Day 14; Nong Khai; Border City of Laos & Thailand
Ga lama setelah melewati jembatan persahabatan bilateral Laos-Thailand, bus gw akhirnya memasuki area terminal Nong Khai. Begitu turun dari bus, aura-aura Thailand langsung terasa.
-----Artikel ini merupakan rangkaian perjalanan solo backpacking gua keliling ASEAN selama kurang lebih sebulan. Prologue-nya udah gua tulis di sini, kenapa gua melakukan solo travelling seperti ini. Day 1, Day 2 di Melaka, Day 3 di Phnom Penh, Day 4 perjalanan ke Siem Reap, Day 5 keliling Angkor Wat, Day 6 Killing Field Siem Reap, Day 7 nyeberang perbatasan Kamboja-Vietnam lewat darat. Day 8 keliling Saigon dan masuk ke War Remnant Museum, Day 9 main ke Vietnam Traditional Medicine Museum and then Stranded at Old Quarter Hanoi in the middle of the night. That night, enjoyed Hanoi Old Quarter, Car Free Day & Weekend Market. Day 11 gw kejebak hujan, tapi akhirnya enjoy egg coffee dan kenalan dengan cewe lokal. Day 12 perjalanan hampir seharian menyeberang perbatasan Vietnam - Laos dengan bus! Day 13 di Vientiane, day 14 nyeberang dari Laos ke Thailand
And this is my next story, still in DAY 14, exploring Nongkhai, Thailand...
-----
-----
Setelah menyeberangi sungai mekong sekalian melewati perbatasan Thanaleng, begitu turun dari bus, driver Tuk-tuk khas Thailand langsung mengeroyok penumpang. Gw diem-diem aja lah, biar ga disangka turis. Setelah melipir dari kerumunan driver tuk-tuk, gw ngecek map offline yang udah gw siapin sebelumnya. Jarak dari Nong Khai Bus Terminal ke penginapan gw sekitar 1,6 kilo. Makanya gw memutuskan untuk jalan kaki aja, hemat cuy, hemaat!
Sepanjang jalan terasa panas terik, sesekali ada pohon dan tiang listrik beserta kabel-kabel yang semrawut. Gw juga melewati beberapa kuil dengan gerbangnya yang khas. Area terminal tadi kayaknya semacam pusat kotanya, soalnya kiri-kanan jalan banyak toko-toko kelontong, sate-satean yang di-grilled, juga 7-11 maupun Circle K. Begitu menjauh dikit dari area terminal, udah jarang toko-toko yang terlihat. Adanya pemukiman, rumah sakit maupun sekolah. Sebagai kota perbatasan, lumayan sepi sih kota ini.
Jadi, kota Nong Khai ini merupakan ibu kota provinsi Nong Khai. Bagian utara provinsi Nong Khai ini merupakan jalur sungai Mekong dan berbatasan langsung dengan kota Vientiane, Laos. Buat pindah negara, cuma berjarak 25 kilometer loh! Jauhan ke Bangkok, sekitar 626 km.
Kota ini terkenal sebagai kota Naga, bahkan ada taman dengan patung-patung naga terkenal di sini, bernama Sala Kaew Ku. Satu hal yang menarik yang gw baca di Internet, kota ini terkenal denga penampakan bola apinya! Kalo di Indo mungkin semacam Banaspati ato Leak kali ya, tapi di sini bayangin naga ala China di mana kakinya megang bola berapi. Orang-orang lokal mikir itu bola api yang keluar dari sungai Mekong. Lokal Thailand pada ke kota ini sekitaran bulan Oktober di mana kejadian bola api ini muncul lebih sering. Damn, I was there on September!
Nongkhai umumnya dihuni oleh suku Isaan, sebuah tribe yang mendominasi area utara Thailand dan Laos yang terkenal dengan keramahan dan kebaikan orang-orangnya. Orang-orang Nong Khai berbicara dengan bahasa Thailand namun dengan aksen Isaan. Apa bedanya dari segi visual? Entah, menurut gw yang orang awam ga bisa bedain, hehee.
Mut Mee Garden Guesthouse
Di ujung jalan sana, akhirnya sampai lah gw di penginapan! Gw kebayangnya ada satu gedung di sini, taunya salah. Ada sekitar 4 bangunan kecil masing-masing setinggi 2 lantai dan satu bangunan satu lantai untuk area resepsionis sekaligus dapur restoran. Di depan restorannya ada semacam saung dengan atap jerami berlantai keramik dan meja serta kursi dari kayu jati yang cukup untuk menampung 20 orang. Saung ini menghadap langsung ke Sungai Mekong. Di antara bangunan dan saung merupakan jalanan setapak dari batu kali. Dan di antara jalanan setapak tumbuh rerumputan hijau yang nampak terawat. Beberapa hammock disediakan pengelola untuk bersantai. Jalan setapak tadi nyambung ke area pedestrian sungai Mekong. Makanya gw pilih penginapannya di sini.
Gw langsung check-in dan di arahin ke bangunan kecil di ujung. Kayaknya ini kamar paling murahnya deh, soalnya cuma 1 tingkat, hehee. Di dalam bangunan ini terdapat 3 kamar dengan shared bathroom. Gw dapat kamar yang menghadap ke taman. Kamarnya kurang lebih 3x3 meter, cukup spacious, dengan kasur single dan satu bantal. Karena kamar termurah, gw ga dapat AC, cuma kipas angin. Tapi ruangan ini dah cukup adem si. Dan pencahayaan alami dalam ruangannya juga oke banget.
Seprai nya jg udah gw obok-obok bwt mastiin ga ada kutu. Aman! Shared bathroomnya juga adem dan bersih, dengan batu-batu alam sebagai dindingnya, serta pot air dari batu kali membuat aernya adem beut!
Oke, ngaso heula guys! Keringetan gw!
-----
NongKhai Train Station
Next. Gw kudu beli tiket kereta ke Bangkok buat besok. Setelah itu, baru deh jalan-jalan keliling kota! Setelah seger mandi, ganti baju, gw lanjut jalan! Gw liat di peta, jarak antara guesthouse gw dengan stasiun cuma 3,2 kilo. Yawes, jalan ajalah guwee...
Gw jalan melewati jalanan utama, bukan menyusuri sungai. Nah, di sepanjang jalan tuh yang gw lihat.... KAGAK ADA APA-APA CUYYY! Gilak, kota ini beneran terasa sebagai kota perbatasan ni. Cuma ada jalanan yang lebar, lahan kosong dengan sesekali pohon rindang, kabel-kabel listrik bergelantungan, ruko-ruko berjejer. Well, mungkin area sini aja kali ya yang kaga ada apa-apanya. We'll see.
Setelah perjalanan sekitar 40 menitan sembari 'menikmati' pemandangan yang ga ada apa-apanya plus sengatan matahari, akhirnya gw melihat ada rel kereta. Mulai memasuki area stasiun, tapi gedung stasiunnya masih setengah kilo lagi masuk!
Sampai di depan gedung stasiun, gw lihat cuma ada satu-dua tuk-tuk yang nongkrong. Madesu amat nih stasiun. Gedungnya sendiri masih nampak baru, dan ga bergaya Thailand sama sekali. Biasanya kan atap gedungnya dihias gimanaa gitu. Ini mah minimalis. Sampai di dalam, waiting area-nya nampak adem karena cuma pilar-pilar tanpa dinding dengan lantai marmer dan kursi kayu yang memanjang. Cuma ada beberapa kipas angin tanpa AC di sini. Beberapa orang nampak menunggu, termasuk anjing liar yang ikutan nangkring di dalam sini.
Gw lihat area pemesanan tiket, cuma ada dua loket dan ga ada yang antri. Dua-duanya bisa buat advance booking maupun on-spot booking. Gw cek jadwal kereta dan harganya yang terpampang di depan loket. Asik, ni, mengurangi potensi calo liar (emang ada calo ga liar yak 😅) langsung mesen dong tiket ke Bangkok buat besok. Ternyata bisa beli on-line dong! Tapi harganya lebih mahal 200-300 Baht! Untuung beli langsung. TAPIIII...
Buat beli tiket kereta antar kota di Thailand, kudu siapin ID ato Passport! GW GA BAWA PASSPORT GUWAAAA 😱😱😱
ama si bapak-bapak petugasnya cuma bisa senyum doang ga bisa bantuin apa-apa. Well, rules are rules.
Terpaksa gw lari balik ke guesthouse.
Skip forward 40 menit kemudian. Gilak, tadi pas ke sini makan waktu 40 menitan, sekarang bolak-balik 40 menitan juga. Ngebut coooy!
Dengan keringat bercucuran dan handuk di leher, gw samperin lagi si bapak-bapak tadi. Petugasnya cuma ketawa terus langsung ngecek passport gw, dan print tiket gw. Biasa, gw belinya tiket termurah buat besok pagi jam 7, di gerbong tanpa AC, untuk perjalanan sekitar 10 jam. Bisa laaah 😤 Next nya ga ada rencana yang fix selama di kota ini. Toh, gw cek di peta juga ga ada tourist attraction deket-deket sini (saat itu ya, kalo sekarang gw cek lagi di internet, dah banyak! Bahkan stasiunnya pun dah rame!).
Gw cuma penasaran dengan area sungai mekong dari area sini. Di dekat sungai ada taman kota, dan beberapa pond atau danau kecil-kecilan nyebar di dekatnya. Gw cek aja satu-satu. Gada kerjaan. Emang!
Nong Thin Public Park
Menuju taman deket sungai tadi, view nya sedikit berbeda. Jalanannya ga begitu lebar, dan tanah di kiri-kanan jalan yang tadinya kebanyakan tanah merah, area sini dipenuhi rumput dan semak-semak. Pantesan aja, soalnya banyak danau kecil-kecilan di area sini, mungkin karena dekat bantaran sungai, dulunya area sini rawa-rawa kali yaa. Bahkan di ada beberapa perkebunan tanaman hias yang gw lewatin.
Sampai di taman yang gw tuju, ditandai dengan semacam monumen dengan jam di atasnya. Style-nya sih ga Thailand banget ya. Tapi yang jelas, taman bernama Nong Thin Public Park ini adem banget! Rumput hijau dan pohon rindang di mana-mana, terdiri dari dua danau utama dan satu pulau di tengah danau tadi. Jalanan setapak dan jembatan untuk nyeberang ke pulaunya juga disediain. Jalur sepeda juga ada! Di salah satu sudutnya bahkan ada open gym!
Di tiap ujung taman ini ada dua Wat yang lumayan megah, asri dan terawat mengingat kota ini ga banyak pelancongnya loh (emang bukan musimnya si).
Kelar ngelilingin taman, gw jalan menuju pedestrian di sisi sungai Mekong. Pedestrian yang juga disediain jalur sepedanya ini berbeda banget dengan negara tetangganya. Di toko sebelah, pedestriannya sangat megah, hingga cukup buat 4 mobil, dan dengan taman yang massive. Di sini, jalur pedestrian plus jalur sepeda yang cuma cukup 1 mobil. Di sebelah, tiap malam warlok nongkrong, rame banget dengan pasar malamnya. Di sini, kaga ada tempat nongkrong kecuali bar/restoran kecil. Plus di antara pedestrian dan sungai dibatasi dengan handrail yang terbuat dari konkret.
Jujur sih, gw rada kecewa. Soalnya di Vientiane bikin hype untuk public areanya, pas masuk sini b aja. Kebanyakan buat private area karena perumahan/bar/warung yang langsung berhadapan dengan sungai. Oh, well... Sunset pun berlalu... Begitu aja 😅
Sembari berjalan menelusuri sungai, gw pun sampai di penginapan gw. Area pedestrian-nya kan nyambung ke area belakang guesthouse gw. Rata-rata bangunan yang menghadap sungai di sini tuh nyambung ke pedestrian areanya.
Malam pun tiba. Gw lagi ngaso dalam kamar, tiba-tiba... HUJAN! Pakai badai segala! Aseek, adem.
DAN TIBA-TIBA LAGI.
BLACKOUT!
Damn! Gw buka jendela, dan ngintip ke luar, seluruh area sini emang mati lampu! Akhirnya di tengah hujan, gw keluar menuju area saung di depan resto guesthouse gw. Tamu-tamu yang lain juga pada keluar dan ngaso di area sini. Akhirnya gw ngobrol-ngobrol aja ma mereka. Nothing special si, basa basi aja gw yang penting ga bengong sendirian di tengah badai dan mati lampu ini. Nampak di seberang sungai lampu-lampu dari negara seberang nampak riah. Meanwhile di sini kami madesu.
Yah, namanya juga exploring. Ga selamanya menemukan glory for the eyes or for the soul. Kadang diselingi kejadian seperti ini. Sekitar jam 10 malam, lampu akhirnya nyala! Yatta! Tapi masih hujan. Tamu-tamu yang lain mulai masuk ke kamarnya masing-masing. Gw pun masuk ke kamar gw. Oiya, hingga malam itu, gw doang yang mengisi bangunan di sudut situ. Kamar sebelah masih kosong. Rada serem juga si, soalnya pas malamnya, meski dengan lampu nyala, cahayanya temaram.
Untung gada kejadian apa-apa. Hehee...
Gw bobok deh dengan lelapnya.
-----
Subuh itu gw terbangun, sekitar jam 5 pagi. Hujan sudah reda. Kereta gw berangkat jam 7 pagi, jadi maximal jam 6 kudu berangkat. Setelah mandi dengan air dingin alami, gw pun melek dan siap melanjutkan hari. Kunci kamar gw dan handuk taroh di depan area resepsionis yang masih tutup. Gw udah minta ijin ke resepsionisnya semalam kalau mau check-out pagi-pagi, dan kata mereka taroh aja di situ.
Gw pun berjalan ke arah stasiun, tapi kali ini melalui jalur pedestrian. Melihat sungai mekong yang tenang dengan latar langit yang masih kebiruan gelap karena matahari masih mager di ujung sana. Di sepanjang jalan pun, masih belum ada aktivitas. Kotanya masih ngantuk.
Akhirnya sampai lah gw di stasiun. Begitu doang pengalaman gw di NongKhai ini. Berkesan? Karena ga berkesan banget, jadinya gw penasaran dengan kota ini. Someday bakal balik lagi ke sini dengan persiapan dan riset yang lebih matang biar bisa fully enjoy this city!
Kurang lebih 15 menit lagi gw berangkat menuju bangkok. What would happen? What would I see or experience? Que sera-sera.
NEXT. 10+ jam perjalanan menuju bangkok dengan kereta.
Sepanjang jalan terasa panas terik, sesekali ada pohon dan tiang listrik beserta kabel-kabel yang semrawut. Gw juga melewati beberapa kuil dengan gerbangnya yang khas. Area terminal tadi kayaknya semacam pusat kotanya, soalnya kiri-kanan jalan banyak toko-toko kelontong, sate-satean yang di-grilled, juga 7-11 maupun Circle K. Begitu menjauh dikit dari area terminal, udah jarang toko-toko yang terlihat. Adanya pemukiman, rumah sakit maupun sekolah. Sebagai kota perbatasan, lumayan sepi sih kota ini.
Jadi, kota Nong Khai ini merupakan ibu kota provinsi Nong Khai. Bagian utara provinsi Nong Khai ini merupakan jalur sungai Mekong dan berbatasan langsung dengan kota Vientiane, Laos. Buat pindah negara, cuma berjarak 25 kilometer loh! Jauhan ke Bangkok, sekitar 626 km.
Kota ini terkenal sebagai kota Naga, bahkan ada taman dengan patung-patung naga terkenal di sini, bernama Sala Kaew Ku. Satu hal yang menarik yang gw baca di Internet, kota ini terkenal denga penampakan bola apinya! Kalo di Indo mungkin semacam Banaspati ato Leak kali ya, tapi di sini bayangin naga ala China di mana kakinya megang bola berapi. Orang-orang lokal mikir itu bola api yang keluar dari sungai Mekong. Lokal Thailand pada ke kota ini sekitaran bulan Oktober di mana kejadian bola api ini muncul lebih sering. Damn, I was there on September!
Nongkhai umumnya dihuni oleh suku Isaan, sebuah tribe yang mendominasi area utara Thailand dan Laos yang terkenal dengan keramahan dan kebaikan orang-orangnya. Orang-orang Nong Khai berbicara dengan bahasa Thailand namun dengan aksen Isaan. Apa bedanya dari segi visual? Entah, menurut gw yang orang awam ga bisa bedain, hehee.
Mut Mee Garden Guesthouse
Overview
Lokasi............. 7 (jauh dari keramaian, dekat pinggir sungai)
Kenyamanan.. 7 (Cottagenya terbilang tua)
Kebersihan..... 8
Security ......... 5 (ga ada loker dan cuma kunci+gembok biasa untuk pintu kamar)
Security ......... 5 (ga ada loker dan cuma kunci+gembok biasa untuk pintu kamar)
Internet .......... 8 (kenceng)
Fasilitas ......... 5
Service .......... 8
Price .............. 6 (cukup mahal untuk ukuran Thailand)
MutMee Garden Guesthouse
Setelah berjalan sekitar 20 menit, akhirnya gw mendekati area Guest House gw. Namanya Mut Mee Garden Guesthouse, lokasinya terletak di pinggir sungai Mekong, makanya gw pilih di sini, meski sedikit mahal. Tapi dari jalan gedenya, lokasinya dy berada di semacam gang kecil yang lebarnya ngepas banget untuk satu mobil doang. Tapi gangnya ini asri banget, jalanannya telah dibeton, kiri-kanannya merupakan rumah-rumah lokal dengan tanaman hijau yang membuat gang ini sangat sejuk dan nyaman. Ga kayak masuk gang preman deh.
MutMee Garden Guesthouse
Setelah berjalan sekitar 20 menit, akhirnya gw mendekati area Guest House gw. Namanya Mut Mee Garden Guesthouse, lokasinya terletak di pinggir sungai Mekong, makanya gw pilih di sini, meski sedikit mahal. Tapi dari jalan gedenya, lokasinya dy berada di semacam gang kecil yang lebarnya ngepas banget untuk satu mobil doang. Tapi gangnya ini asri banget, jalanannya telah dibeton, kiri-kanannya merupakan rumah-rumah lokal dengan tanaman hijau yang membuat gang ini sangat sejuk dan nyaman. Ga kayak masuk gang preman deh.
Di ujung jalan sana, akhirnya sampai lah gw di penginapan! Gw kebayangnya ada satu gedung di sini, taunya salah. Ada sekitar 4 bangunan kecil masing-masing setinggi 2 lantai dan satu bangunan satu lantai untuk area resepsionis sekaligus dapur restoran. Di depan restorannya ada semacam saung dengan atap jerami berlantai keramik dan meja serta kursi dari kayu jati yang cukup untuk menampung 20 orang. Saung ini menghadap langsung ke Sungai Mekong. Di antara bangunan dan saung merupakan jalanan setapak dari batu kali. Dan di antara jalanan setapak tumbuh rerumputan hijau yang nampak terawat. Beberapa hammock disediakan pengelola untuk bersantai. Jalan setapak tadi nyambung ke area pedestrian sungai Mekong. Makanya gw pilih penginapannya di sini.
(atas) Suasana lorong menuju Guesthouse, meski sempit, pas-pasan buat 1 mobil, tapi asri banget (bawah) suasana kamar gw, cukup terang dan spacious! |
Gw langsung check-in dan di arahin ke bangunan kecil di ujung. Kayaknya ini kamar paling murahnya deh, soalnya cuma 1 tingkat, hehee. Di dalam bangunan ini terdapat 3 kamar dengan shared bathroom. Gw dapat kamar yang menghadap ke taman. Kamarnya kurang lebih 3x3 meter, cukup spacious, dengan kasur single dan satu bantal. Karena kamar termurah, gw ga dapat AC, cuma kipas angin. Tapi ruangan ini dah cukup adem si. Dan pencahayaan alami dalam ruangannya juga oke banget.
Seprai nya jg udah gw obok-obok bwt mastiin ga ada kutu. Aman! Shared bathroomnya juga adem dan bersih, dengan batu-batu alam sebagai dindingnya, serta pot air dari batu kali membuat aernya adem beut!
Oke, ngaso heula guys! Keringetan gw!
-----
NongKhai Train Station
Next. Gw kudu beli tiket kereta ke Bangkok buat besok. Setelah itu, baru deh jalan-jalan keliling kota! Setelah seger mandi, ganti baju, gw lanjut jalan! Gw liat di peta, jarak antara guesthouse gw dengan stasiun cuma 3,2 kilo. Yawes, jalan ajalah guwee...
Gw jalan melewati jalanan utama, bukan menyusuri sungai. Nah, di sepanjang jalan tuh yang gw lihat.... KAGAK ADA APA-APA CUYYY! Gilak, kota ini beneran terasa sebagai kota perbatasan ni. Cuma ada jalanan yang lebar, lahan kosong dengan sesekali pohon rindang, kabel-kabel listrik bergelantungan, ruko-ruko berjejer. Well, mungkin area sini aja kali ya yang kaga ada apa-apanya. We'll see.
Pemandangan sepanjang jalan; sesekali ada bangunan berbentuk kuil, kebanyakan berupa jalanan lebar dengan tanah merah di pinggir jalan, serta ruko-ruko |
Mendekati stasiun, sudah terlihat jalur kereta, pohon-pohon mulai rindang. P.S. Kalo lihat di Gugelmap sekarang, area sini udah mulai rame ama pedagang |
Setelah perjalanan sekitar 40 menitan sembari 'menikmati' pemandangan yang ga ada apa-apanya plus sengatan matahari, akhirnya gw melihat ada rel kereta. Mulai memasuki area stasiun, tapi gedung stasiunnya masih setengah kilo lagi masuk!
Sampai di depan gedung stasiun, gw lihat cuma ada satu-dua tuk-tuk yang nongkrong. Madesu amat nih stasiun. Gedungnya sendiri masih nampak baru, dan ga bergaya Thailand sama sekali. Biasanya kan atap gedungnya dihias gimanaa gitu. Ini mah minimalis. Sampai di dalam, waiting area-nya nampak adem karena cuma pilar-pilar tanpa dinding dengan lantai marmer dan kursi kayu yang memanjang. Cuma ada beberapa kipas angin tanpa AC di sini. Beberapa orang nampak menunggu, termasuk anjing liar yang ikutan nangkring di dalam sini.
Bilik imigrasi di Stasiun Nong Khai. Kalau dari/ke Vientiane via kereta, kudu melalui imigrasi di sini. |
Gw lihat area pemesanan tiket, cuma ada dua loket dan ga ada yang antri. Dua-duanya bisa buat advance booking maupun on-spot booking. Gw cek jadwal kereta dan harganya yang terpampang di depan loket. Asik, ni, mengurangi potensi calo liar (emang ada calo ga liar yak 😅) langsung mesen dong tiket ke Bangkok buat besok. Ternyata bisa beli on-line dong! Tapi harganya lebih mahal 200-300 Baht! Untuung beli langsung. TAPIIII...
(atas) Jadwal kereta Internasional ke Vientiane, Laos (bawah) Jadwal kereta dan harganya ke Bangkok |
Buat beli tiket kereta antar kota di Thailand, kudu siapin ID ato Passport! GW GA BAWA PASSPORT GUWAAAA 😱😱😱
ama si bapak-bapak petugasnya cuma bisa senyum doang ga bisa bantuin apa-apa. Well, rules are rules.
Terpaksa gw lari balik ke guesthouse.
Skip forward 40 menit kemudian. Gilak, tadi pas ke sini makan waktu 40 menitan, sekarang bolak-balik 40 menitan juga. Ngebut coooy!
Dengan keringat bercucuran dan handuk di leher, gw samperin lagi si bapak-bapak tadi. Petugasnya cuma ketawa terus langsung ngecek passport gw, dan print tiket gw. Biasa, gw belinya tiket termurah buat besok pagi jam 7, di gerbong tanpa AC, untuk perjalanan sekitar 10 jam. Bisa laaah 😤 Next nya ga ada rencana yang fix selama di kota ini. Toh, gw cek di peta juga ga ada tourist attraction deket-deket sini (saat itu ya, kalo sekarang gw cek lagi di internet, dah banyak! Bahkan stasiunnya pun dah rame!).
Gw cuma penasaran dengan area sungai mekong dari area sini. Di dekat sungai ada taman kota, dan beberapa pond atau danau kecil-kecilan nyebar di dekatnya. Gw cek aja satu-satu. Gada kerjaan. Emang!
Nong Thin Public Park
Menuju taman deket sungai tadi, view nya sedikit berbeda. Jalanannya ga begitu lebar, dan tanah di kiri-kanan jalan yang tadinya kebanyakan tanah merah, area sini dipenuhi rumput dan semak-semak. Pantesan aja, soalnya banyak danau kecil-kecilan di area sini, mungkin karena dekat bantaran sungai, dulunya area sini rawa-rawa kali yaa. Bahkan di ada beberapa perkebunan tanaman hias yang gw lewatin.
Kolam 'kecil' dekat rel kereta |
Di beberapa sudut kota ini banyak terdapat kolam-kolam kecil seperti ini, membuat kota yang terik ini terasa adem, dan kaleum, pengen mager-mageran aja jadinya. |
Jalanan kecil menuju taman |
Perkebunan warga dekat taman, kayaknya mereka membudidayakan tanaman hias? |
Sampai di taman yang gw tuju, ditandai dengan semacam monumen dengan jam di atasnya. Style-nya sih ga Thailand banget ya. Tapi yang jelas, taman bernama Nong Thin Public Park ini adem banget! Rumput hijau dan pohon rindang di mana-mana, terdiri dari dua danau utama dan satu pulau di tengah danau tadi. Jalanan setapak dan jembatan untuk nyeberang ke pulaunya juga disediain. Jalur sepeda juga ada! Di salah satu sudutnya bahkan ada open gym!
Menara jam di tengah Nong Thin Public Park |
Jalanan setapak untuk mengelilingi Nong Thin Public Park |
Yang paling berkesan di Nong Thin Public Park ini, meski udaranya panas dan terik, tapi dengan rumput hijau, pohon rindang dan danau-danau, jadi serasa adem deh. |
Salah satu danau di Nong Thin Public Park, asri banget kan? |
Salah satu jembatan untuk nyeberang ke pulau di tengah danau |
Bike lane yang mengelilingi area Nong Thin Public Park |
Ada semacam sawung yang menjorok ke tengah danau, enak banget buat ngaso. Banyak burung terbang di dekat situ, karena di danaunya banyak ikan. |
Jembatan lain untuk 'nyeberang' |
Open Gym |
Di tiap ujung taman ini ada dua Wat yang lumayan megah, asri dan terawat mengingat kota ini ga banyak pelancongnya loh (emang bukan musimnya si).
Beberapa kuil di sekitar Nong Thin Public Park |
Kelar ngelilingin taman, gw jalan menuju pedestrian di sisi sungai Mekong. Pedestrian yang juga disediain jalur sepedanya ini berbeda banget dengan negara tetangganya. Di toko sebelah, pedestriannya sangat megah, hingga cukup buat 4 mobil, dan dengan taman yang massive. Di sini, jalur pedestrian plus jalur sepeda yang cuma cukup 1 mobil. Di sebelah, tiap malam warlok nongkrong, rame banget dengan pasar malamnya. Di sini, kaga ada tempat nongkrong kecuali bar/restoran kecil. Plus di antara pedestrian dan sungai dibatasi dengan handrail yang terbuat dari konkret.
Area pedestrian dan bike lane. Ga begitu lebar dibanding plaza di negeri seberang. |
Antara bike lane dan pedestriannya kepisah di area sini |
View sungai Mekong dari Nong Khai. Di ujung sana nampak kota Vientiane, Laos. |
Area pedestriannya nyambung ke rumah-rumah penduduk |
Di beberapa spot, pedestriannya melebar, sehingga mobil bisa lewat |
Udah mulai sunset di pedestrian area |
Sunset di Sungai Mekong, Nong Khai side. Akhirnya tercapai juga list gw; lihat sunset di sungai mekong yang menghadap Thailand dan Laos. |
Malam pun tiba. Gw lagi ngaso dalam kamar, tiba-tiba... HUJAN! Pakai badai segala! Aseek, adem.
Night view of Mekong River, Nong Khai side. Kemerlap di ujung sana udah negara lain. |
DAN TIBA-TIBA LAGI.
BLACKOUT!
Damn! Gw buka jendela, dan ngintip ke luar, seluruh area sini emang mati lampu! Akhirnya di tengah hujan, gw keluar menuju area saung di depan resto guesthouse gw. Tamu-tamu yang lain juga pada keluar dan ngaso di area sini. Akhirnya gw ngobrol-ngobrol aja ma mereka. Nothing special si, basa basi aja gw yang penting ga bengong sendirian di tengah badai dan mati lampu ini. Nampak di seberang sungai lampu-lampu dari negara seberang nampak riah. Meanwhile di sini kami madesu.
Yah, namanya juga exploring. Ga selamanya menemukan glory for the eyes or for the soul. Kadang diselingi kejadian seperti ini. Sekitar jam 10 malam, lampu akhirnya nyala! Yatta! Tapi masih hujan. Tamu-tamu yang lain mulai masuk ke kamarnya masing-masing. Gw pun masuk ke kamar gw. Oiya, hingga malam itu, gw doang yang mengisi bangunan di sudut situ. Kamar sebelah masih kosong. Rada serem juga si, soalnya pas malamnya, meski dengan lampu nyala, cahayanya temaram.
Untung gada kejadian apa-apa. Hehee...
Gw bobok deh dengan lelapnya.
-----
Subuh itu gw terbangun, sekitar jam 5 pagi. Hujan sudah reda. Kereta gw berangkat jam 7 pagi, jadi maximal jam 6 kudu berangkat. Setelah mandi dengan air dingin alami, gw pun melek dan siap melanjutkan hari. Kunci kamar gw dan handuk taroh di depan area resepsionis yang masih tutup. Gw udah minta ijin ke resepsionisnya semalam kalau mau check-out pagi-pagi, dan kata mereka taroh aja di situ.
Gw pun berjalan ke arah stasiun, tapi kali ini melalui jalur pedestrian. Melihat sungai mekong yang tenang dengan latar langit yang masih kebiruan gelap karena matahari masih mager di ujung sana. Di sepanjang jalan pun, masih belum ada aktivitas. Kotanya masih ngantuk.
Ini belum jam 6, suasananya masih sepi bangetm dan adem! |
Sampai di jalan raya, malah lebih gelap! |
Akhirnya sampai lah gw di stasiun. Begitu doang pengalaman gw di NongKhai ini. Berkesan? Karena ga berkesan banget, jadinya gw penasaran dengan kota ini. Someday bakal balik lagi ke sini dengan persiapan dan riset yang lebih matang biar bisa fully enjoy this city!
Kurang lebih 15 menit lagi gw berangkat menuju bangkok. What would happen? What would I see or experience? Que sera-sera.
NEXT. 10+ jam perjalanan menuju bangkok dengan kereta.
--- つづく
Damage Cost
Mut Mee Garden Guesthouse $8 (B250) for 1 night
Bus to Nong Khai KIP 17.000
Lunch chicken wing + drink B30
Train to Bangkok B253
Dinner B55
TOTAL (rate saat itu) IDR 262.400
TIPS
Damage Cost
Mut Mee Garden Guesthouse $8 (B250) for 1 night
Bus to Nong Khai KIP 17.000
Lunch chicken wing + drink B30
Train to Bangkok B253
Dinner B55
TOTAL (rate saat itu) IDR 262.400
TIPS
COME TO Nongkhai around OCTOBER to see the natural fire balls coming from the Mekong River.
Other famous spots in Nongkhai (please Google them!)
- Sala Kaew Ku or Naga Garden, small garden with massive religious sculptures
- Taa Sadej market, local day time market located by the bank of Mekong River with goods from Indochina (Thai, Laos, Vietnam) even China dan Russia can be found. They have money exchange here too (can change all currencies).
- Wat Pho Chai, most famous temple in Nong Khai
- Nong Khai Freshwater Aquarium, underwater aquarium
- Naga Statue, twin naga statues located by the mekong river bank, perfect for selfies (that time it was renovated, damn!). Nearby there is a plaza for enjoying sunset for public.
- Nong Thin Public Park.
- Wat Pha Tak Suea, a temple on top of a hill, faced mekong river. Has a skybridge.
- Wat Tham Si Mongkhon, Buddha statue located in a cave.
Other famous spots in Nongkhai (please Google them!)
- Sala Kaew Ku or Naga Garden, small garden with massive religious sculptures
- Taa Sadej market, local day time market located by the bank of Mekong River with goods from Indochina (Thai, Laos, Vietnam) even China dan Russia can be found. They have money exchange here too (can change all currencies).
- Wat Pho Chai, most famous temple in Nong Khai
- Nong Khai Freshwater Aquarium, underwater aquarium
- Naga Statue, twin naga statues located by the mekong river bank, perfect for selfies (that time it was renovated, damn!). Nearby there is a plaza for enjoying sunset for public.
- Nong Thin Public Park.
- Wat Pha Tak Suea, a temple on top of a hill, faced mekong river. Has a skybridge.
- Wat Tham Si Mongkhon, Buddha statue located in a cave.
Comments
Post a Comment