Day 7 - Ba Vet, Land Border of Cambodia-Vietnam
Artikel ini merupakan rangkaian perjalanan solo backpacking gua keliling ASEAN selama kurang lebih sebulan. Prologue-nya udah gua tulis di sini, kenapa gua melakukan solo travelling seperti ini. Day 1, Day 2 di Melaka, Day 3 di Phnom Penh, Day 4 perjalanan ke Siem Reap, Day 5 keliling Angkor Wat, Day 6 Killing Field Siem Reap.
And this is Day 7, nyeberang perbatasan Kamboja-Vietnam lewat darat.
----
Pagi hari, jam masih sekitar pukul 6.30. Matahari masih malu-malu bersinar, AC di kamar dorm terasa sangat dingin, roommates gw masih pada ngorok. Pengen rasanya balik ke dalam selimut. Tapi gw udah seger, barang udah dipacking dalam ransel. Gw pun turun ke resepsionis di bawah.
Setelah check-out, gw pun menunggu di samping kolam renang. Rencana gw pagi itu bakal ke Ho Chi Minh di Vietnam. Sebenernya dari Siem Reap lebih deket kalo gw ke Bangkok, tapi karena gw belum pernah ke Vietnam, jadilah gw beli tiket bus ke ibukotanya. Meski kudu lewatin Phnom Penh lagi.
Gw pake bus Mekong Express, berangkat pukul 7.30 dan katanya bakal di jemput di hotel jam 6.50. Sekarang udah pukul 6.45. Gw rada ragu si bakal on-time ga, soalnya yang gw baca review di internet kala itu, operator bus di Kamboja banyak yang ga bisa dipercaya! Kecuali Giant Ibis, tapi mahal banget!
5 menit berlalu, masi ga ada penampakan. 10 menit berlalu, tiba-tiba ada yang masuk ke area hotel dengan seragam coklat. Langsung mengarah ke resepsionis, nyariin gw. Wow, lumayan, cuma telat 5 menit! Nice! Gw pun langsung naik ke mini van nya.
Yeah, gw dijemput dengan mini van. Kirain bakal make mini van ini buat ke Vietnam, ternyata buat ngejemput penumpang aja. Mini van ini pun berkeliling ke beberapa hotel, hingga masuk ke gang-gang sempit loh! Yang ajaibnya, di dalam gang tadi terdapat villa yang bagus! Setelah berkelliling, akhirnya si mini van berjalan ke arah luar kota.
Bus feeder Mekong Express untuk menjemput penumpamg |
Busnya lumayan nyaman, dengan lutut gw ga nempel amat ke seat di depan gw. Mungkin kalo bule setinggi 190an senti bakal ga nyaman kali ya, but hey, this is for Asians. Menjelang berangkat, kenek bus nya yang seorang cewe muda, sangat ramah, melakukan pengumuman dalam bahasa Khmer dan broken English yang masih bisa dimengerti. Intinya bus ini bakal transit di Phnom Penh, perjalanan sekitar 5 jam (please prepare more time in mind*) lalu lanjut ke Ho Chi Minh di Vietnam, perjalanan juga sekitar 6 jam (again ,please prepare more time!*).
*Karena pada akhirnya total perjalanan gw sekitar 14 jam (Bus berhenti beberapa kali untuk toilet break dan makan, transit hampir sejam di Phnom Penh dan proses di imigrasi memakan waktu lebih dari setengah jam).
Bus Mekong express, perjalanan dari Siem Reap ke Phnom Penh. Masing-masing penumpang mendapatkan air mineral, malkist dan tissue basah. |
Bus pun berangkat. Kenek bus tadi ngasi makanan dan minuman ke penumpang. Keren loh, dapat cracker, tissue basah dan sebotol kecil air mineral! Perjalanan ke Phnom Penh ga banyak yang bisa dilihat. Paling ladang tandus dengan jalanan berdebu dan sesekali rumput hijau persawahan dengan pohon palem yang tumbuh liar sebagai background. Karena udah liat sebelumnya, gw pun lanjutin tidur gw.
Di setengah perjalanan ke Phnom Penh, busnya berhenti untuk toilet break dan brunch. Lokasinya berhentinya sama ketika gw berangkat ke Siem Reap (sekarang, setelah beberapa kali bolak-balik PP-SR, gw bisa konfirm, resto ini selalu jadi tempat transit). Waktu itu karena masih belum lapar, gw ga makan di resto. Malah jalan ke pasar dekat situ, lalu ketemu semacam warteg, malah ngiler! Hahahaa.
Warteg ala Kamboja. |
Perjalanan dilanjutkan menuju Phnom Penh, kali ini udah ga ada transit lagi. Gw lanjut tidur gw. Memasuki area Phnom Penh, gw terbangun. Suasana perkotaan sudah mulai terlihat. Busnya berjalan menuju Friendship Bridge, salah satu landmark terkenal di kota ini yang menghubungkan dua bantaran sungai: Daun Penh (city center tempat riverside berada) dan Chrouy Changva (area seberang riverside, banyak perkampungan muslim di situ). Lokasi Mekong Express berada di Daun Penh, dekat jembatan Friendship Bridge.
Pemandangan sepanjang perjalanan, yang gw foto ini kebetulan lagi bagus pemandangannya. |
Sesampainya di kantor Mekong Express yang juga merupakan pangkalan Bis mereka, kita dipersilahkan turun sambil bawa barang-barang pribadi. Waktu itu sekitar pukul satu lebih, dan katanya bus menuju Ho Chi Minh bakal siap sekitar 45 menitan, jadi kita disuruh nunggu di dalam kantornya. Lumayan, ada AC dan wifi gratis yang ga kencang-kencang amat! Ada cafe juga di dalam, jadi semerbak kopi menghiasi aroma dalam kantor.
Suasana kantor Mekong Express, sekaligus terminal busnya. Lokasinya berada di pinggir sungai Mekong (hence the name!) |
Menjelang pukul dua, kita dipersilahkan naik bus, dan memasukkan barang bawaan yang gede-gede ke bagian bagasi bus. Gw liat kali ini banyak wajah-wajah lokal yang bawa kardus semacam kayak mo mudik. Gw naik ke dalam bus dan duduk di kursi gw. Kali ini busnya lebih tua dari bus pertama tadi. Keneknya pun ganti, jadi anak muda berparas kehitaman khas Khmer, dengan bahasa Inggris yang lebih broken dari yang pertama.
Perjalanan pun dimulai, kali ini menuju arah tenggara Kamboja, menuju Krong Ba Vet, tempat imigrasi Ba Vet berada. Sang kenek meminta agar passport dikumpulkan ke dia. Setelah passport dikumpulin, gw lihat dia ngisiin kartu imigrasi Kamboja untuk keluar negara itu, satu per satu tiap passport. Baik amat.
Suasana di dalam bus Mekong Express dari Phnom Penh, Kamboja, menuju Ho Chi Minh City di Vietnam. Kali ini cuma dapat kueh-kuehan doang tanpa minum. |
Selama di jalan, gw ngelihat dari jendela bus, banyak pembangunan jalan raya sedang dilakukan. Makanya jalanannya kurang begitu mulus di beberapa tempat. Bus gw juga menyeberangi beberapa sungai melalui jembatan. Gw lihat di peta, area menuju Ba Vet emang banyak aliran sungai dan rawa-rawa. Tiba-tiba langit mendung, lalu hujan pun mewarnai perjalanan gw, mengakibatkan gw ga bisa nahan rasa ngantuk.
Di perjalanan ke Ho Chi Minh City, Vietnam, hujan gede. Padahal viewnya bagus loh kalau cerah! Melewati banyak sungai lebar gituu. |
Tiba-tiba gw terbangun oleh pengumuman yang dilakukan oleh kenek bus dengan bahasa Inggris seadanya. Gw gtau udah tertidur berapa lama, tapi gw lihat di peta, kita udah dekat dengan perbatasan, tinggal beberapa kilo lagi. Nyenyak jg tidur gw.
Scam
Sang kenek ngasi tau, kalau passport yang sudah dikumpulkan ke dia, bakal dibantuin ama dia untuk "clearing" proses imigrasi. Untuk yang berwajah bule, dy ngasi tau kalau perlu visa untuk ke Vietnam, dan dia bisa "membantu" membuatkan visa super cepat dengan bayaran $35 bagi yang belum punya visa. Nah, di sini lah praktek scam nya dimulai. Gw kurang tahu berapa besar bayarannya saat itu (setelah cek di internet, ternyata minimal cuma $25 untuk single entry one month).
Sebelumnya gw udah baca-baca di internet bagaimana praktek scam di perbatasan ini. Katanya, sebelum perbatasan bakal ada yang naik ke dalam bus dengan berbaju seragam dan berlagak jadi petugas imigrasi, lalu nanyain satu per satu penumpang tentang visa. Bagi yang ga punya, dipaksa untuk membayar visa melalui dia dengan hrga yang lebih tinggi tentunya. Ada juga yang cuma berpakaian biasa, nanya-nanya, lalu menawarkan bantuan. Bagi yang menolak, biasanya dijutekin, tapi itu strateginya mereka.
Nah, kasus gua, ternyata si kenek bus nya yang nyari duit extra. Tapi karena gw ga perlu visa, yaa, gw cuek aja. Si kenek pun nanyain satu-satu ke penumpang di dalam bus. Kebanyakan menerima offer dia. Pas ke gw, gw bilang kalau gw ga butuh visa.
"Oke, wan dolaa..." katanya, maksudnya teh one dollar.
"Errr... What for? I don't need visa?"
"Stamp! Stamp! Wan dolaa..."
"Wait. It's supposed to be free. Right?"
"OK. You. Do yourself!" Katanya dengan muka ketus sambil ngembaliin passport gw.
Damn. Kan gw deg-degan yah. Belum pernah nih cuy. Meski udah baca-baca dan tau trik mereka, tapi karena pengalaman pertama, yaa gw tetap takut juga. Trus gw ngeliat ke sekeliling gw, ada juga beberapa wajah asia dengan aroma turis di seberang gw. Ternyata mereka turis dari Filipina, dan mereka juga pasang tampang kebingungan. Kita ngobrol dan saling konfirmasi, gimana nii? Karena pada takut, kita sepakat untuk nurutin si kenek dan ngasi $1 buat stempel.
Hiks, bye wan dolaa...
*Setelah beberapa kali melewati perbatasan, gw bisa konfirm ke kalian yang baca, kalau itu adalah trik mereka agar mendapatkan duit. Bikin takut dan bingung penumpang agar mau memakai "jasa" mereka. Sebenarnya kalian bisa ga bayar apapun, dan ga masalah. Kalaupun ada, itu paling trik psikologis dari petugas imigrasinya yang menunda ngasi stempel.
Setelah si kenek maruk ngumpulin pundi-pundi ekstranya dari penumpang yang lugu kayak gw, bus pun berhenti di salah satu restoran, sekitar satu kilometer dari perbatasan. Langit masih gelap karena menandakan udah mau magrib. Di resto ini menawarkan makanan dengan nyantumin tiga harga: Riel Khmer, Dong Vietnam dan US Dollar. Oke, aroma perbatasannya mulai terasa.
Suasana dalam restoran dekat perbatasan. Perhatikan harga yang tertera, ada 3 harga: Dollar, Riel dan Dong. |
Suasana di depan restoran dekat imigrasi. Beberapa meter di depan, bakal banyak hotel dan kasino. Sayangnya pas lewatin area itu, udah gelap, jadi fotonya pada blur! |
Ba Vet
Selesai makan, kita pun naik bis lagi. Perjalanan menuju kantor perbatasan kali ini, mulai terasa ada yang spesial. Sebelumnya, view perjalanan cuma tanah merah tandus dengan sesekali rumah panggung biasa. Sekitar beberapa meter dari kantor imigrasi, yang terlihat malah bangunan mewah, semacam hotel bintang lima.
Gw jadi ingat, katanya di perbatasan kamboja emang banyak kasino. Jadi di negara-negara yang mengelilingi Kamboja, kayaknya perjudian tuh illegal, namun di Kamboja malah legal. Jadi demi memenuhi hasrat berjudi para tetangga, dibuatlah kasino beserta hotel mewahnya di dekat perbatasan!
*Gw pun baru tau belakangan, ternyata banyak orang Indonesia yang kerja di Kasino ini. Utamanya di Poi Pet, perbatasan Kamboja-Thailand.
Akhirnya bus tiba di kantor perbatasan, yang bentukannya semacam terminal, dengan atap lebar terbuka dan cuma ada beberapa bilik pos untuk petugas imigrasi. Si kenek ngembaliin satu persatu passport kita, lalu disuruh turun tanpa perlu membawa barang dan ngantri ke salah satu pos untuk di stempel keluar. Di bagian imigrasi Kamboja, emang ga bisa diwakili karena harus finger print dan foto biometrik. Proses imigrasinya pun sangat lancar, semacam basa basi aja biar sesuai SOP.
Ngantri untuk stamp out Kamboja di Imigrasi Ba Vet |
Ga dicek sama sekali. Busnya cuma lewat aja.
Selesai di stamp, kita disuruh naik bis lagi. Si kenek lalu meminta agar passport dikumpulin lagi ke dia. Yang tadi adalah prosesn stamp out imigrasi Ba Vet untuk keluar Kamboja. Setelahnya, masuk ke Vietnam. Jantung gw pun doki-doki antara exited dan takut kenapa-kenapa.
*sekarang kantor imigrasi Ba Vet udah baru. Ga begitu modern si, tapi pos-pos tadi udah ga dipakai lagi.
Moc Bai
Bus berjalan ga begitu jauh, lalu berhenti di sebuah bangunan yang lumayan decent untuk menjadi kantor. Kantor imigrasinya not bad lah, dibanding Ba Vet tadi. At least beneran berbentuk bangunan, bukan terminal. Memasuki gedung, langsung terlihat alat scanner untuk memeriksa barang bawaan. Tapi gada yang jaga, jadi kita langsung lewatin aja, menuju kounter imigrasi.
Di situ kita pun nunggu. Si kenek terlihat ngobrol ama petugas imigrasi sambil nyerahin setumpuk passport. Si petugas memeriksa dan menstempel satu per satu passportnya. Ga lama, si kenek manggil nama-nama penumpang sesuai dengan yang tertera di passport, lalu balikin passport mereka.
Ngantri untuk stamp in Vietnam di Imigrasi Moc Bai |
Setelah nama gw dipanggil dan passport gw dibalikin, gw pun menuju pintu exit. Dekat pintu ini ada meja dengan seorang petugas yang lagi duduk-duduk di situ. Passport harus diperlihatkan ke dia untuk diperiksa. Periksa basa basi doang ternyata. Setelahnya, gw keluar ke pintu exit dan kaki gw akhirnya menginjakkan Vietnam untuk pertama kalinya!
Yattaa!
Di depan pintu exit, bus tadi udah terlihat menunggu para penumpang. Beneran ga diperiksa loh isi busnya! Ga berapa lama, bus pun penuh kembali. Tapi busnya belum berangkat-berangkat juga. Penumpang mulai terlihat gelisah, ternyata ada satu penumpang yang belum naik. Sekitar 10 menitan kemudian, penumpang tadi yang seorang bule, nampak naik dengan buru-buru. Nampaknya dia mencoba jalur tanpa bantuan, makanya dilamain.
Dan bus pun melaju menuju jantung kota Ho Chi Minh. Hari sudah gelap, jadi gw gabisa melihat landscape view negara ini. Cuma ada lampu jalan dan penerangan dari rumah-rumah penduduk di sepanjang jalan.
Yang bisa gw bedain, kalau di Kamboja, jalan rayanya ga ada pembatas jalan, cuma dicat doang. Dan trotoar juga ga ada. Kalau di Vietnam, ada pebatas jalanannya, dan beberapa ada trotoar. Untuk perumahannya, di Kamboja rata-rata rumah panggung dari kayu beratap seng, atau full dari seng (dinding dan atapnya dari seng, ga panas apa?) berwarna biru atau perak. Kalau di Vietnam, nampak seperti ruko-ruko biasa aja kayak di Tanah Abang. Ada satu yang cukup kontras; di Kamboja, tiap beberapa kilo bakal nampak kompleks Wat (kuil) yang cukup luas dengan desain atap yang impressif ala Buddhism di Asia Tenggara, tapi di Vietnam hampir ga ada. Kalau pun ada, paling berupa Pagoda China dan kecil, ga semegah yang di Kamboja.
Memasuki kota Ho Chi Minh, mulai terlihat banyak kendaraan dan bangunan-bangunan mulai padat. Memasuki jantung kota Ho Chi Minh, makin kerasa kalau ibukota negara ini sangat sibuk. Jauh berbeda dengan ibukota Kamboja. Di Ho Chi Minh yang dulunya bernama Saigon, kotanya mirip Jakarta yang metropolitan dengan traffic yang semrawut dan jumlah pemotor yang berjibun! Kalau di Phnom Penh mah, serasa balik ke tahun 70an deh, hehee.
Pham Ngu Lao
Bus akhirnya sampai di Pham Ngu Lao dan kita dipersilahkan turun. Baruu aja turun, tiba-tiba gw hampir ditabrak ama motor matic, semacam scoopy gitu. Yang bawa motornya cewe, make high heels dengan minidress. Gilak, pakean sexy buat ngemall malah bawa motor! Disiutin ama pemuda yang lagi nongkrong, eh, malah ngegertak balik! Gokil! Beneran kata orang-orang, cewe Vietnam like a Tiger! Kecil-kecil cabe rawit, jangan macam-macam ceunah!
Gw pun melewati hiruk pikuk tadi. Di sejejeran jalan Pham Ngu Lao ini, gw lihat banyak travel agen juga. Ada beberapa bus juga baru menurunkan penumpangnya. Di seberang jalan terlihat sebuah taman. Gw berjalan mengikuti peta menuju hostel. Hostel gw melewati Bui Vien, alias backpacker street dan masih perlu berjalan sekitar sekilo dari situ.
Suasana di Pham Ngu Lao dan Bui Vien |
Selesai nuker duit, gw jalan menuju hostel. Melewati jalan besar yang gw gabisa baca karena aksaranya aneh, lalu melewati area pasar dan akhirnya sampai! Proses check-in gw juga lancar, staff yang lagi jaga seorang gadis muda dan sangat ramah. Gw diajarin bahasa Vietnam: xin chào (dibaca sincao, artinya Hallo) dan cảm ơn (dibaca seperti come on, yang artinya terima kasih).
Selesai proses check-in, gw naik ke kamar. Kamarnya cukup luas, dengan maksimal 6 orang di dalam dan gw dapat bed atas. Ada loker yang cukup gede di dalam dan wifi lumayan kenceng! Gw kenalan ama roomate gw dari Romania; Daniel. Tipikal hippies dengan kaos tie-dye ngejreng, gondrong brewokan dan full senyum. Dia nyaranin gw buat nyobain Pho di sudut jalan deket hostel. Enak beut ceunah, cuma 40k dong! Karena gw belum makan malam, gw pun langsung ngacir ke situ.
Sampai di tempat yang dimaksud, bentukannya beneran warung jalanan lokasi di sudut jalanan. Lengkap dengan meja dan bangku plastik semi jongkok tea. Yang jaga sepasang uncle-aunty yang ramah. Gw pesen Pho Bo (beef pho), ama si aunty nya langsung ngambil mangkok gede, rebus mie dan ngambil seonggok daging segede kepalan tangan gw, lalu diiris kecil-kecil ama dia. Kirain cuma bakal ngasih setengah atau seperempat onggokan daging tadi, ternyata semuanya dong! Daging segede gaban tadi dimasukin semua di mangkuk gw! Lalu kuahnya disiram ke mangkuk, dan dikasih beberapa batang daun bawang utuh! Plus ada lobak gede di kuahnya.
Pho favorit! Porsi super gede, dengan isian yang super royal! Harga cuma 40k Dong, alias 20 rebu rupiah! |
Belum selesai, di meja tempat gw duduk, terdapat keranjang yang berisi dedaunan khas Vietnam, mulai dari cilantro, kemangi, dan daun lainnya yang baunya menusuk. Bau dedaunan ini yang gw benci pas di Kamboja, ternyata mereka pakai juga di sini. Dedaunan ini bisa ngambil sepuasnya, tapi gw cuma ngambil seuprit cuma buat menambah rasa aja.
Itadakimasu? Eits, kaleum, si aunty ngasih lagi semangkuk kecil toge yang sudah direbus. Gokil, mevvah! Setelah nyampur bumbu yang tersedia (jeruk nipis, sambel dan saos yang gw ga tau itu apa, asal nyampur aja) gw pun menyantap Pho tadi.
UENAK!
Seriously, this is the best Pho I've ever had!
Sebelumnya di Jakarta gw jarang makan Pho, karena secara visual kurang menggiurkan. Maklum, warnanya cuma putih-putih kayak gada rasanya. Itupun cuma tersedia di restoran khas Vietnam dengan harga yang lumayan yah, di atas 40an. Meskipun gw makan, rasanya enak, tapi ga sampai wow gitu. Yang ini, rasanya WOW deh! Porsinya juga gede banget! Dan cuma 40k dong! Alias 20 rebu rupiah saja!
Gw langsung I Love Vietnam dalam hati.
Belum juga sehari, gw merasakan nikmat yang luar biasa di negara ini! Ga salah pilih guweee! FYI, buat ngitung pengeluaran di Vietnam enak banget, cukup bagi dua aja. (sekarang gw cek udah 0.6 rupiah).
Selesai makan, gw pun berkeliling sekitar. Tapi karena cape dari perjalanan jauh plus kekenyangan, gw akhirnya balik ke hostel. Di hostel, gw ngeliat di Daniel masih nongkrong di balkon kamar. Gw pun join dan say thank you udah ngenalin Pho tadi. Katanya my pleasure bro, sambil senyum dan ngudut rokoknya. Room mate gw yang lain, Erik dari Australia nongol. Bertiga kita nongkrong sambil cerita.
Si Daniel udah 3 tahun berkelana. Beneran berjiwa bebas, ga tau mo ngapain, kemanapun angin berhembus. Dia demen ngemil yang manis-manis, kayak oreo gitu. Sebelumnya dia sempat ke Bali dan keliling Jawa. Dulu dia ga ngerokok, tapi setelah lama di Jawa dan mencoba rokok kretek, dia ketagihan sekarang! Si Erik, udah setahun tinggal di Saigon. Sebelumnya tinggal ama pacarnya yang seorang guru bahasa Inggris di salah satu International School. Tapi karena lagi berantem, dia sekarang lagi kabur dan nginep di hostel. Ada ada aja.
Room mate gw yang lain, Frank dari USA tiba dan join di balkon. Dy udah 3 bulan travelling, alhasil gw yang paling cupu di sini dari segi travelling. Nubi! Obrolan pun berlanjut ampe jam 3 ditemani beer, "rokok" dan cemilan manis.
Gw pun tepar. Kapal goyang kapten!
NEXT: Explore Ho Chi Minh City!
--- つづく
Damage Cost
Hostel Saigon Inncrowd 2days $7.70
Lunch 23.000 KHR
Dinner Pho 40.000 Dong
Scam $1
Lunch 23.000 KHR
Dinner Pho 40.000 Dong
Scam $1
Total (rate saat itu) IDR 197.005
TIPS
Nyeberang BaVet ke Moc Bai
Idealnya, begitu sampai di Ba Vet, bus akan berhenti dan menyuruh penumpang untuk turun. Di sini, passport yang telah dikumpulin sebelumnya ama kenek bus akan dibagi-bagikan satu persatu, lalu masing-masing penumpang menuju ke petugas imigrasi untuk stamp keluar. Ingat, kartu imigrasi Kamboja jangan sampai hilang, bakal ribet (bisa diperas lagi loh) dan kudu diisi sendiri (kalau ga diisiin ama kenek bus)
Setelah itu, penumpang masuk lagi ke bus, dan bus akan jalan sekitar 500 meter ke arah imigrasi Moc Bai. Di sini, kenek bakal ngumpulin passport masing-masing penumpang, dan akan langsung dibawa ke petugas imigrasi untuk di stempel masuk. Setelah distempel, kenek bus akan manggil nama masing-masing penumpang dan memberikan passport, lalu naik bus lagi menuju kota Ho Chi Minh.
Nyeberang Moc Bai ke BaVet
Sebaliknya, dari Vietnam ke Kamboja, (idealnya) kenek bus akan mengumpulkan passport masing-masing penumpang. Si kenek lalu ngasih kartu imigrasi Kamboja ke masing-masing passport (kadang diisiin ama kenek, kadang cuma setengah). Begitu sampai di Moc Bai, penumpang turun lalu langsung nunggu aja di dekat petugas imigrasi. Kenek bus yang akan ngantriin buat stamp keluar Vietnam. Setelah di stamp, masing-masing passport akan diberikan ke penumpang. Nanti akan ada petugas dekat pintu exit yang bakal ngecek satu persatu penumpang beserta passportnya.
Setelah itu, masuk bus dan berjalan sekitar 500m menuju imigrasi Ba Vet di bagian Kamboja. Di sini, masing-masing penumpang harus ngantri sendiri (karena kudu scan cap jari dan foto biometric). Setelah di stamp masuk, perhatikan kartu imigrasi Kamboja-nya, harus ada stempel imigrasinya juga. Kalau ga, bisa ribet tar pas mau keluar. Nanti kartunya bakal dihekter ke passport. Tenang aja, meski masih ada klip ngegantung, passportnya masih bisa dipake ke mana-mana koq. Setelah di stempel masuk, lagi-lagi ada petugas bakal ngecek pasport. Setelah lewatin petugas tadi, langsung masuk bus lagi menuju Kamboja.
P.S. Di sini tidak ada scan barang (bea cukai)
How to Avoid Scam
Sudah tidak asing lagi kalau perbatasan darat di sekitar Asia Tenggara, marak dengan Scams. Utamanya perbatasn Kamboja-Thailand dan Kamboja-Vietnam dan Vietnam-Laos. Harap diingat: bagi pemegang passport Indonesia (dan ASEAN) kita TIDAK PERLU VISA untuk memasuki wilayah ASEAN. Cukup distempel saja passportnya. Jadi kalau ada yang nawarin Visa, tolak aja.
Kadang, ada yang nawarin jasa stempel juga, biasanya kenek bus nyari extra income, khususnya buat pelancong berpassport ASEAN. Umumnya minta $1 untuk jasa stempel, biar ga perlu ngantri. Tapi kadang petugas imigrasinya juga yang minta $1 biar segera dicap. Kalian bisa kasih, bisa ga loh! Paling cuma dijutekin, atau dilamain ama petugasnya, atau malah disuruh nunggu di ruangan khusus. Tapi itu cuma gertak sambal aja, setelah antrian kosong (atau ngeliat gelagak kita biasa aja) mereka bakal ngasi stempel koq, dengan muka ga ikhlas tentunya! Hehee...
Nah, how to avoid it:
1. Pasang tampang pede, jangan celingak-celinguk kayak ga tau arah. Ini mah mangsa banget klo kayak gini.
2. Ketika ditanyain duit, keluarin duit receh (pecahan riel misalnya, kalau di Kamboja). Rata-rata mereka cuma mau ngambil dollar ($1 = KHR4.000) jadi kalau ngeliat pecahan Riel (apalagi seratusan Riel) mereka langsung eneg. Siapin aja duit riel di kantong, dollarnya disembunyiin.
3. Pede! Sekali lagi pede! Kalau petugasnya ngegertak, ga mau ngasi stempel, atau nyuruh nunggu, cuekin aja. It's your right to get the stamp! Mereka cuma bluffing demi dapetin $1!
Kira-kira begitu saran gw, meski akhir-akhir ini gw udah jarang kena scam maupun lihat oknum yang mau nipu loh!
Setelah itu, penumpang masuk lagi ke bus, dan bus akan jalan sekitar 500 meter ke arah imigrasi Moc Bai. Di sini, kenek bakal ngumpulin passport masing-masing penumpang, dan akan langsung dibawa ke petugas imigrasi untuk di stempel masuk. Setelah distempel, kenek bus akan manggil nama masing-masing penumpang dan memberikan passport, lalu naik bus lagi menuju kota Ho Chi Minh.
Nyeberang Moc Bai ke BaVet
Sebaliknya, dari Vietnam ke Kamboja, (idealnya) kenek bus akan mengumpulkan passport masing-masing penumpang. Si kenek lalu ngasih kartu imigrasi Kamboja ke masing-masing passport (kadang diisiin ama kenek, kadang cuma setengah). Begitu sampai di Moc Bai, penumpang turun lalu langsung nunggu aja di dekat petugas imigrasi. Kenek bus yang akan ngantriin buat stamp keluar Vietnam. Setelah di stamp, masing-masing passport akan diberikan ke penumpang. Nanti akan ada petugas dekat pintu exit yang bakal ngecek satu persatu penumpang beserta passportnya.
Setelah itu, masuk bus dan berjalan sekitar 500m menuju imigrasi Ba Vet di bagian Kamboja. Di sini, masing-masing penumpang harus ngantri sendiri (karena kudu scan cap jari dan foto biometric). Setelah di stamp masuk, perhatikan kartu imigrasi Kamboja-nya, harus ada stempel imigrasinya juga. Kalau ga, bisa ribet tar pas mau keluar. Nanti kartunya bakal dihekter ke passport. Tenang aja, meski masih ada klip ngegantung, passportnya masih bisa dipake ke mana-mana koq. Setelah di stempel masuk, lagi-lagi ada petugas bakal ngecek pasport. Setelah lewatin petugas tadi, langsung masuk bus lagi menuju Kamboja.
P.S. Di sini tidak ada scan barang (bea cukai)
How to Avoid Scam
Sudah tidak asing lagi kalau perbatasan darat di sekitar Asia Tenggara, marak dengan Scams. Utamanya perbatasn Kamboja-Thailand dan Kamboja-Vietnam dan Vietnam-Laos. Harap diingat: bagi pemegang passport Indonesia (dan ASEAN) kita TIDAK PERLU VISA untuk memasuki wilayah ASEAN. Cukup distempel saja passportnya. Jadi kalau ada yang nawarin Visa, tolak aja.
Kadang, ada yang nawarin jasa stempel juga, biasanya kenek bus nyari extra income, khususnya buat pelancong berpassport ASEAN. Umumnya minta $1 untuk jasa stempel, biar ga perlu ngantri. Tapi kadang petugas imigrasinya juga yang minta $1 biar segera dicap. Kalian bisa kasih, bisa ga loh! Paling cuma dijutekin, atau dilamain ama petugasnya, atau malah disuruh nunggu di ruangan khusus. Tapi itu cuma gertak sambal aja, setelah antrian kosong (atau ngeliat gelagak kita biasa aja) mereka bakal ngasi stempel koq, dengan muka ga ikhlas tentunya! Hehee...
Nah, how to avoid it:
1. Pasang tampang pede, jangan celingak-celinguk kayak ga tau arah. Ini mah mangsa banget klo kayak gini.
2. Ketika ditanyain duit, keluarin duit receh (pecahan riel misalnya, kalau di Kamboja). Rata-rata mereka cuma mau ngambil dollar ($1 = KHR4.000) jadi kalau ngeliat pecahan Riel (apalagi seratusan Riel) mereka langsung eneg. Siapin aja duit riel di kantong, dollarnya disembunyiin.
3. Pede! Sekali lagi pede! Kalau petugasnya ngegertak, ga mau ngasi stempel, atau nyuruh nunggu, cuekin aja. It's your right to get the stamp! Mereka cuma bluffing demi dapetin $1!
Kira-kira begitu saran gw, meski akhir-akhir ini gw udah jarang kena scam maupun lihat oknum yang mau nipu loh!
Bus Ticket Price
Dari Siem Reap langsung ke Ho Chi Minh, ga banyak bus Operator yang melayani. Kebanyakan dipecah perjalanannya dengan membeli dua tiket terpisah: Siem Reap-Phnom Penh dan Phnom Penh-HoChiMinh. Untuk yang langsung, ada Virak Buntham ($20-22), Mekong Express (sekarang $28), Sorya Bus ($18) dan Olong Pich ($17-18).
Selamat travelling!
Comments
Post a Comment