Day 9 pt1 - Fujiko F Fujio Museum, Jepang, 9 Hari, 9 Kota, 8 Juta Rupiah
Hari ke-9 part 1!
“Aku
ingin begini
Aku
ingin begitu
Ingin
ini ingin itu
Banyak
sekali...”
Siapa
yang ga kenal cuplikan lirik lagu di atas? Dari jaman gua orok, lagu
ini selalu menemani hari minggu pagi gua.
“Doraemooon!”
Teriak Nobita minta tolong ke karakter kucing robot warna biru yang
sering dikirain rakun. Yep, sampe gua segede ini pun, masih ada
kecintaan ke karakter ini dan teman-temannya. Bahkan generasi bocah
masa kini masih tetap demen tuh. Terbukti dari pengunjung yang datang
ke Fujiko F. Fujio Museum, di kota Kawasaki. Yang datang lintas
generasi.
Hari
ini, rencana utama gua adalah mengunjungi Fujiko F. Fujio Museum
(selanjutnya gua tulis Fujiko Museum, untuk menghemat nulis, hehee).
Tiket udah gua beli dari hari pertama tiba di Tokyo, di Lawson lantai
satu bandara Haneda. Waktu itu yang masih available, salah satunya
tanggal sepuluh ini. Alhasil, ga bisa pake kartu ajaib (JR Tokyo Wide
Pass, berlaku 3 hari, dan udah gua pakai dari hari pertama di Tokyo)
karena udah lewat masa berlakunya.
Dapat
slot waktu untuk jam 12 siang, dan pagi itu dimulai dari Tokyo
Station, sekitar jam 7. Perjalanan jauh dari Osaka via nightbus,
tidur di jalan, bikin gua seger. Yaiyalah, gua orangnya pelor –nempel
molor– yang penting bisa tidur, tenaga gua udah ke-charge.
At least gua harus tiba di kota Kawasaki jam 11 siang, dan
perjalanan ke sana butuh waktu sejam, so, masih
ada sekitar 3 jam lagi. Ngapain yaa?
Tokyo
Imperial Park
Gua
jalan-jalan ngitarin Tokyo Station di pagi hari. Baru keinget, deket
sini ada Imperial Park, dan Imperial Castle, di mana Kaisar Jepang
dan keluarga kerajaan, serta National Treasure berada. Imperial
Castle ini merupakan bekas Edo Castle, yang merupakan pusat
pemerintahan era keshogunan Tokugawa tahun 1603~1867.
Akhirnya
gua jalan ke arah Marunouchi Building di arah barat. Gak perlu keluar
ke jalan, bisa nembus via jalur underground. Marunouchi
Building ini merupakan gedung Skyscrapper 37 lantai untuk
perkantoran dan perbelanjaan. Sampai di gedung ini, baru gua ke luar
ke jalan raya.
Dari
luar, gua baru merhatiin bentuk Tokyo Station. Sangat ga ada
Jepangnya! Desainnya seperti gedung-gedung klasik di Eropa. Di
depannya lagi banyak renovasi. Emang se Jepang kayaknya lagi renovasi
di mana-mana, menjelang Olimpiade 2020. Matahari pagi masih malu-malu
ngintip diantara gedung-gedung tinggi, makanya jalanan di Tokyo pagi
itu adem, dan lengang, serasa film-film zombie apocalypse.
Tokyo di pagi hari, super sepi! Pada gawe sih, hohooo. |
Jalan
dikit ke arah barat, langsung kelihatan area Imperial Park. Karena
ditandai dengan fondasi bebatuan dan parit ala kastil-kastil Jepang.
Sampai di area situ, gua nyari entrancenya. Pas ketemu east garden
entrance dan baca fee masuknya gratis, gua udah senang banget!
Eeh, taunya, hari bukanya cuma Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu. Hari
itu hari Jumat. Keselek gua, ga bisa masuk, cuma bisa liat dari
luarnya saja.
Pemandangan kontras antara Imperial Park dengan gedung turret yang tradisional dengan gedung-gedung pencakar langit yang modern. |
Jernih banget airnya! |
TIPS
Access
to Tokyo Imperial Park
Dari
Tokyo Station, ambil Marunouchi Exit, atau Imperial Palace Exit,
terus jalan ke arah barat.
Entrance
Fee
Untuk
Inner Grounds, perlu memakai guided tour. Harga bergantung paket tur
yang diambil.
Untuk
East Garden (Kōkyo
Higashi Gyoen), Free.
Tapi harap perhatikan hari-hari berkunjungnya.
Baca dengan seksama, (ga perlu) dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, hehe. |
Waktu
menunjukkan masih sekitar jam 8, dan gua perlu nyari loker untuk
nyimpan ransel. Males aja jalan kaki jauh-jauh bawa ransel berat. Gua
cek itinerary dan jalur kereta yang udah gua screenshot ketika masih
ada Wi-fi. Karena malam ini harus ke Haneda, via monorail. Akses
monorail yang terdekat melewati Hamamatsucho Station. Dari sini juga
udah dekat ama Tokyo Tower. Akhirnya gua naik kereta ke Hamamatsucho
Station.
Stasiun
ini ternyata satu gedung dengan gedung World Trade Center Tokyo.
Yawes, gua nyari loker yang mudah dicari. Ada di bagian stasiunnya,
ada juga di dalam gedung WTC dekat information center. Gua
milih yang di dalam gedung, karena kalo nyasar, lebih gampang nanya
ke orang. Setelah milih-milih loker, naroh tas, saatnya ke kota
Kawasaki!
Pas
gua cek jalur kereta, untuk ke kota Kawasaki, bisa dari Kasumigaseki
Station. Dan letaknya gak jauh dari Imperial Park tadi. Wuaduuuh,
bolak-balik deh gua. Karena ga mau rugi, dan sekalian ngabisin waktu,
gua jalan kaki aja deh kesana. Deket koq, sekitar 2,5 kilo doank,
plus dapat bonus ngelihat keadaan kota Tokyo di pagi menjelang siang.
Jalanan udah mulai rame, terutama yang di jalan-jalan gede. Di deket
beberapa stasiun kereta, terutama yang relnya berada di atas jalanan,
bagian pondasinya dijadiin restoran. Daerah ini terkenal dengan nama
Yurakocho, area tempat orang-orang lokal menghabiskan malam dengan
makan dan minum bir.
Fujiko
F Fujio Museum
Akhirnya
sampai di Kasumigaseki Station. Naik kereta, transit sekali dan turun
di Noborito Station, di kota Kawasaki. Dari sini bisa naik shuttle
bus langsung ke museum. Biasa, gua milih jalan kaki aja, cuma 1,5
kiloan dan masih ada waktu sejam sebelum slot masuk gua. So, I can
take my time to enjoy the view of this city!
Kota
Kawasaki masih berada di Kanagawa Prefektur, area Kanto. Sehingga
kalau memakai JR Tokyo Wide Pass, masih bisa di cover. Termasuk
peringkat ke-9 kota dengan populasi terpadat di Jepang, namun yang
gua lihat, ga begitu ramai. Ya, mungkin karena masih jam kantor kali
ya. Menurut gua, dibanding dengan Tokyo, Nagoya, Osaka dan Kyoto,
kota ini termasuk kecil. Jarang terlihat gedung-gedung tinggi
menjulang, dan berjalan ke arah museum melewati kanal dan hutan kota,
menambah image kota ini ga segede kota-kota lain yang gua kunjungi.
Meski kabel-kabel utility banyak bertebaran, menandakan kota ini
sudah “kota” dan modern.
Sepanjang
perjalanan, banyak karakter-karakter karya Fujiko Sensei yang
“menginvasi” kota ini. Dari penunjuk jalan, handrail
sepanjang kali, hingga lagu opening theme Doraemon dalam nada
monophonic, dijadikan “bel” pengumuman di stasiun keretanya!
Seluruh kota diinvasi oleh karakter-karakter karya Fujiko F Fujio. |
Sampai
di Fujiko Museum yang dibangun tahun 2011, antrian sudah mulai
panjang. Dan semakin panjang tiap menitnya. Tiket diperiksa oleh
petugas museum dan diberi brosur informasi mengenai museum ini. Gua perhatiin desain uniform-nya mereka, khas Fujiko F Fujio banget! Di
tembok area mengantri di depan, banyak terdapat diorama
karakter-karakter karya Fujiko F. Fujio, membuat gua dan beberapa
bocah yang ngantri semakin excited. Gua umur berapa sih, koq
sama kayak bocah, hahahaa...
Suasana depan museum, antrian udah panjang aja. |
Diorama di area ngantri. (kiri) Doraemon saking enjoy-nya makan dorayaki, ga ngeh ada tikus di belakangnya. (kanan) Nobita dan roti penghapal. |
Setelah
cukup sabar ngantri, akhirnya kita dipersilahkan masuk ke entrance
area. Ga semua yang ngantri bisa masuk, tergantung kapasitas area
tersebut. Di sini, kita beri welcome greetings oleh petugas
dan sekaligus ngejelasin informasi dan do's & don't selama
berada di museum. Salah satunya, ga boleh pakai kamera selama di
ruang pamer. Damn.
Paling sekitar 5 menit ngomong, kita dipersilahkan masuk ke area selanjutnya, untuk ngantri nukar tiket dengan alat audio information. Jadi, selama di ruang pamer, karena ga boleh berisik, kita cukup mencari nomer yang tertera di salah satu display, lalu menekan nomor tadi di alat itu, dan voila! Alat itu yang berbicara ke kita informasi mengenai display tadi.
Ruang pamernya cukup menarik, dari penjelasan bagaimana membuat sebuah panel komik, dengan doraemon dan nobita sebagai pemberi info, karya-karya Fujiko F. Fujio, sejarah pribadi beliau beserta histrografik karya-karya beliau. Pasti banyak yang ga nyangka, Fujiko Fujio ini merupakan nama pena dua orang master. Ya, aslinya mereka bernama Hiroshi Fujimoto dan Motoo Abiko, membentuk koalisi komik di tahun 1951.
Hiroshi
Fujimoto dan Motoo Abiko merupakan sobat karib sejak TK. Mereka
berdua ngefans dengan Ozamu Tezuka (hayoo, kalau ada yang ga tau
siapa beliau tapi demen manga, gawat!) dan dari SD mereka sering
menggambar karakter. Namun karya-karya mereka selalu disembunyikan
dari teman-teman di sekeliling mereka, karena malu, takut dicap ga
bagus. Saat itu, dunia manga dan anime masih belum kayak sekarang,
masih dipandang pekerjaan remeh.
Semasa
SMU, mereka diam-diam ngirim karyanya ke Shonen Manga, hingga tahun
1951, berhasil melakukan debut manga mereka. Di tahun yang sama,
mereka nekat mengunjungi Ozamu Tezuka dan memperlihatkan karya mereka
yang lain, Ben Hur. Oleh Tezuka sensei di kemudian hari
mengakui, di pertemuan itu beliau yakin suatu saat mereka pasti
menghasilkan karya besar.
Hingga
akhirnya mereka lulus SMU, pindah ke Tokyo dan menyewa kamar kecil
berukuran dua tatami. Karena karya-karyanya semakin banyak dan
deadline ga terkejar, keduanya semakin berkonsentrasi dengan jalurnya
masing-masing. Tahun 1959, mereka akhirnya pindah ke Kawasaki, dan
diantara kesibukannya, berhasil mendapatkan waktu untuk menikah di
tahun 1962, dengan Ozamu Tezuka sebagai salah satu saksi. Tahun 1963,
mereka dan beberapa kawan, termasuk Shotaro Ishinomori (Kamen Rider)
mendirikan Studio Zero untuk membuat animasi, salah satunya Astro
Boy.
Tahun
1969, terciptalah Doraemon di tangan mereka, dan langsung booming
ketika dibuat animenya di tahun 1979. Tahun 1987, mereka berpisah,
karena perbedaan idealisme, Abiko sensei serius menekuni karya-karya
yang lebih dewasa dan black humor, dan Fujiko Sensei serius
berkarya untuk anak-anak. Hiroshi Fujimoto sensei membuat nama pena
lain, yaitu Fujiko F. Fujio.
Meski
berpisah, mereka tetap menjadi teman baik dan tetap bergabung dalam
satu perusahaan bernama Fujiko Productions, tetap dalam satu gedung.
Perpisahan ini juga dikarenakan pada tahun 1986, Fujimoto sensei
didiagnosis mengidap kanker hati, sehingga mereka sepakat untuk
berpisah dan menyelesaikan hal-hal mengenai copyright sebelum
Fujimoto sensei meninggal di tahun 1996. Beliau meninggal di meja
kerjanya, dengan pena di tangan, dalam posisi tidur. Bahkan
detik-detik terakhir beliau tetap dipakai berkarya. Meja kerja ini
diabadikan juga di dalam museum.
Lanjut
ke taman di luar common room, banyak patung-patung karakter
karya Fujiko Sensei di sini. Puas-puasin foto deh! Sebelum keluar
museum, terdapat area suvenir lagi. Gua puas loh dan ga nyesel ke
sini. Ga nyangka, dibalik karakter lucu dan kadang nyebelin kayak
Doraemon dan Nobita, terdapat perjuangan yang hebat dari tokoh yang
hebat. Salut.
Ada yang ingat cerita ini? Mengadaptasi mitos woodcutter's pond dari barat, di mana sang kapak seorang tukang kayu jatuh ke danau, lalu muncul dewi yang membawa kapak emas dan perak, lalu bertanya, "punya kamu yang mana?" Nah, ini versi doraemon, di mana Gian jatuh ke kolam lalu jadi ganteng dan baik hati XD.
Ada yang tau ini apa? Kalau sering baca Doraemon Petualangan, pasti ngeh. |
Common Room, sekaligus ruang istirahat, ruang main dan ruang pamer. Auditorium berada di sebelah kanan . |
Tiket untuk nonton mini film di auditorium. Kalau sudah dicek ama staf museum, perhatiin tanda "F" nya. |
Taman di rooftop Fujiko Museum. Perhatiin ada P-Man lagi tiduran. |
View dari rooftop sekaligus taman di Fujiko Museum |
Dorami yang lucu dan bulet XD |
Obake no Q-taro |
Dokodemo Doa alias Pintu, kemana aje luu? |
Ini kalo ga salah, dari doraemon petualangan, di mana mereka terjebak jadi batu. |
Gian udah nelorin satu album! Dapatkan albumnya di area suvenir terdekat XD |
Ada yang ingat cerita ini? Mengadaptasi mitos woodcutter's pond dari barat, di mana sang kapak seorang tukang kayu jatuh ke danau, lalu muncul dewi yang membawa kapak emas dan perak, lalu bertanya, "punya kamu yang mana?" Nah, ini versi doraemon, di mana Gian jatuh ke kolam lalu jadi ganteng dan baik hati XD.
Kalau ini, dari cerita Doraemon Petualangan episode pertamax gan! Nobita dapat telor dinosaurus, pas netas, diberi nama Piisuke. Ceritanya seru, sedih dan menghibur!
Piisuke, Nobi Nobita dan Doraemon |
TIPS
Access
to Fujiko F. Fujio Museum
Dari
Tokyo Station, ke arah Shinjuku Station dengan Chuo Line atau
Yamanote Line, lanjut memakai Odakyu Line ke arah Isehara, turun di
Mukugaokayuen Station. Dari sini bisa jalan kaki sekitar 15 menit.
Total harga ¥450, perjalanan sekitar 1 jam 17 menit.
Kalau
mau naik bus, turunnya di Noborito Station, satu stasiun sebelum
Mukugaokayuen Station. Dari sini bisa naik shuttle bus seharga ¥210.
Entrance
Fee
Godzilla
Statue
Saatnya
balik ke Tokyo, kali ini dari Mukugaokayuen Station, cuma beda satu
stasiun dari Noborito Station dan ternyata lebih dekat kalau jalan
kaki dari Fujiko Museum. Sempat mampir bentar di Family Mart untuk
beli bento, istirahat lalu jalan lagi. Sampai di Tokyo sekitar jam 3,
tujuan gua berikutnya Tokyo Tower. Tapi, nyasar dulu ke Godzilla
Statue yang ga sengaja gua lihat di map. Kebetulan dekat, cuma 1
kiloan, tinggal jalan kaki 10-an menit nyampe.
Ekspektasi
awal gua, bakal ngeliat patung segede gaban! Kaiju bersejarah
nih, pertama yang bikin genre film monster “baik” yang melindungi
alam dari kehancuran, secara ga langsung menjadi pelindung manusia
juga. Taunyaa, kecil banget bok! Ampe ketawa gua. Kalau tanpa base
nya, paling semeteran tingginya.
Kalau
mau lihat yang lebih gede, meskipun kepala dan tangannya doank,
datang ke Shinjuku, tepatnya di Hotel Gracery. Waktu itu di hari ke-3
sempet lihat tapi fotonya blur. Hiks.
Sushizanmai
Steam Locomotive Square
Sekitar
10 menit jalan dari Godzilla Statue, terdapat Steam Locomotive
Square, di depan Shimbashi Station. Lokomotif tua ini yang dulu
dipakai di Jepang, yang kini digantikan dengan kereta listrik dan
kereta peluru.
Area
Godzilla Statue dan Steam Locomotive Square ini berada dekat dengan
Hibiya Park di sebelah barat, dan Yurakocho di sebelah timur. Jalan
dikit ke arah timur Yurakocho, sampai daerah Ginza, yang terkenal
dengan pusat perbelanjaan, dining, entertainment,
butik, art gallery, resto, night club dan cafe mewah.
Hampir semua brand internasional ada di sini. Kalau mau hangout
versi murah dengan suasana lokal, mampir ke Yurakocho aja di
dekatnya.
Oke,
puas jalan-jalan di sini, Tsugi wa, Tokyo Tower!
Total
pengeluaran gua kali ini:
Kereta
ke Hamamatsucho ¥160
Kereta
ke Kawasaki ¥420
Kereta
balik ke Tokyo, ¥420
Tiket
Museum ¥1.000
Locker
¥400
Meal
¥450
TOTAL
¥2850
See
you next in
DAY 9part 2, Zozo-ji Temple & Tokyo Tower
I like the place, it's very beautiful
ReplyDeletethank you for the meaning, very helpful
Next