Day 7 pt.2 - Byodoin-omotesando, Kyoto - Jepang, 9 Hari, 9 Kota, 8 Juta Rupiah

backpacking, jalan-jalan, travelling, flashpacking, kyoto, japan, uji, byodoin, byodoin-omotesando


Hari ke-7!

Byodoin-omotesando

Setelah puas dan gempor hiking di Inariyama, sambil enjoy pemandangan ribuan torii merah yang berjejer di sepanjang jalur trekking, selanjutnya gua mau ke Byodoin-omotesando. Kemungkinan nama ini masih asing di telinga para pelancong dari Indonesia, karena emang kalah tenar dibanding destinasi lainnya di Kyoto, seperti Kiyomizudera dan Arashiyama Bamboo. Gua sendiri dapat info mengenai tempat ini di salah satu postingan Travelog di FB.

Byodoin-omotesando terletak di daerah Uji di selatan kota Kyoto. Uji sendiri identik dengan teh hijaunya, dan merupakan salah satu penghasil teh hijau terbaik di Jepang, dan pusatnya berada di Byodoin-omotesando ini. Di sepanjang jalan ini banyak terdapat karakter 茶 yang dibaca 'cha' yang berarti teh hijau.

Dengan jalanan yang udah dipaving blok, banyak toko yang menawarkan produk-produk racikan teh hijau. Toko-toko di sini banyak yang sudah beroperasi sejak periode Muramachi (1136 ~ 1573). Cukup tua, tapi gua ga ketemu gubuk reot, yang ada malah toko yang terawat dengan baik. Sangat baik malah.

Perjalanan ke sini di mulai dari Inari Station, naik kereta sekali ke Uji station. Uji JR station ada dua, JR Line dan Keihan Line. Keihan Line terletak di seberang Sungai Uji, sementara dari JR Line ga perlu nyeberang untuk sampai ke Byodoin-omotesando. Cukup jalan kaki sekitar 10 menit. Menurut gua, area ini mempunyai suasana sub-urban, dengan paduan bangunan modern dan tradisional berjejeran. Sepanjang jalan ke Byodoin-omotesando, udah banyak toko yang menawarkan makanan bernuansa teh hijau.


backpacking, jalan-jalan, travelling, flashpacking, kyoto, japan, uji, byodoin, byodoin-omotesando
Jalanan menuju Byodoin-omotesando

Sampai di sungai Uji, terlihat Uji Bridge yang lebar handrail bernuansa kehijauan, dengan background bangunan kota dan landscape pegunungan. Jembatan ini adalah jembatan tertua di Jepang, dibuat tahun 646, sudah hancur dan terbakar oleh perang, dan berkali-kali direkonstruksi. Sekarang, konstrusinya melibatkan material kayu, beton dan baja.

Di pinggir sungai, ada taman kecil dengan patung seorang wanita memakai kimono, sedang membaca sesuatu. Awalnya gua pikir patung Dewi Kwan-Im, taunya patung Murasaki Shikibu, merupakan novelis pertama di dunia, dengan novelnya yang terkenal, Tale of Genji yang ditulis pada abad ke-11. Sekitar 10 chapter dalam karya novel tersebut melibatkan area di Uji, sehingga area ini banyak yang dipertahankan keasliannya.


backpacking, jalan-jalan, travelling, flashpacking, kyoto, japan, uji, byodoin, byodoin-omotesando, murasaki shikibu, tale of genji
Patung Murasaki Shikibu, novelis pertama di dunia yang menulis Tale of Genji.

backpacking, jalan-jalan, travelling, flashpacking, kyoto, japan, uji, byodoin, byodoin-omotesando, murasaki shikibu, tale of genji, uji bridge
Patung Murasaki Shikibu dengan latar Uji Bridge

backpacking, jalan-jalan, travelling, flashpacking, kyoto, japan, uji, byodoin, byodoin-omotesando
Welcome to Byodoin-omotesando

Dari sini, noleh dikit udah masuk jalan Byodoin-omotesando. Bagi penggemar matcha, wajib datang ke sini! Dari menu set teh hijau plus dango, manisan, mochi, es krim dengan cone atau a la Hongtang – es krimnya disajikan dengan mangkok dan diberi banyak topping lainnya, tentu rasa teh hijau mendominasi – hingga makanan asin, dari ramen, udon, soba dan takoyaki semua bernuansa hijau.


backpacking, jalan-jalan, travelling, flashpacking, kyoto, japan, uji, byodoin, byodoin-omotesando
Banyak makanan, dari yang berat sampai ringan, semua bernuansa matcha!

Dari hari pertama di Jepang, gua udah berusaha nahan diri biar ga tergoda dengan makanan-makanan di sini, agar hemat. Tapi kali ini gua ga tahaan! Gua bukan penggemar matcha ya, tapi entah kenapa makanan-makanan di sini seakan memanggil-manggil gua kayak manekineko. Semacam ada bisikian

Try me.... try mee, and you won't regret it!”

Jadi, lupakan hemat, saatnya kalap dan bener, gua ga nyesel!

Salah satu yang gua coba karena penasaran dan unik adalah Takoyaki-cha. Takoyaki dengan isian standar, pake tako (gurita) namun adonannya dicampur bubuk matcha, sehingga kehijauan. Saos mayonaisenya juga berwarna hijau karena dicampur matcha. Rasanya? Aduh, enak! Rasa asin plus manis dari saos coklat takoyaki dengan aksen sedikit pahit, tapi overal rasanya enak dan unik.



Gua coba ocha-no-ha-yaki, semacam pancake berisi selai kacang merah atau custard, ditaburi bubuk matcha. Gua pilih isi kacang merah. Kuenya garing di luar, lalu empuk di tengahnya karena isian selai. Rasanya? Manis selai kacang merah menjadi netral dengan taburan bubuk matcha.



Di beberapa toko suvenir ada yang menawarkan free sampling. Gua ga melewatkan kesempatan ini. Cobain beragam daifuku – mochi manis – beberapa rasa, dari matcha, pisang, strawberry. Yang paling enak, rasa pisang. Dan tingkat kemanisannya sangat tinggi, tapi langsung netral di mulut oleh ocha panas yang juga disediain sampelnya. Gila, karena rasa di mulut jadi netral, makanya bisa ga berhenti makan! Bahaya! Buat dompet, hehee...


Tiba di ujung, sampai di area Byodoin Temple. Gua ga masuk ke dalam, karena niatnya emang cuma sampai di Byodoin-omotesando aja, dan habis ini mau ke Kiyomizudera Temple. Trauma hari kemarin gara-gara telat jadi ga bisa masuk ke area kuilnya, makanya ga mau lama-lama di sini.

Tapi bagi kalian yang penasaran, Byodoin Temple merupakan satu dari dua World Heritage yang berada di Uji. Di kenal dengan nama Phoenix Hall atau Hoo-do, karena patung phoenix di atapnya, kuil ini dibangun tahun 998 oleh seorang politisi dengan fungsi sebagai rumah, dan selesai di tahun 1053 yang dialihfungsikan sebagai kuil.

Untuk ke Kiyomizudera, gua harus naik dari Keihan Uji Station yang lokasinya di seberang Sungai Uji. Akhirnya ngerasain lewatin jembatan tertua di Jepang! Di tengah jembatan, bisa lihat pemandangan sungai dan pegunungan sebagai backgroundnya. Di tengah sungai ternyata ada pulau kecil, To-no-shima Island, dengan Furitsu Uji Park, dan To-no-shima Pagoda yang terbuat dari batu.


backpacking, jalan-jalan, travelling, flashpacking, kyoto, japan, uji, byodoin, byodoin-omotesando
Pemandangan di tengah Uji Bridge.

TIPS
Access to Byodoin-Omotesando

Dari Inari Station (atau Kyoto Station) naik JR Nara Line ke arah Joyo atau Nara, lewati 6 stasiun (8 stasiun kalau dari Kyoto Station) turun di Uji Station. Dari sini jalan sekitar 10 menit. Harga tiket ¥240.

Entrance Fee & What to Do

Cobain beragam panganan dengan racikan matcha di Byodoin-omotesando. Harga dan jam buka tergantung tokonya, dari jam 10.00 ~ 20.00.

Belajar sejarah daerah Uji dan menikmati bangunan arsitektur bergaya Dojo (Pureland Paradise) di Byodoin Temple, seharga ¥600 (plus extra ¥300 untuk masuk ke Treasure Room di underground). Jam buka dari 08.30 ~ 17.30.

Ke To-no-shima Island, menikmati Fujiritsu Park dan To-no-shima Pagoda.

Ke museum Tale of Genji, bagi penggemar literatur dan sejarah. Harga tiket ¥500, jam buka dari 09.00 ~ 17.00. Hari Senin tutup.


Total pengeluaran gua kali ini:
Kereta ¥240
Meal ¥700
TOTAL ¥940


See you next in DAY7 pt.3, Kiyomizudera Temple, atau baca Day 7 Pt.1, Fushimi Inari Taisha, disini.
Atau, baca pengalaman gua di Arashiyama Bamboo, di Day 6 disini.


Comments

  1. kalo mau kesini hanya bisa diakses pake JR kak? misal pake Bus bisa ga?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa, dari Okubo station, naik bus #21 atau #250A turun di Ujibashinishizume Bus Stop, tepat di pinggir Uji Bridge. Harga kalo g salah 210 Yen.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dummy Booking For Flight Ticket

Singapore - Johor Bahru - Kuala Lumpur Lewat Jalur Darat

Kereta Jakarta - Bandung hanya 14 Ribu, Backpacking Style!

Jepang, 9 Hari, 9 Kota, 8 Juta Rupiah (Prolog)

Menyusun Itinerary Perjalanan & Budgeting dengan Google Maps