, dengan pahatan wajah segede gaban terbuat dari batu? Nah, foto-foto itu sumbernya ada di Bayong Temple. Sebenarnya dari south gate udah terlihat si wajah super gedenya, tapi di dalam Bayong temple lebih banyak lagi. Dibuat di akhir abad ke-12 dan awal abad ke-13, kuil ini merupakan pusat kerajaan Khmer masa Jayavarman VII. Desainnya merupakan style Baroque ala Khmer. Awalnya kuil ini bernuansa Buddha, kemudian berubah peruntukan menjadi Hindu.
Di dalam Bayong Temple, mengadah ke atas dikit udah kelihatan wajah-wajah gede di mana-mana! |
Salah satu tower di Bayong Temple, lengkap dengan wajah-wajahnya. |
Close up, smile & say cheese :) |
Wajah-wajah yang terpahat di kuil ini semuanya mirip. Arkeolog berkesimpulan, wajah-wajah yang terpahat merupakan wajah Jayavarman sendiri. Well, cukup narsis juga ya, beliau. Mau tau lebih lengkapnya, nih, baca di Wikipedia aja yee...
Bagian belakang Bayong Temple |
View di dalam & sekitar Bayong Temple |
The Elephant Terrace
Setelah puas mengeksplore kepala besar (jadi inget lagu anime Dr. Slump), gw ambil sepeda yang gw parkir di bawah pohon, lalu mengayuh ke utara. Ga berapa lama, gw lihat ada semacam dinding yang cukup panjang, kurang lebih 400 meter. Cukup aneh juga pikir gw, di antara reruntuhan kuil, terdapat dinding. Di seberang area dinding ini terdapat area rerumputan yang lapang, dengan sedikit pepohonan. Dan di antara pepohonan, ada beberapa lapak dan foodtruck berjualan. Gw memutuskan untuk markir sepeda di salah satu lapak yang nyediain payung gede di situ. Nitip ke mereka, lalu explore ke dalam, sambil deg-degan, sepedanya aman ga yaa.
Elephant Terrace & Terrace of the Lepper King. Area ini dulunya merupakan podium raja untuk menyambut rakyat dan tentara, serta acara publik lainnya. |
Dinding-dinding ini penuh dengan relief, beserta tiga tangga untuk naik ke atas, yang terletak di selatan, tengah dan utara. Di tangga bagian tengah, teradapat relief dan patung wajah gajah lengkap dengan belalainya. Ternyata itu petunjuk mengenai nama area ini, yaitu teras gajah (Elephant Terrace). Fungsinya ternyata untuk mimbar atau podium tempat raja berdiri dan menyambut rakyat, bala tentaranya, maupun acara publik lainnya. Dan yang tersisa sekarang hanyalah bagian pondasinya saja. Struktur utamanya sudah hancur.
Berjalan ke belakang, gw ngelihat ada jalanan setapak, yang di ujungnya terdapat sebuah kuil berbentuk piramid. Kuil Phimeanakas dari abad ke-9, yang usianya jauh lebih tua dari Angkor Wat. Berjalan ke selatan, terdapat 'jalanan' dari batu yang berdiri tegak di antara rawa di bawahnya. Serta bebatuan sisa-sisa kompleks candi yang sedang dipugar dan menunggu kapan akan direkonstruksi lagi. Di ujung jalanan ini terdapat kuil lagi, yang lebih besar dari kuil Phimeanakas. Kuil ini bernama Baphuon, di bangun di abad ke-11, dan sudah banyak hancur. Yang menarik, sebelum sampai di depan kuil ini, terdapat beberapa gapura yang gw yakin cukup instagrammable, plus rawa-rawa di bawahnya sebagai background. Kalau lagi sunset epic banget nih!
Menuju Phimeanakas Temple |
View dari atas Phimeanakas Temple |
Phimeanakas Temple dari belakang. Di foto kanan bawah, nampak bebatuan (sudah banyak yang hancur si) yang disusun menyerupai patung Buddha tidur (Reclining Buddha). |
Baphuon Temple di selatan Phimeanakas, dengan baray/parit di dekatnya. |
Cape mengeksplore area ini, gw balik ke parkiran sepeda. Cuaca makin panas menyengat! Gw mampir ke lapak tempat gw nitip sepeda, hamdalah sepedanya masih ada! Lalu beli es kopi. Esnya banyakin! Sumpeh, panasnya minta ampun, dan gw baru explore 1/3 area Angkor Wat.
What?
Perjalanan masih jauh sodara-sodaraa, dan waktu masih pukul 12-an, means masih ada sekitar 6 jaman lagi buat explore.What?
Lanjut yah ke part 3, the Big Circle! Foto-fotonya banyak, sayang banget kalau dimampetin dalam satu artikel!
--- つづく
Damage Cost
Drink(s) $2
Dinner KHR 5.000 ($1,25)
Angkor Wat Ticket $37
Dinner KHR 5.000 ($1,25)
Angkor Wat Ticket $37
Rental Sepeda $1 (yang ini gw masukin di budget hari sebelumnya)
Total (rate saat itu) IDR 533.050
Total (rate saat itu) IDR 533.050
TIPS
Access to Angkor Wat
Angkor Wat berada outskirt kota Siem Reap, sekitar 5-6 kilometer dari pusat kota. Untuk mengelilinya, ada beberapa alternatif:
1. Tuk-Tuk. $15-20 per hari, dengan rute Angkor Wat + little circle + Ta Prohm (Tomb Rider), untuk rute lain, coba di tawar sendiri. Satu tuk-tuk bisa untuk 4-5 orang. Jadi kalau ramean, ini yang paling oke. Kadang drivernya nyediain air dingin+cooler dan tissue basah. Kalau beruntung, mereka bawa powerbank dan wifi juga.
2. Dengan sepeda motor, rental motor $5 per hari, exclude bensin. Bawa ID/passport sebagai jaminan. Kalau berdua, alternatif ini bisa dicoba. Tapi perlu ingat, Angkor Wat di siang hari sangat panas terik menyengat!
3. Dengan sepeda, ngandelin betis gan. Harga dari $1-2 per hari. Bawa ID/passport sebagai jaminan. Jangan lupa bawa air minum yang banyak, soalnya kalau beli di dalam Angkor Wat suka dimahalin. Ambil sepeda yang punya keranjang di depannya, biar enak naroh barang.
1. Tuk-Tuk. $15-20 per hari, dengan rute Angkor Wat + little circle + Ta Prohm (Tomb Rider), untuk rute lain, coba di tawar sendiri. Satu tuk-tuk bisa untuk 4-5 orang. Jadi kalau ramean, ini yang paling oke. Kadang drivernya nyediain air dingin+cooler dan tissue basah. Kalau beruntung, mereka bawa powerbank dan wifi juga.
2. Dengan sepeda motor, rental motor $5 per hari, exclude bensin. Bawa ID/passport sebagai jaminan. Kalau berdua, alternatif ini bisa dicoba. Tapi perlu ingat, Angkor Wat di siang hari sangat panas terik menyengat!
3. Dengan sepeda, ngandelin betis gan. Harga dari $1-2 per hari. Bawa ID/passport sebagai jaminan. Jangan lupa bawa air minum yang banyak, soalnya kalau beli di dalam Angkor Wat suka dimahalin. Ambil sepeda yang punya keranjang di depannya, biar enak naroh barang.
My ride exploring Angkor Wat |
What to Do
Sunrise Hunter atau Sunset Hunter?
Kebanyakan area candi dibuka untuk umum mulai pukul 7.30 am hingga 5.30 pm. Tapi, kalau mau hunting sunrise, berangkat sebelum jam 5 pagi. Tiket cuma bisa dibeli on the spot, harga tiket $37 per orang untuk one day pass, dan lokasinya sedikit memutar dari jalur utama ke jalan Angkor Wat, cek di sini. Loket buka pukul 5 pagi. Bawa cash, dan mukanya jangan kucel ya, nanti di foto dan di print untuk tiketnya. Tiket ga boleh hilang, soalnya tiap kali masuk sebuah candi, kudu nunjukin tiket ke petugas yang jaga (kecuali lokal mah, bebas keluar masuk).
Setelah beli tiket, langsung ngacir ke candi Angkor Wat, parkir, lalu masuk ke inner gate. Nanti ada moat di depan interior gate, di mana ratusan turis lain bakal jadi lawan kalian buat nyari spot terbaik. Lokasi sunrise lainnya ada di Srah Srang, semacam danau di sebelah barat candi Angkor Wat (di area Big Circle).
Khusus untuk sunset hunting, pot terbaik untuk sunset view, yaitu Phnom Bakheng, sekitar 1,5 kiloeter dari candi Angkor Wat. Sama seperti sunrise hunting, kalian bakal ngantri juga dengan turis lainnya di sini. Lokasi candinya berada di atas bukit, jadi selain ngantri, kudu hiking juga. Begitu di atas, cuma dikasih waktu 10 menit per orang. Lokasi lainnya untuk sunset view adalah Pre Rup, di sebelah barat danau Srah Srang. Desainnya mirip dengan Angkor Wat, dan kalian bisa menikmati sunset view dari towernya. Khusus untuk Phnom Bakheng dan Pre Rup, jam bukanya diextend hingga pukul 7pm, agar turis bisa menikmati sunset view lebih leluasa.
Why not Both? BISA BANGET! Tapi perlu trick khusus. Kalian datang ke loket pembelian tiket dan beli tiket DI ATAS PUKUL 5pm. Dengan demikian, tiketnya available dari saat pembelian hingga pukul 5.30 di hari itu, dan besoknya dari pukul 5am-5.30pm. Setelah beli, langsung ngacir ke sunset spotnya, di Phnom Bakheng atau Pre Rup. Paginya, datang ke Angkor Wat atau Srah Srang. Your choice!
Selamat hunting!
Kebanyakan area candi dibuka untuk umum mulai pukul 7.30 am hingga 5.30 pm. Tapi, kalau mau hunting sunrise, berangkat sebelum jam 5 pagi. Tiket cuma bisa dibeli on the spot, harga tiket $37 per orang untuk one day pass, dan lokasinya sedikit memutar dari jalur utama ke jalan Angkor Wat, cek di sini. Loket buka pukul 5 pagi. Bawa cash, dan mukanya jangan kucel ya, nanti di foto dan di print untuk tiketnya. Tiket ga boleh hilang, soalnya tiap kali masuk sebuah candi, kudu nunjukin tiket ke petugas yang jaga (kecuali lokal mah, bebas keluar masuk).
Setelah beli tiket, langsung ngacir ke candi Angkor Wat, parkir, lalu masuk ke inner gate. Nanti ada moat di depan interior gate, di mana ratusan turis lain bakal jadi lawan kalian buat nyari spot terbaik. Lokasi sunrise lainnya ada di Srah Srang, semacam danau di sebelah barat candi Angkor Wat (di area Big Circle).
Khusus untuk sunset hunting, pot terbaik untuk sunset view, yaitu Phnom Bakheng, sekitar 1,5 kiloeter dari candi Angkor Wat. Sama seperti sunrise hunting, kalian bakal ngantri juga dengan turis lainnya di sini. Lokasi candinya berada di atas bukit, jadi selain ngantri, kudu hiking juga. Begitu di atas, cuma dikasih waktu 10 menit per orang. Lokasi lainnya untuk sunset view adalah Pre Rup, di sebelah barat danau Srah Srang. Desainnya mirip dengan Angkor Wat, dan kalian bisa menikmati sunset view dari towernya. Khusus untuk Phnom Bakheng dan Pre Rup, jam bukanya diextend hingga pukul 7pm, agar turis bisa menikmati sunset view lebih leluasa.
Why not Both? BISA BANGET! Tapi perlu trick khusus. Kalian datang ke loket pembelian tiket dan beli tiket DI ATAS PUKUL 5pm. Dengan demikian, tiketnya available dari saat pembelian hingga pukul 5.30 di hari itu, dan besoknya dari pukul 5am-5.30pm. Setelah beli, langsung ngacir ke sunset spotnya, di Phnom Bakheng atau Pre Rup. Paginya, datang ke Angkor Wat atau Srah Srang. Your choice!
Ticket Price
1 day pass - $37, berlaku hari itu juga (kecuali beli tiket di atas 5pm, berlaku besoknya)
3 days pass - $62**, berlaku dalam 10 hari sejak kartu diaktifkan
7 days pass - $72**, berlaku dalam 1 bulan sejak kartu diaktifkan
*harganya sudah termasuk sumbangan ke Kantha Bopha Children Hospital sebesar $2, yang letaknya dekat dengan kompleks Angkor Wat.
** pembelian 3 days pass dan 7 days pass tidak perlu datang berturut-turut
3 days pass - $62**, berlaku dalam 10 hari sejak kartu diaktifkan
7 days pass - $72**, berlaku dalam 1 bulan sejak kartu diaktifkan
*harganya sudah termasuk sumbangan ke Kantha Bopha Children Hospital sebesar $2, yang letaknya dekat dengan kompleks Angkor Wat.
** pembelian 3 days pass dan 7 days pass tidak perlu datang berturut-turut
Selamat hunting!
Comments
Post a Comment