Day 13, Explore Vientiane

Akhirnya tiba di Vientiane (Vn). Nyampenya sih sore, tapi tiba di tengah kota dah mo magrib dan sampe di hostel udah gelap. Setelah mandi dan bengong berkontemplasi dengan kejadian sebelumnya di mana gw menempuh perjalanan 21 jam dengan sleeper bus yang ga nyaman dan tanpa toilet dan stuck di border di atas gunung, gw bersyukur bisa ngerasain "kota" lagi, dengan AC yang dingin dan kasur yang empuk.  

-----
Artikel ini merupakan rangkaian perjalanan solo backpacking gua keliling ASEAN selama kurang lebih sebulan. Prologue-nya udah gua tulis di sinikenapa gua melakukan solo travelling seperti ini. Day 1Day 2 di Melaka, Day 3 di Phnom PenhDay 4 perjalanan ke Siem ReapDay 5 keliling Angkor WatDay 6 Killing Field Siem ReapDay 7 nyeberang perbatasan Kamboja-Vietnam lewat darat. Day 8 keliling Saigon dan masuk ke War Remnant MuseumDay 9 main ke Vietnam Traditional Medicine Museum and then Stranded at Old Quarter Hanoi in the middle of the night. That night, enjoyed Hanoi Old Quarter, Car Free Day & Weekend Market. Day 11 gw kejebak hujan, tapi akhirnya enjoy egg coffee dan kenalan dengan cewe lokal. Day 12 perjalanan hampir seharian menyeberang perbatasan Vietnam - Laos dengan bus


And this is my next story, DAY 13, exploring Vientiane, Laos...
-----

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane,


Sebenarnya setengah cerita ini masih bagian dari Day 12, karena malam itu masih berlanjut. Setelah mandi, seger dan bengong dikit, gw kan laper tuh. Pengen cari makan dong. Nah, kebetulan di deket hotel gw ada taman gede dan dekat dengan sungai Mekong kalo liat di peta. Emang sengaja milih di situ. Cukup dengan jalan kaki, dah sampai.

Keluar dari area hostel, suasana udah agak sepi meski baru jam 8an. Padahal area sini harusnya banyak guesthouse dan hostel juga, tapi entah lagi sepi ama turis, atau emang kota ini semadesu ini. Di ujung jalan ada dua bar, masih buka tapi tetap sepi. Musik ajeb-ajeb yang biasanya terdengar hingar bingar kalau ada bar maupun club, di dua tempat ini santuy aja musiknya. Hingar bingarnya terjaga biar ga sampe mengganggu tetangga lah.

Di perempatan gw belok ke kanan, suasanya tetap sepi tapi ga mati juga. Feelnya masih aman lah buat jalan sendirian meski dah malam dan sepi. Sampai di ujung jalan, akhirnya gw melihat keramaian. Rame banget malah, kayak ujug-ujug berada di dunia yang lain. Di mulai dari area parkiran motor, banyak muda-mudi lokal nyari parkiran di situ. Sama lah kayak di Indo, parkirannya dijagain ama parkiran liar alias warlok juga yang jagain.


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, chao anouvong park
Dinner gw malam ini: mie bakso (KIP 30k) dan jus jeruk (KIP 5k). Di warung ini juga jualan telor rebus ama bola-bola ubi.


Di belakang parkiran motor, terdapat taman dan promenade (area buat jalan kaki) yang terhampar sepanjang sungai Mekong. Hampir di sepanjang taman ini juga nampak ada pasar malam. 
Banyak tenda-tenda dan gerobak-gerobak menjajakan makanan, pakaian, barang-barang elektronik, sampe suvenir.  Barang-barangnya mah, ga ada yang begitu menarik sih, kebanyakan import dari tetangga a.k.a Thailand ato dari China. Yang seru, permainan mecahin balonnya sih. Banyak vendor yang menyajikan permainan ini, di mana balon-balon di barisin di belakang dan pengunjung bayar untuk dapat 3x kesempatan ngelempar dart. Kalo berhasil mecahin balon ada hadiahnya.


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, chao anouvong park
Chao Anouvong night market. Banyak yang jualan di sini, dari elektronik, pakaian, makanan (gambar kanan bawah jualan crepes), hingga atraksi pecahin balon (gambar kiri bawah).


Di belakang semua hiruk pikuk itu semua, terdapat sungai Mekong memandang dengan sunyi dan gelap. Tapi yang serunya, di balik sungai Mekong ini udah negara lain loh; THAILAND! 

Cao Anouvong Park

ສວນເຈົ້າອະນຸວົງ


Area taman seluas 14 hektar di pinggir sungai Mekong ini bernama Cao Anouvong Park. Dibangun tahun 2010 untuk memperingati raja 450 tahun sejak raja Laos yang terakhir, raja Chao Anouvong. Beliau kayaknya sangat dihormati oleh masyarakat Laos, mengingat jasanya melawan invasi kerajaan Siam (Thailand) pada masanya. Meskipun akhirnya gagal, dan kerajaan Laos akhirnya hilang karena melebur menjadi bagian dari kerajaan Siam, namun jasa-jasanya yang heroik sehingga beliau menempati posisi spesial di hati masyarakat Laos.


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, chao anouvong park
Misi lur, gw Raja Chao Anouvong!

Selain taman yang dipersembahkan untuk beliau, juga terdapat patung perunggu beliau berdiri tegak setinggi 6 meter, sambil mengenakan seragam militer khas Laos. Patungnya memandang ke arah Selatan, dengan tangan kiri memegang pedang dan tangan kanan terangkat seakan-akan mengajak salaman ke arah negara tetangganya, Thailand. 

Sekarang sih, antara Laos dan Thailand udah ce-es mereka (duh, bahasanya). Soalnya untuk ke Thailand tinggal nyeberang melewati Thai-Lao Friendship bridge. Dengan bus maupun kereta bisa. 

Selain taman dan pasar malam, juga terdapat jalan ber-paviliun blok sepanjang taman ini, khusus untuk pejalan kaki. Jalanannya nyambung hingga 3 kilometer ke depan, tapi sisanya untuk kendaraan bermotor. Di dekat patung raja, terdapat Palais présidentiel, istana kepresidenan Laos. Dekat situ juga ada semacam indie night market di lapangan terbuka, di samping mall yang belum kelar dibangun, tapi udah dipakai untuk beraktivitas. Bayangin pop up market kekinian dengan lampu led digantung melintang dan bendera-bendera segitiga menghiasi langit-langit, lalu jualan baju-baju fashion indie dan makanan-makanan kekinian.


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, chao anouvong park
Di ujung pavilion block Chao Anouvong Park, ada area indie night market


Intinya, area taman ini best spot untuk hangout bagi warlok maupun turis. Apalagi sambil ngeliatin sunset. Sayangnya gw ga kebagian sunset, jadinya gw berencana besok sore bakal ke sini lagi. Saatnya balik ke penginapan dan tepar.

YES, TEPAR! Akhirnyaaa, kasur empuk 😂

Breakfast Time!

Pagi itu gw terbangun, officialy day 13! Tidur gw cukup nyeyak, mengingat seharian sebelumnya gw tidur di bus. Mungkin ngorok bahkan! Buat roommates gw, maafin yaa 😂 

Gw turun ke bawah lalu ke area makan. Di depan "chef" nya dah menunggu, di depan kompor. Gw dikasi secarik kertas yang berisi pilihan berganda; roti toast ato biasa, omlet, scrambled egg ato telor ceplok, teh ato kopi. Gw milih roti biasa pake scrambled dan kopi.


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane
Hearthy breakfast!


Lima menit kemudian, makanan datang. Alangkah mevvah sarapan hostel kali ini. Omletnya ga cuma satu telor, tapi dua. Rotinya dikasi butter, plus setengah potong tomat, plus pisang dan kopinya refill! Gokill...

Ga lama, gw ketemu lagi orang bermuka asia yang kmrn ngantri di belakang gw pas di imigrasi ke luar dari Vietnam. Ternyata kita satu hostel! Dari mukanya si, melayu gitu, kayak orang Indo. Ternyata orang Philiphine! Doi kayaknya celebgram sana deh! Lagi backpacking Asean juga. Lupa namanya euy 😅

Anyway, habis sarapan, kita misah. Gw mandi dan siap-siap. Ga lupa gw kudu extend hostel sehari, biar seharian ini puas explore. Sepatu gw yang seharian kemarin basah, akhirnya dah kering kena matahari! Fyuuuh! Now, where to?

Drive Like Vientianese 

Setelah kelar download area Vientiane untuk offline map, gw bergegas aja jalan ke arah timur menuju pusat kota. FYI, pusat kotanya area Talat Sao alias morning market. Jalan kaki aja ke sana, kira-kira 2-3 kiloan doang. Biasa, biar hemat dan sekalian lihat-lihat area sekitar.

Pagi itu suasana Ibukota Laos yang berideologi Komunis ini terasa berbeda dibanding malam sebelumnya. It was more lively! Jalanannya lebar-lebar, bersih dan ga rame. Kendaraan bermotor ga banyak. Banyakan yang sepedaan ato tuk-tukan malah. Bangunan-bangunan yang terpampang sepanjang jalan, merupakan perpaduan sub-urban eropa dengan tradisional Laos. Ditambah langit biru sebagai latar belakangnya, gw jadi suka kota ini.

Sebelum sampai di Vientiane, gw pernah baca peribahasa "drive like Vientianese". Maksudnya mereka berkendara tuh woles, ga buru-buru. Meski naik kendaraan bermotor, tapi speednya setara naik sepeda, katanya. Dan gw pun melihatnya sendiri. Emang bener! 


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane
Suasana jalanan dan bangunan di Vientiane. Bendera komunis berkibar setara dengan bendera Laos, jadi inget di Vietnam. Bangunan-bangunan di area ini banyak yang bernuansa Eropa mix dengan Laos.

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane
Banyak kuil yang bertebaran di kota ini


Beberapa kali gw lagi jalan menuju pertigaan ato perempatan. Gw masi sekitar 50 meteran lagi dari persimpangan, dan motor maupun mobil yang mau lewat malah memperlambat speed mereka, lalu berhenti sebelum persimpangan, dengan atau tanpa lampu merah. Mereka nunggu gua nyeberang! Padahal gw masi rada jauh loh! Makanya gw jadi demen ama kota ini! 

Padahal di beberapa forum maupun blog, bilang di Laos lebih bahaya untuk berkendara. Well. may be I was lucky?

Museum & Museum

Di sepanjang jalan gw lihat banyak banget Wat (kuil Buddha). Bisa dimasukin semua kayaknya. Ada satu spot yang cukup unik, di area Rue Samsenthai (nama jalan di sini make nama Rue alias Road in French, karena mereka bekas jajahan Prancis). Di roundabout kecil yang menghubungkan 3 jalananan utama ini, terdapat stupa kecil dari batu yang udah ditutupi lumut dan semak. Namanya That Dam Stupa. Yang unik, di sekeliling roundabout ini merupakan scene yang cukup hype dan ekletktik dan di tengahnya, bham! Stupa dasri batu yang udah lumutan. Unik!


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, that dham stupa
That Dam stupa, kalo liat di fotonya kirain gede banget. Ternyata kecil dan dijadiin lokasi untuk roundabout gitu. 


Dari roundabout That Dam Stupa, belok kiri sebenarnya udah bisa sampai ke Talat Sao. Tapi kalo lurus gw lihat ada beberapa museum, akhirnya gw jalan lurus dulu deh, tar belok arah lagi kan gampang. Di ujung jalan Ave Lan Xang (jalan utama yang membelah kota Vientiane), terdapat 

Palais Présidentiel, dan di sekitarnya banyak museum! Bangunan-bangunan ini yang kemaren gw lihat pas sampe di kota ini.


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane
Gw lupa ini kuil apa, tapi bagusss!!!

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane
Dan pattern yang di pake, koq jadi inget ragam hias Sumatera ya. Terus pattern prada emasnya mirip bet ama yang di Bali!


Bangunan pertama yang gw masukin adalah Ho Phra Keow Museum (ຫໍພຣະແກ້ວ) dulunya merupakan kuil Buddha. Pertama kali dibangun tahun 1565 oleh Raja Setthathirath, setelah beliau memindahkan ibukota Laos dari Luang Prabang ke Vientiane, dan telah mengalami perombakan beberapa kali. Kuil tempat sembahyang khusus untuk beliau ini (makanya ga ada asrama untuk biksu di area ini) dibangun di atas tanah area istana kerajaan untuk mendisplay patung Emerald Buddha, yang beliau bawa dari Chiang Mai. Selama 200 tahun, patung ini menetap di Vientiane hingga tahun 1779 direbut kembali oleh Jenderal Chao Phraya Chakri (pendiri Dinasti Chakri di Thailand) dan dibawa ke Thonburi. Sekarang patung Emerald Buddha berada di Wat Phra Kaew di Bangkok. Kuil Ho Phra Keow sendiri hancur oleh invasi sang Jenderal Thailand. 


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, Ho Phra Keow
Ho Phra Keow museum


Kuil ini dibangun kembali di tahun 1816 oleh Raja Anouvong, lalu hancur lagi di tahun 1828 karena sang Raja memberontak melawan Siam. Oleh kolonial Perancis dibangun lagi di tahun 1936 dan 1942, lalu di tahun 1970 offically menjadi museum. Sekarang  penampakan bangunannya beratap segitiga dan berpilar-pilar. Dengan latar merah berornamen emas di mana ornamennya emasnya lebih banyak sehingga terkesan warnanya dari emas. Terdapat tangga dengan naga di kiri-kanannya, seperti style negara tetangganya deh.


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, Ho Phra Keow
Detail ragam hias di pilar 

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, Ho Phra Keow
Di museum ini terdapat beberapa patung Buddha dari batu dari abad ke-6 dan ke-9, patung perunggu Buddha yang sedang berdiri dan duduk, pahatan kayu warna merah dengan berornamen emas, tugu dari Khmer, drum perunggu serta manuskrip Buddha. 


Beberapa gambar Buddha didisplay di area sim (area hall pentasbihan di mana seremoni keagamaan dilaksanakan, gaya khas Thailand). Bangunannya sendiri berada di tengah taman dengan beberapa patung yang nampak ga satu tema dengan area sekitarnya yang Laos-ish dan Buddhist-ish.


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, Ho Phra Keow
Asri banget tamannya!

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, Ho Phra Keow
Ini Presidential Palace, lokasinya berdampingan dengan Ho Phra Keow

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, Ho Phra Keow
Nah kalo ini, ada beberapa patung perunggu seperti ini di taman Ho Phra Keow, nampak ga nyambung si. 


Museum selanjutnya, lokasinya cuma berseberangan dengan Ho Phra Keow, namanya Wat Si Saket. And you guessed it, kuil Buddha juga. Cuma bedanya, di sini ada asrama biksunya. Yang ikonik di kuil ini adalah patung seribu Buddha. Tapi jangan bayangin patung Buddhanya gede-gede yaa, kecil cuy, paling segede kepalan tangan. 


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, wat si saket
Wat Siskaee Si Saket

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, wat si saket
Di entrance museum, ada tablet bertuliskan aksara Laos Kuno. Kalau diperhatiin, mirip aksara Jawa/Bali ya?

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, wat si saket
Wat Si Saket terkenal dengan patung 1000 buddhanya. Nah, inilah patungnya. Sedikit unexpected si, kirain bakal massive patung-patungnya, ternyata mini semua! Di dalam coakan berbentuk setrika itu ada banyak miniatur Buddha sedang bersemedi, yang katanya jumlahnya 1000. 


Wat Si Saket di bangun tahun 1818 oleh Raja Anouvong dengan gaya Siam. Makanya ketika sang raja memberontak, kuil ini ga dihancurin oleh pasukan Siam. Bahkan dijadikan markas oleh tentara Thailand. Selain kuil ini, semua bangunan di kota ini dibakar dan dijarah. Sehingga menjadikan kuil ini sebagai kuil tertua di Laos yang masih bertahan. Tahun 1924 dan 1930, kolonial Prancis merestorasi kuil ini dan membantu Laos mengembalikan barang-barang yang dijarah. 


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, wat si saket
Di dalam Wat Si Saket. Di bangunan inilah terdapat patung 1000 Buddha tadi, didisplay di sepanjang lorong ini. 

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, wat si saket
Main hall Wat Si Saket


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, wat si saket
Di belakang area utama kuil, terdapat bangunan residensial. Kayaknya dipake oleh warlok dan biksunya deh buat tinggal di sini,


Bosen keliling museum, gw lanjut jalan ke arah Talat Sao alias Morning Market. Jaraknya cuma beda 1 blok dari Wat Si Saket, bisa lewat Lan Xang Avenue (jalan utama) atau lewat belakang. Gw cobain aja lewat belakang.

Mendekati Talat Sao nya, udah banyak keliatan bus-bus antar kota yang markir di sekitar situ. Juga tuk-tuk dan songteaw yang siaga menunggu calon penumpang. Sampai di terminal yang punya banyak nama ; Central Bus Station (CBS), Khua Din Bus Station, TBS Bus Station, Talat Sao Bus station; ternyata areanya kecil banget, dan cuma ada satu bangunan kotak sekitar 3x4 meter buat loket karcis dan area menunggu.   Gw sengaja lewat sini untuk riset kecil-kecilan gimana cara ke Thailand nanti kalau pake bus. Gw bakal ceritain ini di hari berikutnya, sekalian Morning marketnya nya juga.

Setelah ngumpulin informasi yang gw butuhin, next-nya ke mana yaa. 

PATUXAY MONUMENT

Di "dekat" Talat Sao gw lihat di map ada semacam monument berdiri di tengah jalan. Sekitar satu kiloan lah, jalan kaki juga paling 15 menitan. Yawes, jalan lah gw mengarah ke sana, melalui Lan Xang Avenue, jalan gedenya. Meski panas dah mulai menyengat dan di sepanjang jalanan ini meski banyak pohon tp karena mataharinya tepat di atas kepala jadi percuma juga buat nyari tempat neduh, gw jalan aja cepat-cepat ke sana. Dan semua kepanasan ini terobati dengan view yang...

Antara amazing dan familiar. Sebuah monument setinggi 7 lantai yang berdiri tegak membagi jalan Lane Xang Ave menjadi dua. Terasa familiar, karena... Nanti deh baca di artikel ini aja. Fotonya banyak soalnya, dan ini salah satu spot fave gw di kota ini. 

TEXAS CHICKEN

Wait... Whaat? Sebelumnya gw pikir texas chicken tuh cuma ada di Indo sebagai KW-nya KFC, ternyata brand internasional juga (aslinya bernama church's chicken asli Amrik sana) dan gw udah pernah liat di Malaysia dan Kamboja. Tapi seperti franchise internasional lainnya, biasanya mereka memasukkan unsur lokal ke dalam menunya, jadi gw penasaran. 


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, texas chicken
Paket senilai KIP 39k, isinya dapat Ayam bakar khas Laos, roti puff dan selainya serta mashed potatoe lengkap dengan gravy-nya, plus minuman dingin!


Sebenarnya gw nemu Texas chicken ini ga sengaja. Setelah puas keliling Patuxay -yang sebenarnya mah ga puas, tapi demi menghemat waktu, kudu lanjut-, nah gw jalan ke destinasi selanjutnya. Lihat di peta, yang terdekat adalah Pha That Luang, sekitar 2,5 kilo lah dari Patuxai. Jalanannya pun cuma lurus-lurus aja ngikutin Rue 23 Singha, dari Patuxai ngambil cabang paling kanan di antara 3 cabang jalan. 

Di sepanjang jalan ini, meskipun bukan jalanan utama, tapi jalanannya tetap lebar dan bersih, dengan bangunan megah pada jamannya berdiri berdampingan dengan bangunan modern era 2000an awal. Sesekali nampak ada warung makanan menjajakan sandwich versi Laos bernama Khao Jee (Banh Mi di Vietnam dan Num Phang di Kamboja). 

Begitu hampir sampai di Pha That Luang, ada taman kota di sudut jalan bernama Nong Sa Phang Lenh Park. Tamannya cukup rindang dengan kolam di tengah dan taman bermain serta kursi taman di beberapa sudut. Nah di ujung taman ini, sebelum nyeberang ke area Pha That Luang yang luas itu, berdirilah si Texas Chicken ini. Karena penasaran dan perut dah lapar, jadilah gw masuk. 


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, Nong sa Phang Lenh Park
Nong Sa Phang Lenh Park, asri banget yak. Kalo gw punya banyak waktu pengen deh bengong aja di sini


Ternyata dugaan gw bener; mereka punya menu lokal. Di Laos, meskipun bangunan era kolonial jarang terlihat, bahkan aura bekas koloni Perancis udah ga kerasa di sini, tapi bukti bahwa area ini pernah terjajah oleh Perancis masih terasa. Dari makanannya. Selain Khao Jee alias sandwich dengan roti baguette yang keras itu, mereka mengkonsumsi juga mashed potato dan roti sebagai sumber karbohidrat! Kerasa banget dari menu Texas Chicennya!

Pha That Luang

Nah, kelar makan lanjut nyeberang ke area Pha That Luang. Areanya kalau dilihat di peta, luas banget. Ada semacam alun-alun, taman, wat dan museum di area ini. Setelah berjalan sekitar 5 menit, pertama kita disapa oleh patung King Setthathirath, raja Lan Xang (Laos saat itu) yang memerintah di tahun 1546-1551. 


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Pha That Luang
Memasuki area Pha That Luang, luas bangeeet! 


Beliau adalah salah satu Great King of Laos, terkenal dengan jasanya mempertahankan kerajaan Lan Xang dari invasi Burma dan Bayyinnaung (dua-duanya Myanmar saat ini) yang saat itu telah berhasil menguasai Xieng Mai (Chiang Mai) dan Ayyutthaya. Pha That Luang dibangun berdasarkan perintah beliau. 



ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Pha That Luang, king settathirath statue
Pertama yang menyapa pengunjung adalah patung King Setthathirath, salah satu Great King of Laos


Di belakang patung beliau, berdiri megah Pha That Luang (the Great Stupa) dengan satu stupa gede menjulang, dan dikelilingi oleh 30 stupa kecil. Stupa-stupa tadi berdiri di atas base berbentuk persegi dengan panjang 69 meter dan tinggi 45 meter. Dengan stupa paling gede, ditotal tingginya sekitar 85 meter, semua berwarna emas. Katanya bagian teratas dilapisi emas asli sedangkan sisanya cuma cat. Tapi rumor mengatakan di atas stupanya paling gedenya terdapat berlian. 


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Pha That Luang
Di belakang patung tadi, adalah main attraction area ini, dengan nama yang sama: Pha That Luang. Monumen ini diabadikan dalam (hampir) tiap pecahan KIP Laos. Ga semegah Swhedagon Pagoda di Yangon, kuil ini lebih kecil dan minimalis. 


Aslinya merupakan kuil hindhu di abad 1M, lalu menjadi kuil Buddha ala Khmer (Kamboja) di abad ke-13 yang kemudian menjadi reruntuhan, dibangun lagi di abad 16 oleh King Setthathirath. Setelahnya, kuil ini mengalami berbagai kehancuran yang disebabkan oleh invasi Burma, Siam dan China, serta perang Franco-Thai. Setelah perang dunia ke dua, akhirnya direkonstruksi ulang sesuai dengan illustrasi aslinya oleh koloni Perancis. Stylenya si, kalau dibandingin dengan negara tetangga lebih minimalis. 

Sekarang Stupa ini menjadi ikon kota Vientane dan simbol negara Laos, bahkan gambarnya mengisi hampir setiap lembaran Kip (mata uang Laos).

Wat That Luang Tai & Wat That Luang Neua

Di sekeliling area stupa Pha That Luang terdapat beberapa kuil Buddha yang tak kalah megah, beserta beberapa bangunan yang mukin menjadi asrama biksu, atau warlok sekaligus pengurus. Salah satu yang oke adalah Wat That Luang Thai, di sebelah selatan Pha That Luang yang mana terdapat patung Buddha tidur dari emas. Sedangkan di utara, terdapat Wat That Luang Neua dengan dua patung Buddha bersarung emas berdiri di sisi kiri-kanan kuil utama. Kuil utamanya sendiri mempunyai atap 3 lapis. 


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Pha That Luang, wa that luang thai
Di belakang Pha That Luang, terdapat Wat That Luang Thai yang terkenal dengan patung Reclining Buddha-nya

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Pha That Luang, wa that luang thai, reclining buddha
Reclining Buddha di Wat That Luang Thai

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Pha That Luang, wa that luang neua
Wat That Luang Neua

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Pha That Luang
Di belakang Wat That Luang Neua terdapat beberapa patung Buddha bersemedi di bawah pohon rindang ini

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Pha That Luang, ຫໍທັມມະສະພາ
Keteranganya tertulis ຫໍທັມມະສະພາ yang gw ga bisa baca, tapi kira-kira semacam Organisasi Buddha se-Laos

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Pha That Luang
Di sekitaran area Pha That Luang, ga melulu kuil, tapi banyak juga pemukiman warga. Malah toko-toko suvenir jarang gw lihat di sini, juga di museum-museum sebelumnya. Paling di dalam Patuxai doang yang ada area khusus suvenir.


Sunset At Mekong River

Kelar keliling-keliling, ga kerasa dah sore. Niat hari kemaren yang ga kesampean buat liat sunset di sungai mekong karena tibanya kemaleman, kudu dieksekusi hari ini. Jadinya gw jalan menelusuri Lan Xang Avenue lagi, melewati Patuxai Monument dan foto-foto ketika golden hour, serta Talat Sao. 


ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, chao anouvong park
Sunset di Chao Anouvong Park. Di salah satu plazanya, banyak warlok lagi SKJ. Di area2 yang sepi, nampak pasangan muda-mudi sedang enjoy lihat sunset. 

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, chao anouvong park
Bagian lain dari Chao Anouvong Park. Ada beberapa 'Hut' untuk penjual, tapi kayaknya udah ga dipake. PK5 nya pada pindah di dalam area taman buat jualan. 

ASEAN, Asia, Backpacking murah, Border, Budget Travelling, Flashpacking, Indochina, Laos, Monument, Museum, Patuxai, Vientiane, chao anouvong park
Oiya, ini kan udah mekong river loh. Tadi malam ga bisa foto, gelap doang, maklum hapenya jadul. Di foto, sungai ini nampak ga lebar, tapi aslinya mah lebar bet. Bangunan-bangunan di ujung seberang sana udah Thailand loh! Kota Nong Khai, destinasi gw selanjutnya!


Setelah 4 kilometer berikutnya, akhirnya gw sampai lagi di Chao Anouvong Park. Nampak vendor-vendor pasar malam sedang unloading dan siap-siap mendisplay barang-barangnya. Sementara di area promenade, dipenuhi dengan orang-orang berbagai usia, sedang duduk-duduk di pinggiran sungai. Banyak juga yang lagi senam SKJ di sana. 

Well, that was my day. A loong day, but fun! Next?

Crossing the Laos-Thai land border!

--- つづく

Damage Cost

Hostel KIP 40.000 (extend sehari)
Noodle & Drink KIP 30.000 + KIP 5.000
Ho Phra Kew KIP 10.000
Wat Si Saket KIP 10.000
Patuxai KIP 3.000 (harga saat itu, sekarang udah KIP 5.000)
Texas Chicken KIP 39.000
Nasgor & Drink KIP 15.000 + KIP 7.500

TOTAL (rate saat itu) IDR 255.200

TIPS
Museums

That Dam Stupa
Ticket FREE
Visiting Time 24 hours

Ho Phra Kew
Ticket KIP 10.000
Visiting Time 8am - 5pm

Wat Si Saket
Ticket KIP 10.000 
Visiting Time 8am - 5pm

Patuxai Monument
Ticket KIP 5.000
Visiting Time 8am - 4pm (to get inside the building), park area is 24 hours

Pha That Luang
Ticket KIP 10.000 (to enter 1st gate), but from outside is free
Visiting Time 8am - 4pm

Wat That Luang Tai & Wat That Luang Nuea
Ticket FREE
Visiting Time  8am - 4pm 

For more information about travelling and getting around in Vientiane; check here.

Comments

Popular posts from this blog

Dummy Booking For Flight Ticket

Singapore - Johor Bahru - Kuala Lumpur Lewat Jalur Darat

Kereta Jakarta - Bandung hanya 14 Ribu, Backpacking Style!

Jepang, 9 Hari, 9 Kota, 8 Juta Rupiah (Prolog)

Menyusun Itinerary Perjalanan & Budgeting dengan Google Maps